Kampus Itu di Bukit Karamuntiang, Lokasi Ideal

- Editor

Kamis, 7 September 1995

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

TERLETAK di atas lahan 500 hektar di Bukit Karamuntiang, Limaumanis, sekitar 12 km sebelah timur Kota Padang. Berada di ketinggian sekitar 30 meter di atas permukaan laut. Berudara segar, sering diguyur hujan. Dikelilingi bukit bukit hijau, tak jauh dari pabrik Semen Padang. Itulah kampus (baru) Universitas Andalas (Unand) yang berdiri megah sejak tahun 1992. Di timur dan utara terdapat pegu¬nungan dengan hutan hijau, bagian dari hutan lindung Taman Hutan Raya Bung Hatta. Di selatan juga hutan hi¬jau dan pabrik Semen Padang. Sebelah baratnya Kota Padang dan Samudera Hindia di kejauhan.

Sungguh merupakan lokasi yang ideal dengan pemandangan alam yang indah ke segala arah. Dari pusat kota ada jalan dua jalur, satu jalur sudah rampung sejak akhir 1980 an, satu la¬gi dalam tahap penyelesaian.

Universitas-AndalasKini, Unand memiliki 13.407 maha¬siswa, 1.321 dosen, 1.289 tenaga admi¬nistrasi dan 20.000 alumni. Alumninya berkiprah di seantero Tanah Air dan bahkan di luar negeri. Dalam rencana induk pengembangan Unand, pada ta¬hun 2010 jumlah hunian kampus yang terdiri dari dosen, mahasiswa dan kar¬yawan diperkirakan mencapai 25.000 orang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Unand terdiri dari sembilan fakultas (Pertanian, Kedokteran, MIPA, Peter¬nakan, Hukum, Ekonomi, Sastra, Tek¬nik, ISEP) dan dua Politeknik (Tek¬nologi, Pertanian). Menurut Rektor Prof. Dr. H. Fachri Ahmad, Msc, tahun 1961 Unand hanya memiliki 3.290 orang mahasiswa dengan 261 dosen 75 persen dosen luar biasa. Kini, Unand memiliki 62 orang guru besar, 85 orang doktor, 354 master, 97 dokter spesialis dan 778 sarjana (S1).

Kampus baru Unand dibangun di atas lahan hampir 500 ha atas inisiatif civitas akademika Unand, pemerintah daerah,dan ninik mamak sejak 1982. Dana yang digunakan mulai dari pembebasan tanah, perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengadaan peralatan dan perabot berjumlah Rp 89 milyar, diperoleh dari bantuan Bank Dunia, OECF Jepang, ADB dan APBN. “Bangunan fisik kampus terdiri dari gedung rektorat, kelas bersama, laboratorium bersama dan gedung fakultas,” kata Rektor Prof Dr Fachri Ahmad dalam sambutannya pada saat peresmian kampus Unand, hari Senin(4/9). Juga terdapat Politeknik Engineering dan teknik Pertanian di Tanjungpati Payakumbuh.

Bangunan yang ada telah ditempati Fakultas Ekonomi, Matema¬tika Ilmu Pengetahuan Alam, Peternakan, Sastra, ISIP dan Politeknik Engineering. Agar semua fakultas dan kegiatan Unand menempati gedung baru, diperlukan adalah dana sekitar Rp 20 milyar lagi. Sedang bangunan perlukan adalah untuk Fakultas Hukum, Teknik dan Kedokteran.

UNIVERSITAS tertua di luar Jawa ini didirikan di Bukittinggi, pembukaannya diresmikan Wapres Mohammad Hatta, 13 September 1956. “Pada awalnya, Unand terdiri dari lima fakultas yang tersebar di beberapa kota, yaitu Fakultas Pertanian di Payakumbuh, Fakultas kedokteran di Bukittinggi, Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat di Padang dan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Batusangkar,” kata Dekan Fakultas Peertanian Prof Dr Muchlis Muchtar. “Unand dipindahkan ke Padang tahun 1959 ditandai dengan pemindahan Fakultas Pertanian dari Payakumbuh, Fakultas Kedokteran dan FIPIA dari Bukittinggi dan FKIP dari Batusangkar,” tambahnya.

Sejarahnya dimulai setahun setelah Indonesia merdeka, gagasan untuk mendirikan perguruan tinggi di Suma¬tera telah lahir. Sponsornya para, cen¬dekiawan, pendidik dan tokoh tokoh masyarakat. Tahun 1948 didirikan tiga akademi di Bukittinggi (Akademi Pa¬mong Praja   Akademi Pendidikan Jasmani Akademi Bahasa Inggris).

Selanjutnya, 1951 Perguruan Tinggi Hukum Pancasila didirikan di Padang oleh Yayasan Sriwijaya. Perguruan Tinggi ini tahun 1955 diserahkan ke¬pada Gubemur Sumatera Tengah, kemudian menjadi Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat. Sebelum¬nya, tahun 1954, pemerintah mendirinkan Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG) di Batusangkar dan Perguruan Tinggi Negeri Pertanian di Pa¬yakumbuh. Seterusnya, tahun 1955, Fakultas Kedokteran dan Fakultas Il¬mu Pasti dan Alam didirikan di Bukit¬tinggi. Setahun setelah Unand ada di Padang didirikan Perguruan Tinggi Ekonomi oleh swasta dan tahun 1961 dinegerikan manjadi bagian Unand.

