Indonesia-Swedia Kerja Sama Bidang Riset-Dikti

- Editor

Kamis, 5 Oktober 2017

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pengembangan riset, teknologi, dan pendidikan tinggi di Indonesia diperkuat dengan ditandatanganinya nota kesepahaman antara Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dengan Kementerian Pendidikan dan Riset Swedia. Harapannya, akan terjadi transfer teknologi guna memastikan mutu ilmu pengetahuan dan teknologi Indonesia bisa masuk ke kelas dunia.

Nota kesepahaman tersebut ditandatangani Menristek dan Dikti Mohammad Nasir dan Menteri Pendidikan dan Riset Swedia Helene Hellmark Knutsson di Jakarta, Rabu (4/10). Turut hadir Duta Besar Swedia untuk Indonesia Johanna Brismar Skoog.

“Targetnya, pada tahun 2019 perguruan-perguruan tinggi besar di Indonesia bisa memiliki kawasan ilmu pengetahuan dan teknologi (science and technology park),” kata Nasir.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kawasan ini yang menjadi tolok ukur kerja sama tersebut. Sebelumnya, pada 2016, Direktorat Jenderal Kelembagaan Kemristek dan Dikti menandatangani memorandum of record dengan Universitas Lund, Swedia. Selain pembangunan kawasan sains, terdapat pula pengembangan di beberapa bidang penelitian. Pertama, penelitian kedirgantaraan yang bekerja sama dengan Universitas Lund dan perusahaan permesinan Saab.

Bidang kedua, studi pengembangan triple helix yang dilakukan di Institut Teknologi Bandung. Adapun bidang ketiga ialah pengembangan industri kopi dan kakao di Jember, Jawa Timur.

“Kita harus membuat hilirisasi dan komersialisasi dua produk tersebut,” ujar Nasir. Kopi dan kakao produksi Indonesia memiliki reputasi baik di dunia internasional.

Ia mengatakan, apabila Indonesia memulai penelitian dari titik nol, akan ketinggalan dari negara lain. Adanya kerja sama ini memungkinkan Indonesia mendapat akses ke teknologi terbaru dan canggih.

Mengundang guru besar
Ke depan, Kemristek dan Dikti bermaksud mengundang guru besar dan peneliti senior Swedia untuk datang ke Indonesia. Ada sepuluh perguruan tinggi di Swedia yang terlibat di dalam nota kesepahaman ini, antara lain Universitas Uppsala, Universitas Malmo, dan Institutet Karolinska.

Rencana kerja sama ini digagas sejak kunjungan Nasir ke Swedia pada Februari 2016. Konsep semakin dimatangkan dan disetujui untuk dilaksanakan ketika Raja Carl XVI Gustaf dan Ratu Sylvia berkunjung ke Indonesia pada Mei 2017.

Knutsson mengatakan, ini merupakan kesempatan emas bagi Swedia untuk menerapkan teknologinya secara global. “Ini bagian dari sumbangsih Swedia membangun masyarakat berbasis iptek,” ujarnya. (DNE)

Sumber: Kompas, 5 Oktober 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Rabu, 2 Juli 2025 - 18:46 WIB

Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Jumat, 27 Juni 2025 - 05:33 WIB

Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB