Lingkungan Sekolah Jadi Sumber Belajar
Untuk memajukan kebudayaan Indonesia, berbagai macam aspek kebudayaan akan diintegrasikan dengan pendidikan. Gerakan seniman masuk sekolah merupakan kegiatan pembelajaran seni di sekolah di luar jam pelajaran dengan melibatkan para seniman daerah.
Demikian dikemukakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy dalam pidato kunci Sarasehan Kebangsaan dan Peresmian Forum Dewan Guru Besar Indonesia, Sabtu (16/12), di Gedung Pusat Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Hadir dalam acara itu Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Ali Ghufron, Rektor UGM Panut Mulyono, Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X, para guru besar di berbagai perguruan tinggi, pimpinan adat, aliansi masyarakat adat Nusantara, dan pimpinan organisasi mahasiswa. ”Sekarang ini seniman-seniman kita beri kesempatan untuk masuk sekolah, terutama untuk sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Kurikulum tetap, tetapi diperlonggar, sehingga siapa pun bisa masuk sekolah asalkan mempunyai sesuatu yang bisa dipraktikkan untuk para siswa,” kata Muhadjir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Guru itu, kata Muhadjir, tidak harus mengajar. Guru cukup jadi pembimbing saja. Itu adalah rencana reformasi guru ke depan.
”Misalnya, untuk pelajaran menari di sekolah, tak usah guru yang mengajar, cukup mengundang penari profesional yang mengajar, termasuk tentara nanti akan mengajar tentang nilai-nilai kebangsaan. Mengajar baris-berbaris cukup mengundang tentara untuk mengajari siswa. Sekolah berubah jadi tempat bagi siapa pun yang ingin menanamkan nilai-nilai kebajikan, nilai-nilai kebudayaan,” tutur Muhadjir.
Menurut Muhadjir, semua lingkungan sekolah itu adalah ekosistem pendidikan, bisa dijadikan sumber belajar. Sumber belajar tidak harus dari guru, tidak harus dari perpustakaan, tetapi lingkungan itu juga sumber-sumber belajar. Guru bertindak mengawasi.
Muhadjir menambahkan, belajar bersama maestro adalah salah satu program untuk mengisi masa liburan siswa SMA/SMK. Hal itu bertujuan agar siswa menjadikan maestro sebagai sumber pembelajaran mengenai makna budaya, nilai budaya, dan kearifan lokal, serta melecut motivasi berprestasi dalam bidang kesenian
Dalam Peresmian Forum Dewan Guru Besar Indonesia itu, Ali mendorong semangat para dosen yang hadir agar segera menjadi guru besar (profesor).
Nitilaku
Tradisi tahunan pawai budaya Nitilaku (napak tilas) Perguruan Kebangsaan dalam rangkaian peringatan Dies Natalis Ke-68 UGM, Minggu (17/12), berlangsung semarak. Ribuan alumni dan sivitas akademika universitas itu berduyun-duyun mendatangi titik awal kegiatan, yakni di Alun-alun Utara, Yogyakarta.
Peserta kegiatan yang berwujud perjalanan dari Keraton Yogyakarta menuju kampus UGM itu menampilkan busana terbaik mereka untuk memeriahkan suasana. Sebagian besar peserta pria mengenakan pakaian tradisional khas Yogyakarta, yakni berpakaian motif lurik dan mengenakan belangkon. Peserta perempuan banyak terlihat menggunakan kebaya dan menggunakan caping untuk menutupi kepala. Tidak sedikit yang menggunakan kostum ala pejuang agar semakin selaras dengan tema ”Djogja djadoel sehari, Djogdja moeda kembali”.
Setelah berkumpul di Pagelaran Keraton Yogyakarta, peserta bersiap mengawali perjalanan dari titik start di tengah Alun- alun Utara. Pukul 06.50, Gubernur DIY Sultan Hamengku Buwono X bersama Ketua Umum Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) Ganjar Pranowo dan Rektor UGM Panut Mulyono mengangkat bendera start sebagai penanda dimulainya perjalanan.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, serta Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono turut hadir. (SIG/DRA)
Sumber: Kompas, 18 Desember 2017