SEBAGAI lembaga pendidikan tinggi, Unand tidak hanya mencetak cendekiawan. Kiprahnya dalam pem¬bangunan bangsa, tidak diragukan la¬gi, terutama pada masa Orde Baru. Tidak hanya di daerah tapi juga secara nasional. Sumbangan tenaga dan pe¬mikiran para ahli Unand terhadap pembangunan nasional telah berlang¬sung sejak lama. Para ahli itu antara lain, Prof Dr Ir Thamrin Nurdin MSc, Prof Drs H Hendra Esmara, Prof Dr H Syofyan Asnawi MADE, Prof Dr H Alfian Lains SE MA, Prof Dr H Khai¬dir Anwar MA (almarhum), Prof Ir Firdaus Rivai MSc, Prof Drs H Rustian Kamaluddin, Prof Dr Muchlis Much¬tar, Dr Sjafrizal MA, Prof Syahruddin SE MA, dan banyak lagi.

“Mungkin orag tidak banyak tahu bahwa yang menyusun Repelita Irian Jaya itu adalah Unand. Dan mungkin juga tidak banyak orang tahu yang mencoba melahirkan gagasan gagas¬an kerja sama inter regional itu juga Unand,” katanya lagi. “Prinsip prin¬sip regional development juga kita kembangkan dari sini. Hingga seka¬rang, kita tetap sebagai narasumber, terutama Prof Hendra Esmara,” tambahnya.

Hubungan antara Unand dengan Pemda Sumbar, tampak tidak selamanya mulus. Beberapa tahun terakhir terkesan, hubungan itu tak semesra tahun 1970 hingga akhir 1980 an. Na¬mun demikian, pasang surut hubung¬an Unand dengan Pemda, tidak mem¬pengaruhi kemesman antara Unand dengan masyarakat Sumbar. Di hati masyarakat Sumbar, Unand sudah lengket, tidak ada jarak antara pergu¬ruan tinggi ini dengan masyarakat dan lingkungannya. Tentang hubungan¬nya dengan Pemda, Rektor Fachri Ah¬mad menyebutkan, “Mungkin Pemda belum memahami sejauh mana peran Unand” kata Rektor. Kini Unand ma¬sih menghadapi kesulitan, kurangnya bus ke kampus.

Tanggal 30 Agustus lalu, Unand ba¬ralek gadang. Ratu Beatrix, Pangeran Claus dan Pengeran Oranje (Willem Alexander) mengunjungi kampus Unand. Arti duri kunjungan ini adalah, perhatian terhadap Unand tidak hanya dari daerah, nasional tapi juga luar negeri. Unand pun mampu menja¬di tuan rumah yang baik. Baralek gadang diteruskan 4 September. Presi¬den Soeharto meresmikan kampus ba¬ru unand dan Proyek Pengendalian Banjir Kota Padang. Peresmian dila¬kukan di kampus Unand. Kunjungan dua kepala negara ke Unand meru¬pakan bukti penghargaan terhadap Unand. Unand memang pantas dan berhak untuk itu. Unand untuk kejayaan bangsa, untuk kecerdasan dan kemakmuran negeri ini. (h nasrul thahar)

Kompas, 7 September 1995

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Prof. Drs. Med. Radioputro: “Sarjana Tak Bermutu”
RSPTN Universitas Lampung Segera Beroperasi
Politeknik Multimedia Nusantara Ditargetkan Mulai Beroperasi Tahun 2021
Peringati Satu Abad ITB, Sejumlah Acara Disiapkan
Pelopori Pengembangan Ekonomi Syariah, Wakil Presiden Ma’ruf Amin Dianugerahi UNS Award 2020
Teleskop Robotik dari Jerman untuk Penelitian di Lampung
Alumni Perguruan Tinggi Diajak Bervisi Investasi
Indeks Prestasi Kumulatif Tinggi Harus Diterjemahkan ke Aksi Nyata
Berita ini 50 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Juli 2021 - 12:54 WIB

Prof. Drs. Med. Radioputro: “Sarjana Tak Bermutu”

Kamis, 23 Juli 2020 - 21:34 WIB

RSPTN Universitas Lampung Segera Beroperasi

Selasa, 7 Juli 2020 - 21:22 WIB

Politeknik Multimedia Nusantara Ditargetkan Mulai Beroperasi Tahun 2021

Jumat, 3 Juli 2020 - 15:27 WIB

Peringati Satu Abad ITB, Sejumlah Acara Disiapkan

Kamis, 12 Maret 2020 - 09:49 WIB

Pelopori Pengembangan Ekonomi Syariah, Wakil Presiden Ma’ruf Amin Dianugerahi UNS Award 2020

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB