Integrasikan Mitigasi Bencana dalam Pembangunan

- Editor

Sabtu, 27 Desember 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Isak tangis terdengar di antara lantunan doa yang didaras di beberapa lokasi pekuburan massal di Aceh pada peringatan 10 tahun bencana tsunami, Jumat (26/12). Peringatan atas tragedi yang menewaskan 126.741 orang Aceh dan menyebabkan 93.285 orang hilang itu diharapkan jadi pelajaran bagi bangsa ini untuk menjadikan mitigasi bencana sebagai bagian penting dari pembangunan.


”Jangan sampai tragedi ini berulang dan dialami kembali anak cucu kita di masa datang. Cukuplah kami yang mengalami,” kata Joni (46), warga Kampung Mulia, Kecamatan Kuta Alam, Banda Aceh, yang ditemui di kuburan massal Gampong Siron, Lambaro, Aceh Besar. Dia kehilangan ibunya saat tsunami.

Namun, lebih dari pemulihan ekonomi, warga Aceh dan kota- kota pesisir lain di Indonesia yang rentan tsunami sebenarnya juga membutuhkan sistem proteksi dari bencana serupa di masa depan. Joni, misalnya, hingga kini tak mau kembali tinggal di rumah lamanya karena masih trauma. Dia memilih tinggal di rumah toko yang baru dibangun di Pasar Aceh. Padahal, seperti rumah lamanya di Kampung Mulia, kawasan Pasar Aceh saat itu rusak parah dilanda tsunami.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Kami di Banda Aceh tak punya banyak pilihan tempat tinggal karena hampir semua kawasan ini terkena tsunami. Pusat kota juga paling parah terlanda tsunami saat itu. Kami hanya berharap sistem peringatan dini jadi lebih baik,” katanya.

Namun, harapan Joni masih jauh terwujud. Seperti diakui Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho, sistem peringatan dini tsunami di Indonesia bermasalah. Kesiapan infrastruktur proteksi belum kuat.

Dari aspek sosial budaya, secara umum masyarakat Indonesia belum siap menghadapi tsunami lagi. Pada 2013, BNPB, UNFPA, dan BPS melakukan survei pengetahuan, sikap, dan perilaku terhadap bencana. Hasilnya, tingkat pengetahuan masyarakat tentang bencana sudah baik, tetapi belum jadi sikap dan perilaku.

”Proses membentuk budaya masyarakat tangguh menghadapi bencana adalah proses panjang, lintas generasi, dan harus terus dilakukan. Pengurangan risiko bencana harus jadi investasi pembangunan di semua sektor. Tak boleh hanya ad hoc, tetapi perlu komitmen tinggi dari pemerintah dan pemda,” katanya.

Tantangan
Abdul Muhari, peneliti tsunami dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, mengatakan, bencana tsunami Aceh harus jadi pelajaran penting bagi kebijakan pembangunan nasional, terutama terkait kebijakan pemerintah untuk mengembangkan kembali sektor maritim, salah satunya lewat program ”tol laut”.

Muhari melihat ada tantangan besar untuk bisa meminimalkan potensi dampak kerugian ekonomi berkaitan aset-aset kepelabuhanan yang ada di kawasan bahaya tsunami, seperti pantai barat Sumatera, bagian selatan Jawa, bagian selatan dan utara Nusa Tenggara, bagian utara Sulawesi, Maluku dan Maluku Utara, serta Papua. Pengalaman di Aceh 2004 memberi pesan bahwa kerugian di sektor kelautan dan kemaritiman Rp 6 triliun. Jika faktor risiko bencana tsunami itu tak diperhitungkan dengan baik, kerugian serupa berpotensi terulang, selain kerugian akibat korban jiwa.

”Meski perencanaan detail dari lokasi pelabuhan-pelabuhan yang akan jadi komponen dalam program tol laut masih ditelaah dan disempurnakan, secara umum hanya delapan dari 24 pelabuhan yang ada di zona yang relatif aman terhadap tsunami. Sebanyak 24 pelabuhan lain ada di kawasan rawan tsunami dengan catatan sejarah kejadian tsunami di lokasi-lokasi itu 10 meter-20 meter,” katanya.

Pengintegrasian variabel risiko bencana dalam perencanaan pembangunan penting karena pengabaian akan amat merugikan. Dalam 10 tahun terakhir, Bappenas mencatat kerugian ekonomi akibat bencana alam Rp 167 triliun. Jika ditambah alokasi dana keperluan tanggap darurat Rp 102 triliun, total kerugian akibat bencana Rp 269 triliun.(AIK)

Sumber: Kompas, 27 Desember 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB