Menristek dan Dikti: Indonesia Akan Jadi Motor Penggerak
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi oleh negara-negara dengan mayoritas penduduk Muslim yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam belum sepenuhnya diterapkan. Untuk kemajuan bersama, saatnya kini negara-negara Islam harus memanfaatkannya.
Pentingnya implementasi ilmu pengetahuan dan teknologi disebutkan menjadi salah satu topik pembahasan antara Wakil Presiden M Jusuf Kalla dan Perdana Menteri (PM) Kazakhstan Bakytzhan Sagintayev di Astana, Kazakhstan, Sabtu (9/9). “Selain hubungan Indonesia-Kazakhstan, kami juga membicarakan implementasi dari semua program negara Islam di bidang teknologi,” kata Wapres, seperti dilaporkan wartawan Kompas, Anita Yossihara.
Sejak Jumat malam, Wapres didampingi Ibu Mufidah Kalla di Astana, ibu kota Kazakhstan, untuk mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerja Sama Islam Bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 10-11 September. Sebelum mengikuti KTT OKI, Kalla melakukan kunjungan kehormatan ke PM Kazakhstan. Ia didampingi Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani serta Wakil Kepala Polri Komisaris Jenderal Syafruddin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Wapres, salah satu tema yang dibahas dalam pertemuan bilateral adalah pentingnya implementasi program semua negara Islam di bidang teknologi. Selama ini negara-negara OKI dinilai terlalu banyak menggelar konvensi, diskusi, dan seminar, tetapi minim implementasi. Indonesia menginginkan negara-negara Islam menerapkan teknologi bagi kemajuan bersama.
Wapres pun meminta Kazakhstan memberikan dukungan kepada negara-negara Islam agar bersedia merealisasikan program di bidang teknologi. “Kazakhstan ini sebenarnya teknologinya cukup baik karena dulu pernah di bawah Uni Soviet. Sekarang, setelah berdiri sendiri, ilmu pengetahuan dan teknologinya juga bagus. Di samping itu, ada negara-negara Islam yang lebih maju teknologinya, seperti Turki, Iran, dan Pakistan, yang bertemu di KTT OKI. Sangat penting bagi negara-negara maju itu memberi dukungan agar teknologi diimplementasikan,” ujarnya.
Saat meninjau pameran teknologi 2017 di Astana Kazakhstan, Wapres ditemani Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohammad Nasir melihat perkembangan teknologi masa depan, khususnya penemuan energi terbarukan.
Nasir menambahkan, ada beberapa hal yang menjadi fokus pembicaraan pada pertemuan tingkat menteri itu. Hal itu di antaranya pengembangan teknologi pengelolaan air, teknologi pangan, kemaritiman, dan kelautan. Indonesia harus menjadi motor penggerak dalam riset untuk teknologi pangan. Selain berpenduduk Muslim terbesar, Indonesia juga punya teknologi menengah di bidang pangan.
Rektor Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Joni Hermana mengatakan, Indonesia seharusnya juga menjadi penggerak riset dan pengembangan teknologi kemaritiman.
——————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 10 September 2017, di halaman 15 dengan judul “Islam Terapkan Teknologi”.