Indonesia Minim Alat Pendeteksi Radiasi Radioaktif

- Editor

Jumat, 18 Maret 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Indonesia rentan jadi lokasi penyelundupan dan pengangkutan ilegal bahan radioaktif. Minimnya sarana memicu kerentanan itu.

Direktur Keteknikan dan Kesiapsiagaan Nuklir Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) Dedik Eko Sumargo mengatakan, Indonesia hanya punya enam pendeteksi radiasi (RPM) di pelabuhan. “Negara Asia Tenggara lain dengan laut lebih sempit dan pantai lebih pendek, punya puluhan RPM,” ujarnya dalam Sosialisasi Kebijakan Pengawasan terhadap Pengangkutan Bahan Radioaktif di Perairan Indonesia, Rabu (16/3), di Batam.

Indonesia punya empat pelabuhan laut utama dan 14 pelabuhan laut kelas I. Ratusan pelabuhan kecil, baik legal maupun ilegal, tersebar di puluhan ribu kilometer garis pantai.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dengan keterbatasan sarana itu, sulit bagi Bapeten mengawasi pergerakan bahan radioaktif di Indonesia. Padahal, setiap pengangkutan bahan radioaktif wajib atas izin Bapeten.

Dalam 22 tahun terakhir, ada 2.331 pengangkutan radioaktif secara ilegal di seluruh dunia. Saat ini ada 1.390 metrik ton higly enriched uranium (HEU) dan 490 metrik ton plutonium. Seluruh bahan itu bisa untuk membuat 20.000 bom dengan kekuatan setara bom yang menghancurkan Hiroshima. “Semua itu harus diawasi,” ujar Dedik.

Pengangkutan bahan radioaktif paling banyak melalui laut, sementara Bapeten tidak punya kemampuan mengawasi perairan Indonesia. Karena itu, Bapeten bekerja sama dengan berbagai lembaga untuk mengawasi kapal-kapal di perairan Indonesia. “Kemarin, Bapeten memperbaiki kesepakatan dengan Badan Keamanan Laut (Bakamla),” ujar Deputi Perizinan dan Inspeksi Bapeten Khoirul Huda.

Kepala Kantor Keamanan Laut Zona Maritim Barat Laksamana Pertama UK Agung mengatakan, Bakamla punya kewenangan mengawasi dan memeriksa kapal-kapal di perairan Indonesia. Ribuan kapal tersebut bisa mengangkut apa saja sehingga perlu diawasi. (RAZ)
——————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 18 Maret 2016, di halaman 14 dengan judul “Indonesia Minim Alat Pendeteksi Radiasi Radioaktif”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma
Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa
Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap
Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab
Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan
Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara
Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Berita ini 12 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 12 November 2025 - 20:57 WIB

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Sabtu, 1 November 2025 - 13:01 WIB

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:46 WIB

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Rabu, 1 Oktober 2025 - 19:43 WIB

Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan

Minggu, 27 Juli 2025 - 21:58 WIB

Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara

Berita Terbaru

Artikel

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Rabu, 12 Nov 2025 - 20:57 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tarian Terakhir Merpati Hutan

Sabtu, 18 Okt 2025 - 13:23 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Hutan yang Menolak Mati

Sabtu, 18 Okt 2025 - 12:10 WIB

etika

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 16 Okt 2025 - 10:46 WIB