Ilmu Komunikasi Harus Sesuaikan Diri pada Era Digital

- Editor

Kamis, 4 Januari 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Di era digitalisasi, perguruan tinggi dengan program studi ilmu komunikasi didorong untuk bisa menyesuaikan dengan perkembangan teknologi informasi digital saat ini. Penyesuaian itu meliputi kurikulum, sistem pembelajaran, dan pilihan jurusan yang disediakan.

Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rosarita Niken Widiastuti menyampaikan, perkembangan digital saat ini berdampak pada kebutuhan sumber daya manusia dalam dunia kerja, termasuk dunia komunikasi.

Tantangan lebih besar di dunia akademi terutama dalam bidang ilmu komunikasi. Perlu ada teori-teori baru yang ditanamkan dalam pendidikan perkuliahan karena sekarang sudah berubah menjadi era digital.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

”Tantangan lebih besar di dunia akademi terutama dalam bidang ilmu komunikasi. Perlu ada teori-teori baru yang ditanamkan dalam pendidikan perkuliahan karena sekarang sudah berubah menjadi era digital,” kata Niken, Kamis (7/12) seusai acara pembukaan Konferensi Nasional Komunikasi dan Kongres Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) di Jakarta.

Ia menyampaikan, beberapa lapangan pekerjaan yang berkaitan dengan ilmu komunikasi saat ini sudah tidak banyak dibutuhkan. Pergerakan media, misalnya, kata Niken, dengan menurunnya eksistensi media cetak membuat sumber daya manusia yang dibutuhkan semakin menurun. Namun, peralihan muncul dengan maraknya media daring.

Niken menjelaskan, sejumlah lapangan kerja baru yang banyak dibutuhkan sekarang seperti copywriter, pembuat konten media, penganalisis media sosial, penganalisis data digital, dan pengembang konten multimedia. ”Dasarnya (teori) sama, tetapi perlu ditambahkan dan disesuaikan dengan tantangan zaman sekarang,” ujarnya.

Sejumlah lapangan kerja baru yang banyak dibutuhkan sekarang seperti copywriter, pembuat konten media, penganalisis media sosial, penganalisis data digital, dan pengembang konten multimedia.

Hal senada diungkapkan oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Ali Ghufron Mukti. Ia mengatakan, di tengah maraknya informasi dan data yang tersebar di masyarakat, pendidikan ilmu komunikasi diharapkan bisa menjadi pengarah yang baik.

”Perannya (sarjana ilmu komunikasi) sangat strategis untuk bisa mengomunikasikan pesan dengan strategi komunikasi yang tepat. Harapannya dapat membentuk masyarakat yang berbasis ilmu pengertahuan yang lebih rasional dan bisa menerima informasi yang benar bukan hoaks,” ucap Ali.

Perannya (sarjana ilmu komunikasi) sangat strategis untuk bisa mengomunikasikan pesan dengan strategi komunikasi yang tepat. Harapannya dapat membentuk masyarakat yang berbasis ilmu pengertahuan yang lebih rasional dan bisa menerima informasi yang benar bukan hoaks.

Niken menambahkan, di era digital lulusan komunikasi seharusnya bisa lebih berkembang karena banyaknya kebutuhan lapangan pekerjaan yang berbasis informasi dan komunikasi. Akademisi lulusan ilmu komunikasi diharapkan dapat memproduksi pesan yang lebih akurat dan tepercaya sesuai dengan teori yang sudah diajarkan.

”Sistem penyebaran saat ini 10-90, yaitu 10 persen yang membuat pesan dan 90 persen yang menyebarkan. Untuk itu, peran sarjana ilmu komunikasi untuk membuat 10 persen ini menjadi pesan yang positif sehingga yang disebarkan juga positif,” kata Niken.

Ninok Leksono, Rektor Universitas Multimedia Nusantara dan praktisi media, menyampaikan, tantangan di dunia pendidikan saat ini dipengaruhi dengan disrupsi industri oleh kemajuan teknologi. ”Jika pembelajaran yang diberikan tidak berubah dan berkembang, lulusan yang dihasilkan nanti tidak sesuai dengan sumber daya manusia yang dibutuhkan,” katanya.

Jika pembelajaran yang diberikan tidak berubah dan berkembang, lulusan yang dihasilkan nanti tidak sesuai dengan sumber daya manusia yang dibutuhkan.

Untuk itu, kurikulum yang diberikan perlu meliputi kompetensi dasar, wawasan akan perubahan dunia, serta pendidikan karakter yang siap dengan perubahan yang terjadi. ”Akademisi harus disiapkan untuk adaptif, kuratif, inovatif, dan berorientasi pada penyelesaian masalah,” ujar Ninok. Ia menambahkan, pencapaian tersebut bisa dilakukan dengan membuat peminatan tambahan dalam program studi yang disesuaikan dengan perkembangan zaman saat ini. (DD04)

Sumber: Kompas, 8 Desember 2017

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan
Haroun Tazieff: Sang Legenda Vulkanologi yang Mengubah Cara Kita Memahami Gunung Berapi
BJ Habibie dan Teori Retakan: Warisan Sains Indonesia yang Menggetarkan Dunia Dirgantara
Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Berita ini 14 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Jumat, 13 Juni 2025 - 13:30 WIB

Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia

Jumat, 13 Juni 2025 - 11:05 WIB

Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer

Jumat, 13 Juni 2025 - 08:07 WIB

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Rabu, 11 Juni 2025 - 20:47 WIB

Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan

Berita Terbaru

Artikel

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Jumat, 13 Jun 2025 - 08:07 WIB