Hemofilia; Perawatan Komprehensif Butuh Peran Pemerintah

- Editor

Senin, 20 April 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Peningkatkan kualitas layanan kesehatan komprehensif kepada penyandang hemofilia perlu dukungan pemerintah. Itu terkait sumber daya manusia memadai serta memastikan keberadaan dan distribusi obat yang merata.
“Perawatan komprehensif selain bersifat rehabilitasi juga deteksi atau diagnosa,” kata Ketua Himpunan Masyarakat Hemofilia Indonesia (HMHI) Prof Djajadiman Gatot pada rapat kerja nasional dan simposium ilmiah, Diagnosis dan Tata Laksana Masalah Artropati Hemofilia, di Tangerang, Minggu (19/4).

Hemofilia merupakan kelainan darah yang diturunkan dari orangtua di mana protein pembentuk pembekuan darah tidak ada atau sangat sedikit. Saat ini, jumlah penyandang hemofilia diperkirakan 25.000, tetapi hanya 4,1 persen terdiagnosa klinis.

Rakernas dua hari itu dihadiri perwakilan HMHI dari 15 cabang di Indonesia dan perwakilan dari Perhimpunan Hematologi dan Transfusi Darah Indonesia (PHTDI), yang terdiri atas ahli (dokter), di antaranya spesialis hematologi anak/dewasa, rehabilitasi medik, dan ortopedik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Perawatan komprehensif adalah perawatan multidimensi melibatkan lintas ahli. Selain perawatan bersifat medis, juga bersifat sosiologis dan psikologis.

Secara medis terdiri atas ahli hematologi, patologi, psikoterapi, ortopedik, ahli nutrisi, dan perawat. Ketersediaan sumber daya manusia harus selaras dengan ketersediaan peralatan medis seperti laboratorium dan obat yang mencukupi.

Semua itu harus terkoordinasi dalam satu tim yang terpadu. Menurut Djajadiman, baru tiga tim terpadu terbentuk, yakni Jakarta, Surabaya, dan Bandung.

Prof Angela Bibiana Tulaar, ahli kedokteran fisik dan rehabilitasi mengatakan, perawatan komprehensif efektif mengedukasi pasien. Untuk itu, pemerintah perlu mendukung.

Kendali pemerintah juga diharapkan menyelesaikan persoalan diskriminasi distribusi obat yang muncul. Tidak jarang pasien diperlakukan berbeda dalam mengakses obat. Hal itu dipicu keterbatasan obat. (B11)
———————-
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 April 2015, di halaman 14 dengan judul “Perawatan Komprehensif Butuh Peran Pemerintah”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama
Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an
AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah
Ancaman AI untuk Peradaban Manusia
Tingkatkan Produktivitas dengan Kecerdasan Artifisial
Menilik Pengaruh Teknologi Kecerdasan Buatan dalam Pendidikan
Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 16 Februari 2025 - 09:06 WIB

Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:57 WIB

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:52 WIB

Jembatan antara Kecerdasan Buatan dan Kebijaksanaan Manusia dalam Al-Qur’an

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:48 WIB

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:44 WIB

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Berita Terbaru

Berita

Perkembangan Hidup, Teknologi dan Agama

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:57 WIB

Berita

AI di Mata Korporasi, Akademisi, dan Pemerintah

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:48 WIB

Berita

Ancaman AI untuk Peradaban Manusia

Minggu, 16 Feb 2025 - 08:44 WIB