Pengembangan riset, teknologi, dan pendidikan tinggi di Indonesia diperkuat dengan ditandatanganinya nota kesepahaman antara Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dengan Kementerian Pendidikan dan Riset Swedia. Harapannya, akan terjadi transfer teknologi guna memastikan mutu ilmu pengetahuan dan teknologi Indonesia bisa masuk ke kelas dunia.
Nota kesepahaman tersebut ditandatangani Menristek dan Dikti Mohammad Nasir dan Menteri Pendidikan dan Riset Swedia Helene Hellmark Knutsson di Jakarta, Rabu (4/10). Turut hadir Duta Besar Swedia untuk Indonesia Johanna Brismar Skoog.
“Targetnya, pada tahun 2019 perguruan-perguruan tinggi besar di Indonesia bisa memiliki kawasan ilmu pengetahuan dan teknologi (science and technology park),” kata Nasir.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kawasan ini yang menjadi tolok ukur kerja sama tersebut. Sebelumnya, pada 2016, Direktorat Jenderal Kelembagaan Kemristek dan Dikti menandatangani memorandum of record dengan Universitas Lund, Swedia. Selain pembangunan kawasan sains, terdapat pula pengembangan di beberapa bidang penelitian. Pertama, penelitian kedirgantaraan yang bekerja sama dengan Universitas Lund dan perusahaan permesinan Saab.
Bidang kedua, studi pengembangan triple helix yang dilakukan di Institut Teknologi Bandung. Adapun bidang ketiga ialah pengembangan industri kopi dan kakao di Jember, Jawa Timur.
“Kita harus membuat hilirisasi dan komersialisasi dua produk tersebut,” ujar Nasir. Kopi dan kakao produksi Indonesia memiliki reputasi baik di dunia internasional.
Ia mengatakan, apabila Indonesia memulai penelitian dari titik nol, akan ketinggalan dari negara lain. Adanya kerja sama ini memungkinkan Indonesia mendapat akses ke teknologi terbaru dan canggih.
Mengundang guru besar
Ke depan, Kemristek dan Dikti bermaksud mengundang guru besar dan peneliti senior Swedia untuk datang ke Indonesia. Ada sepuluh perguruan tinggi di Swedia yang terlibat di dalam nota kesepahaman ini, antara lain Universitas Uppsala, Universitas Malmo, dan Institutet Karolinska.
Rencana kerja sama ini digagas sejak kunjungan Nasir ke Swedia pada Februari 2016. Konsep semakin dimatangkan dan disetujui untuk dilaksanakan ketika Raja Carl XVI Gustaf dan Ratu Sylvia berkunjung ke Indonesia pada Mei 2017.
Knutsson mengatakan, ini merupakan kesempatan emas bagi Swedia untuk menerapkan teknologinya secara global. “Ini bagian dari sumbangsih Swedia membangun masyarakat berbasis iptek,” ujarnya. (DNE)
Sumber: Kompas, 5 Oktober 2017