Kebijakan Baru Insentif Riset Dikeluarkan

- Editor

Kamis, 7 Januari 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Produktivitas ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia masih rendah. Hal itu ditunjukkan minimnya hasil penelitian yang masuk jurnal internasional bergengsi dan minimnya karya inovasi yang diterapkan di industri. Masalah itu akan diatasi dengan menerapkan kebijakan baru insentif riset bagi para peneliti.

Demikian Muhamad Dimyati, Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi di Jakarta, Minggu (3/1).

Rendahnya kuantitas jurnal dan produk inovasi, kata Dimyati, terkait sedikitnya tenaga kerja di Indonesia yang menjadi peneliti. Hanya ada satu (1,57) peneliti per 10.000 populasi di Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Selain itu, faktor penghambat lain adalah sarana prasarana dan anggaran penelitian yang sangat rendah. “Anggaran riset hanya 0,09 persen pendapatan domestik bruto, sekitar 74 persen dari pemerintah. Bandingkan dengan Singapura dan Malaysia yang masing-masing mengalokasikan anggaran untuk riset masing-masing 2,1 persen dan 1 persen PDB. “Sebagian besar atau 80 persen dari swasta,” katanya.

Hal itu berdampak pada rendahnya keluaran yang mereka hasilkan, seperti publikasi ilmiah dan karya inovasi. Data Scopus pada Agustus 2015, jumlah publikasi internasional dari perguruan tinggi di Indonesia terbanyak dihasilkan Institut Teknologi Bandung, yaitu 4.668 publikasi. Namun, itu hanya seperempat dari Universitas Kebangsaan Malaysia sebanyak 21.336 publikasi.

Untuk memacu produktivitas para peneliti, Kemristek dan Dikti akan memberi insentif hingga Rp 100 juta bagi yang memiliki faktor dampak lebih besar dari 5 dan sitasi dari karya ilmiahnya lebih dari 3.

Selain itu, Maret 2016 akan direvisi Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010. Revisi itu untuk menyederhanakan administrasi riset. “Telah didiskusikan Bappenas,” ujar Dimyati.

Ditjen Sumber Daya Kemristek dan Dikti juga mewacanakan agar lektor kepala bisa menjadi profesor apabila publikasi yang dimuat di jurnal minimal satu.

Semua itu akan tertuang dalam Rencana Induk Riset Nasional (RIRN) yang tengah disusun. RIRN akan lebih fokus dan jelas aktor dan indikatornya dibandingkan RPJMN. Karena anggaran riset terbatas, program riset harus fokus pada program unggulan yang ditetapkan.

Rendahnya jumlah peneliti di Indonesia, menurut Sekretaris Jenderal Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Budhi M Suyitno, karena belum terbentuknya budaya iptek di masyarakat. “Membangun pola pikir dan budaya iptek harus dimulai sejak dini,” katanya. Dalam hal ini, guru, bahkan di tingkat SD, perlu diberdayakan untuk membangun budaya iptek.

Untuk itu, perlu metode pedagogi yang baik sehingga anak didik kelak akan memilih bidang iptek. Penguasaan dan pemanfaatan iptek penting karena dapat memajukan bangsa seperti di negara maju. (YUN)
——————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 4 Januari 2016, di halaman 14 dengan judul “Kebijakan Baru Insentif Riset Dikeluarkan”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB