India Kirim Wahana ke Kutub Selatan Bulan

- Editor

Senin, 15 Juli 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Organisasi Penelitian Antariksa India (ISRO) bersiap meluncurkan misi ke kutub selatan Bulan. Jika tidak ada halangan, wahana antariksa Chandrayaan-2 itu akan diluncurkan dari Bandar Antariksa Satish Dhawan di Sriharikota, India pada Senin (15/7/2019) dini hari.

Wahan Chandrayaan-2 akan diluncurkan memakai roket tiga tingkat Geosynchronous Satellite Launch Vehicle (GSLV) Mark III. Roket peluncur milik India itu memiliki kemampuan besar, mampu mengirimkan muatan hingga 4 ton ke orbit transfer geostasioner (GTO) atau ketinggian 35.786 kilometer dari muka Bumi.

NASA/GSFC/ARIZONA STATE UNIVERSITY–Bulan

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Chandrayaan-2 dikirim untuk mengitari Bulan atau menjadi wahana pengorbit. Wahan itu akan menurunkan wahana pendarat Vikram ke permukaan Bulan. Setelah mendarat, Vikram akan mengeluarkan wahana penjejak Pragyan yang dibawanya.

Wahana Chandrayaan-2 merupakan penerus dari wahana Chandrayaan-1 yang membantu menemukan molekul air di Bulan pada satu dekade lalu.

Selama ini, belum ada negara atau badan antariksa lain yang mengirimkan wahana ke kutub selatan Bulan. Daerah itu kaya akan es cair dan sinar Matahari. Jika misi manusia ke Mars nantinya di mulai, kutub selatan Bulan itu cocok dijadikan daerah persinggahan atau transit.

Informasi yang diperoleh dari misi Chandrayaan-2 itu akan sangat membantu dalam merencanakan misi manusia ke luar angkasa di masa depan. Misi itu juga akan mempelajari sejarah geologi Bulan yang berguna untuk memahami planet batuan lainnya di Tata Surya yang memiliki atmosfer tipis, seperti Merkurius.

ISRO–Roket tiga tingkat GSLV Mark III milik India siap mengirimkan misi ke kutub selatan Bulan.

Perjalanan misi
Setelah diluncurkan, roket GSLV Mark III akan mengirim Chandrayaan-2 ke orbit parkir Bumi. Keberadaan wahana di orbit parkir itu akan membuat pengendali misi di Bumi bisa mengntrol kondisi wahana pengorbit dan wahana pendarat yang ada di dalamnya.

Setelah melintasi orbit parkir Bumi, seperti dikutip dari space.com, Minggu (14/7/2019), Chandrayaan-2 akan didorong hingga berada pada lintasan transfer menuju Bulan. Saat mendekati Bulan, mesin pendorong wahana akan dihidupkan hingga wahana bisa masuk ke orbit Bulan.

Saat Chandrayaan-2 berada pada ketinggian 100 kilometer dari permukaan Bulan, maka wahana pendarat Vikram seberat 1.500 kilogram akan dilepaskan untuk mendarat di Bulan. Nama Vikram diambil dari nama salah satu pendiri program antariksa India, Vikram Sarabhai.

“Setelah terpisah dari wahana pengorbit Chandrayaan-2, wahana pendarat Vikram akan melakukan serangkaian manuver yang kompleks,” kata ISRO.

Wahana pendarat Vikram diperkirakan didaratkan di antara dua kawah Bulan yang dinamakan Manzinus C dan Simpelius N yang terletak pada garis lintang 70 derajat di selatan khatulistiwa Bulan. Pendaratan itu diperkirakan berlangsung pada September 2019 mendatang.

ISRO–Ilustrasi wahana pengorbit Chandrayaan-2 yang akan mengitari Bulan.

Ketika Vikram sudah mendarat, langkah berikutnya adalah melepaskan wahana penjejak Pragyan yang dalam bahasa Sansekerta berarti kebijaksanaan. Pragyan dirancang untuk mampu melakukan perjalanan sejauh setengah kilometer dan mampu bertahan hingga satu bulan hari Bulan atau setara dengan 14 hari Bumi.

Informasi yang dikumpulkan Pragyan akan dikirimkan kembali ke Vikram. Dari Vikram, informasi diteruskan kembali ke Chandrayaan-2 yang mengorbit Bulan atau Jaringan Antariksa India (IDSN) yang merupakan jejaring fasilitas komunikasi pendukung misi wahana antarplanet milik India di Bangalore.

Misi sains
Misi senilai 140 juta dollar Amerika Serikat atau sekitar Rp 2 triliun itu akan memperkaya pengetahuan tentang Bulan yang pernah dikumpulkan Chandrayaan-1. ISRO ingin mendapatkan lebih banyak informasi tentang asal usul dan evolusi Bulan.

Informasi akan dicari dengan mempelajari komposisi tanah Bulan dan memetakan penyebarannya. Dari Chandrayaan-1 diketahui bahwa komposisi kimia batuan Bulan cukup unik. Selain itu, juga akan dipetakan regolit atau lapisan tanah atas Bulan secara tiga dimensi.

Misi juga akan mengukur plasma di dekat permukaan Bulan dan kerapatan elektron di ionosfer Bulan. Aktivitas seismik Bulan dan karakter termo-fisik permukaan Bulan juga akan diukur. Demikian pula distribusi molekul air akan dicari dengan menggunakan spektroskopi inframerah, radiometri, dan polarimetri.

ISRO–Ilustrasi wahana pendarat Vikram (kanan) dan wahana penjejak Pragyan (kiri bawah) yang diperkirakan akan mendarat di Bulan September 2019.

Untuk melakukan tugas tersebut, ketiga wahana dalam misi tersebut dilengkapi dengan berbagai piranti ilmiah.

Chandrayaan-2 sebagai wahana pengorbit memiliki kamera pemetaan medan dan kamera pengorbit resolusi tinggi (OHRC) untuk memetakan permukaan Bulan secara detail. OHRC juga akan membantu wahana pendarat Vikram mendarat dengan selamat dan tepat sebelum wahana tersebut dilepaskan Chandrayaan-2.

Informasi tentang komposisi Bulan akan diperoleh dari sepasang spektrometer, yaitu spektrometer sinar X dan spektrometer inframerah. Ada pula radar yang akan memindari es cair dan memperkirakan ketebalan tanah. Peralatan itu dipasang di Chandrayaan-2 bersama instrumen untuk mendeteksi sinar X Matahari dan eksosfer atau atmosfer bagian atas Bulan.

Sementara pada wahana pendarat Vikram akan dipasang peralatan RAMBHA (Radio Anatomy of Moon Bpund Hypersensitive ionosphere and Atmosphere) untuk mengukur temperatur kerapatan elektron di dekat permukaan Bulan dan CHASTE (Chandra’s Surface Thermo-physical Experiment) untuk melihat variasi suhu permukaan Bulan berdasarkan kedalaman tanah Bulan.

Vikram juga memiliki piranti seismometer ILSA (Instrument for Lunar Seismic Activity) untuk mendeteksi kecepatan dan percepatan pergerakan tanah Bulan yang disebabkan oleh gempa.

Sementara wahana penjejak Pragyan memiliki peralatan spektrometer APXS (Alpha Particle X-Ray Spectrometer) untuk mendeteksi unsur-unsur yang ada di tanah tempatnya berpijak. Selain itu, ada peralatan LIBS (Laser Induced Breakdown Spectroscope) yang akan mendeteksi unsur-unsur tanah Bulan menggunakan sinar laser.

Oleh M ZAID WAHYUDI

Sumber: Kompas, 15 Juli 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB