INKA dan Politeknik Negeri Madiun Terapkan Model Sistem Pendidikan Ganda

- Editor

Selasa, 11 Agustus 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

PT INKA (Persero) dan Politeknik Negeri Madiun telah menerapkan model pendidikan sistem ganda. Kerja sama ini bertujuan untuk mewujudkan keterhubungan dan keselarasan antara industri dan pendidikan tinggi.

KOMPAS/MEDIANA—(ki-ka) : Direktur Pengembangan PT INKA (Persero) Agung Sedayu dan Direktur Politeknik Negeri Madiun Muhammad Fajar Subkhan

PT INKA (Persero) dan Politeknik Negeri Madiun sudah menerapkan model pendidikan sistem ganda sejak 2018. Kedua institusi juga telah bekerja sama mengembangkan kurikulum yang sesuai perkembangan industri manufaktur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Direktur Pengembangan PT INKA (Persero) Agung Sedayu menyampaikan hal itu di sela acara bincang-bincang secara daring “Praktik Baik Sinergi Vokasi dan Industri Mewujudkan SDM Unggul Menuju Indonesia Maju”, Senin (10/8/2020), di Jakarta.

Model pendidikan sistem ganda berarti mahasiswa Politeknik Negeri Madiun belajar dan praktik di PT INKA (Persero). Mahasiswa semester tiga wajib mengikuti model pendidikan itu. Selama tiga hari, mereka belajar di dalam PT INKA (Persero), mereka juga bisa sekaligus magang bekerja.

“Mereka belajar langsung cara kami bekerja, absensi, sampai cara makan di dunia usaha/dunia industri. Filosofi kerja sama kami sejak awal adalah mentransformasikan mahasiswa agar cepat berperilaku profesional,” ujar dia.

Agung mengatakan, model pendidikan sistem ganda mendorong pengajaran hardskill dan softskill yang diharapkan dunia usaha/dunia industri lebih mudah disampaikan ke peserta didik.

Menurut Agung, pihaknya bersama Politeknik Negeri Madiun saling kompromi saat menyusun kurikulum. Dari hasil kerja sama itu, harapannya adalah mahasiswa siap bekerja ketika lulus. Lebih jauh, politeknik sebagai pendidikan tinggi bisa menghasilkan riset-riset yang berguna bagi industri.

“Kami pun bekerja sama dengan perusahaan perkeretaapian di Swiss. Kami harap, kerja sama kami dengan Politeknik Negeri Madiun kelak bisa dikolaborasikan dengan perusahaan itu. Jadi, mahasiswa lulusan dapat terserap di pasar luar negeri,” kata Agung.

Dia menambahkan, tantangan industri manufaktur sama dengan sektor lainnya adalah era revolusi industri 4.0 yang ditandai dengan otomasi. Era ini membutuhkan sumber daya manusia yang terampil dan kompetensi.

Direktur Politeknik Negeri Madiun Muhammad Fajar Subkhan mengatakan, kerja sama dengan PT INKA (Persero) mendapat animo positif dari mahasiswa dan keluarganya.

Kerja sama kedua institusi juga berpeluang mendorong anak usaha PT INKA (Persero) berkolaborasi dengan program studi lainnya di Politeknik Negeri Madiun. Model sistem pendidikan ganda membuat mahasiswa bisa merasakan langsung kondisi industri.

“Dosen berasal dari pihak mereka. Para profesional selama ini belum mengeluh, dalam artian jadwal bekerja mereka bentrok dengan mengajar,” kata Fajar.

Dosen harus berubah
Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Vokasi Wikan Sakarinto menekankan, apabila industri dan pendidikan tinggi vokasi sepakat membuat kurikulum bersama, konsekuensinya adalah dosen harus berubah. Misalnya, pola pikir dan cara mengajar mengikuti.

“Mereka (memposisikan) menjadi mentor, pelatih, atau fasilitator mahasiswa. Kalau tidak berubah sikap ataupun pola pikirnya, keterhubungan dan keselarasan dunia usaha/dunia industri dengan pendidikan tinggi ya tidak akan terjadi,” tegas Wikan.

Selain itu, Wikan mendorong, dosen-dosen pendidikan tinggi vokasi lebih aktif riset yang berhubungan dengan permasalahan nyata, terutama menyangkut industri. Dengan demikian, hasil risetnya bermanfaat dan sejalan dengan visi link and match.

“Saya berharap, semakin banyak dunia usaha/dunia industri dan perguruan tinggi vokasi bisa meniru contoh yang dilakukan PT INKA (Persero) dan Politeknik Negeri Madiun,” katanya.

Oleh MEDIANA

Editor: ALOYSIUS BUDI KURNIAWAN

Sumber: Kompas, 11 Agustus 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Berita ini 14 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB