Universitas Galang Kerja Sama dengan Industri
Kompetensi angkatan kerja di Indonesia kian mengkhawatirkan, bahkan termasuk lulusan lembaga pendidikan tinggi. Ketika mencari pekerjaan, individu dalam usia produktif tersebut tidak memiliki keahlian tertentu sehingga dianggap tidak menarik bagi pencari kerja.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik pada Agustus 2014, di Indonesia terdapat 9,5 persen (688.660 orang) dari total pengangguran terbuka yang merupakan alumni perguruan tinggi. Pada tahun 2013, persentase pengangguran yang lulusan perguruan tinggi 8,36 persen (619.288 orang) dan pada 2012 sebesar 8,79 persen (645.866 orang). Mereka memiliki ijazah diploma tiga atau ijazah strata satu.
Situasi tersebut terjadi karena pendidikan tinggi belum maksimal memberikan penekanan terhadap penguasaan kompetensi. ”Masih dijumpai kasus-kasus seperti sarjana teknik yang tidak paham cara menggunakan alat ataupun permesinan atau sarjana-sarjana ilmu lain yang tidak memahami ilmu program studi yang mereka pelajari,” kata Direktur Bina Instruktur dan Tenaga Pelatihan Kementerian Ketenagakerjaan Darwanto.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Itu diungkapkan Darwanto dalam sambutan pada acara peluncuran Laboratorium Jurusan Teknik Mesin President University di Cikarang, Bekasi, Rabu (28/1). Penguasaan teori yang belum diiringi kecakapan keterampilan membuat daya jual alumni Indonesia berkurang di pasar.
Hal senada disampaikan CEO PT Jababeka Tbk dan penggagas President University Setyono Djuandi Darmono. Darmono mengatakan, di Indonesia sulit mencari tenaga terampil. Itu mengakibatkan jabatan profesional di dalam dunia kerja, terutama di lembaga dan perusahaan swasta, sering kali diduduki orang asing. Orang Indonesia umumnya berkutat menjadi operator saja.
”Padahal, kalau pendidikan bisa menciptakan tenaga profesional yang ahli, investor-investor asing malah lebih tertarik untuk menanam modal,” ujarnya.
Magang
Untuk mendekatkan kebutuhan pengguna dengan kompetensi tertentu lulusan perguruan tinggi, President University, misalnya, menjalin kerja sama dengan sejumlah perusahaan. ”Khusus fakultas teknik, ada nota kerja sama dengan setidaknya 20 perusahaan yang menjadi tujuan mahasiswa magang selama satu tahun,” kata Dekan Fakultas Teknik President University Erwin Sitompul.
Secara terpisah, Ketua Dewan Pertimbangan Forum Rektor Indonesia Ravik Karsidi menyatakan hal serupa. Perguruan tinggi di daerah didorong bekerja sama dengan pengusaha-pengusaha di daerah dalam membuka kesempatan magang bagi mahasiswa ataupun alumni yang baru lulus. Kerja sama itu didorong dengan adanya nota kesepahaman antara Asosiasi Pengusaha Indonesia dan Forum Rektor Indonesia.
”Untuk implementasinya, nanti diharapkan perguruan tinggi di tiap wilayah dan Apindo daerah bisa bekerja sama,” kata Ravik, yang juga Rektor Universitas Sebelas Maret (UNS), Solo.
Riset
Dunia usaha atau industri juga diharapkan bisa memanfaatkan riset-riset yang ada di perguruan tinggi agar dapat dikomersialkan. Pemanfaatan inovasi yang dikembangkan perguruan tinggi diharapkan bisa semakin selaras dengan kebutuhan dunia industri di Indonesia.
Pekan lalu, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir dan Ketua Umum Apindo Hariyadi B Sukamdani menandatangani nota kesepahaman Pengembangan Sumber Daya Manusia, Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat di Lingkungan Perguruan Tinggi. Ruang lingkup kerja sama Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dengan Apindo antara lain pemagangan kerja bagi mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi untuk bidang-bidang keilmuan yang relevan. (ELN/DNE)
Sumber: Kompas, 29 Januari 2015