”Konsep kami adalah ingin mengembalikan pengetahuan- pengetahuan lokal tentang manfaat tumbuhan obat dengan mengintrodusir hasil-hasil riset yang telah kami lakukan,” kata Kepala Bagian Konservasi Keanekaragaman Tumbuhan, Departemen Konservasi Sumber Daya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor (IPB) Ervizal AM Zuhud, Selasa (4/1) di Bogor.
Diperkirakan selama ini terdapat 20.000 spesies tumbuhan obat yang dipergunakan oleh 80 persen penduduk dunia. Berdasarkan kajian ethno-forest pharmacy (etno-wanafarma), sampai tahun 2007 tidak kurang dari 2.039 jenis tumbuhan obat ada di hutan tropika Indonesia.
Unggulan
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Ervizal, terdapat 237 jenis tumbuhan obat di perkampungan Gunung Leutik seluas 35 hektar. Sebagian besar sudah tumbuh di wilayah itu, tetapi pemahaman masyarakat terhadap manfaat tumbuhan obat tersebut makin tergerus. ”Ada 15 jenis tumbuhan obat yang dijadikan unggulan,” katanya.
Sebanyak 15 jenis tumbuhan obat unggulan tersebut meliputi takokak, temulawak, jahe, pegagan, jeruk nipis, binahong, mahkota dewa, rosela, sirih, brotowali, kenikir, salam, duwet, dan sirsak. Takokak merupakan perdu kecil yang tumbuh tegak 1 meter sampai 3 meter, disebutkan Ervizal, sebagai sumber vitamin A yang baik untuk mengobati sakit mata.
Takokak juga baik untuk menyembuhkan gangguan prostat. Temulawak dikenal baik untuk perlindungan organ hati dan penyembuhan gangguan pencernaan. Jahe berfungsi memperbaiki sistem pencernaan.
Berdasarkan riset South East Asia Food and Agricultural Science and Technology (SEAFAST) Center IPB, daun kenikir mengandung antioksidan tertinggi. Daun kenikir banyak dikonsumsi sebagai lalapan. Manfaat antioksidan untuk mengikat radikal bebas di dalam sistem jaringan sel tubuh sehingga mampu menghambat kerusakan organ tubuh.
Periset Departemen Klinik, Reproduksi, dan Patologi pada Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Ietje Wientarsih, juga menyebutkan, berdasarkan riset selama dua tahun terakhir dibuktikan daun alpukat ternyata mampu menghambat pembentukan batu ginjal atau kalsium oksalat. Pengembangannya sedang diarahkan untuk menjadi herbal terstandar atau fitofarmaka. (NAW)
Sumber: Kompas, Rabu, 5 Januari 2011 | 03:33 WIB