Pelepasan 1 juta bibit ikan nila ke Danau Sentani di sela-sela Festival Danau Sentani 2015 di Kabupaten Jayapura, Papua, dikritik keras sejumlah pihak. Meski ikan nila dilepaskan di keramba, sifat predator ikan asal Afrika itu mengancam kelangsungan ikan endemis setempat dan pakan budidaya menyisakan soal penurunan mutu perairan setempat.
“Menurut Kementerian Lingkungan Hidup (kini Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan), Danau Sentani ialah danau prioritas diselamatkan dan ekosistemnya dipulihkan dengan menambah populasi ikan endemis. Tetapi malah ditabur 1 juta bibit ikan nila,” kata Henderite Loisa Ohee, pakar ikan pelangi dan Ketua Program Pascasarjana Jurusan Biologi, Fakultas MIPA Universitas Negeri Cenderawasih, Minggu (21/6), di Jakarta.
Ia menanggapi penaburan 1 juta benih ikan nila dalam rangkaian acara Festival Danau Sentani 2015 yang dibuka Sabtu (20/6). Pelepasan sejuta benih oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Yohana Yembise, serta sejumlah pejabat pemerintah/ TNI/kepolisian di Papua itu pun dimasukkan rekor Muri. Benih itu dilepas di keramba jaring apung (KJA) Kampung Asei, di wilayah Danau Sentani.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Bupati Jayapura Mathius Awoitauw mengatakan, ikan nila ada sejak dulu. “Ikan nila atau mujair enggak apa-apa di Danau Sentani asal bukan ikan louhan (ikan red devil),” ucapnya.
Namun, menurut Henderite, meski dilepas di KJA, nila berpotensi lepas di perairan bebas di danau. Budidaya di danau juga memicu masalah seperti kematian ikan massal di Danau Maninjau akibat mutu perairan turun karena timbunan pakan.
Pelepasan ikan introduksi dinilai mempersulit pemulihan ikan endemis dan ikan asli Danau Sentani. Sejak 1958, introduksi ikan asing jenis mujair, tawes, dan gurami mulai dilakukan, lalu disusul ikan gabus toraja (Channa striata), nila, dan jenis lain hingga 17 spesies asing yang diintroduksi di Danau Sentani.
Introduksi jenis asing invasif (JAI) itu membuat ikan-ikan endemis seperti ikan pelangi Sentani (Chilatherina sentaniensis), ikan pelangi merah (Glossolepis incisus), dan ikan gobi terdesak. Mereka jadi mangsa dan telur turut dimangsa atau tak bisa menetas. Selain itu, ikan gabus sentani (Oxyeleotris heterodon) sulit didapat. Contohnya, perilaku mujair yang gemar mengaduk substrat membuat telur ikan pelangi sulit menetas.
Ahmad Poernomo, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, menjelaskan, introduksi asing seharusnya diawali kajian analisis risiko, misalnya interaksi ikan introduksi dan ikan endemis. Pelepasan 1 juta bibit nila di Danau Sentani itu tanpa konsultasi dengan Balitbang KP.
“Jika tak terkendali, ikan introduksi bisa mendominasi populasi dan membawa penyakit,” ujarnya. (ICH/DNE/FLO)
———————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 22 Juni 2015, di halaman 14 dengan judul “Penebaran Nila Ancam Danau Sentani”.