Kawasan Riset; Pola Pembinaan Perlu Diubah

- Editor

Senin, 1 Februari 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pembinaan lembaga riset di Indonesia menjadi pusat unggulan iptek perlu perubahan pola. Lembaga itu mesti diarahkan agar mandiri. Dengan berbasis inovasi yang dihasilkan pusat riset, diharapkan tercipta produk dan jasa bernilai tambah bagi lembaga dan penelitinya.

Hal itu diungkapkan Direktur Jenderal Kelembagaan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Patdono Suwignyo; Kepala Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Misnawi; serta Kepala Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Triantarti, Jumat (29/1), di Jakarta.

Menurut Patdono, Puslit Koka bisa menjadi contoh pusat unggulan dan lembaga riset lain. Melalui kegiatan pembibitan hingga rancang bangun mesin produksi, pendapatan yang diperoleh mencapai Rp 50 miliar per tahun. “Maret, status Puslit Koka akan ditingkatkan menjadi science and techno park (STP),” ujarnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Misnawi menjelaskan, selama ini pihaknya menjalankan sebagian fungsi STP atau kawasan iptek, di antaranya bekerja sama dengan industri pembibitan serta pengolahan kopi dan kakao di dalam dan luar negeri. Kerja sama riset dijalin dengan perguruan tinggi di dalam negeri.

Dalam kerja sama riset, terutama dengan perusahaan Perancis dan Amerika Serikat, terjadi transfer teknologi rekayasa genetika pada pembibitan kopi dan kakao dengan teknik kloning disebut somatic embrio genesis serta Plagiotrophic clonal. Pembinaan juga dilakukan hingga menghasilkan pengusaha berbasis inovasi itu dalam perkebunan dan produksi pasca panen.

Pengembangan inovasi
Sementara Direktur Lembaga Penelitian dan Pengembangan Kemenristek dan Dikti Kemal Prihatman berharap, kerja sama, terutama dengan pemerintah daerah, perusahaan perkebunan, dan perguruan tinggi lokal, bisa ditingkatkan. Itu untuk penerapan dan pengembangan hasil inovasi hingga memberdayakan warga setempat.

Sejauh ini, P3GI belum dapat mengembangkan lingkup kegiatan riset karena terkendala status kelembagaan, dana terbatas, lingkup kegiatan, serta kerja sama yang bisa dijalin.

Untuk mendorong P3GI jadi PUI, Patdono mengatakan, Kemenristek dan Dikti akan menyediakan paket insentif. Itu untuk mengembangkan kemampuan peneliti lewat beasiswa, bantuan dana riset, antara lain demi menghasilkan varietas unggul tebu. Paket insentif yang diberikan mencapai Rp 2,5 miliar per tahun.

Triantarti menambahkan, P3GI yang dipimpinnya punya keunggulan, antara lain menghasilkan 5.200 klon tebu. Dari teknik persilangan, dihasilkan banyak varietas unggul tebu.

Tahun ini, tiga varietas unggul tebu akan dilepas, yakni KB 158, KB 1416, dan BS 0401. Varietas itu hasil persilangan tanaman tebu koleksi dengan Erianthus arundinaceus, tebu yang ditemukan di Papua. KB 158 di antaranya adalah varietas tahan penyakit, rendeman tinggi, dan bisa tumbuh di lahan kering.

Selama ini, varietas tebu itu hanya diberikan pada petani, belum ke perusahaan perkebunan. Teknologi produksi pasca panen belum dikembangkan. (YUN)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 1 Februari 2016, di halaman 14 dengan judul “Pola Pembinaan Perlu Diubah”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB