Hanya Burung dan Mamalia Kecil yang Bertahan

- Editor

Rabu, 29 Mei 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Perubahan lingkungan memicu seleksi alam yang menyebabkan beberapa fauna tidak akan bertahan. Burung dan mamalia berukuran kecil yang diperkirakan bertahan hingga 100 tahun ke depan.

Demikian kesimpulan kajian tim peneliti dari University of Southampton yang dipublikasikan di jurnal Nature Communications pada 23 Mei 2019. Disebutkan, di masa depan hewan pemakan serangga yang kecil, berumur pendek, sangat subur berkembangbiak, dan dapat hidup di berbagai habitat yang akan mendominasi.

KOMPAS/MOHAMAD FINAL DAENG–Kofiau Paradise Kingfisher (Tanysiptera ellioti), burung endemik yang hanya bisa ditemukan di Kofiau.KOMPAS/MOHAMAD FINAL DAENG

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Para pemenang seleksi alam ini termasuk hewan pengerat dan burung penyanyi, seperti burung pipit beralis putih. Sementara spesies yang membutuhkan kondisi lingkungan khusus dan lambat perkembangbiakannya, kemungkinan akan menjadi korban kepunahan. Mereka yang kalah termasuk elang kuning kecoklatan dan badak.
Para peneliti memperkirakan rata-rata massa tubuh mamalia secara kolektif akan berkurang hingga 25 persen selama abad berikutnya. Penurunan ini tergolong sangat cepat bila dibandingkan dengan pengurangan ukuran tubuh sebesar 14 persen selama 130.000 tahun sebelumnya.

Rob Cooke adalah penulis utama dalam kajian ini dari University of Southampton mengatakan, “Sejauh ini ancaman terbesar terhadap burung dan mamalia adalah umat manusia yang menghancurkan habitat fauna, melalui penggundulan hutan, perburuan, pertanian intensif, urbanisasi dan pemanasan global.”

Ancaman terbesar terhadap burung dan mamalia adalah umat manusia yang menghancurkan habitat fauna.

Keberlanjutan ekologi
Penyusutan spesies ini pada akhirnya dapat menimbulkan dampak negatif lebih lanjut bagi keberlanjutan ekologi dan evolusi jangka panjang. “Hilangnya spesies yang berkinerja unik dalam ekosistem global kita, itu juga bisa berakhir sebagai pendorong perubahan juga,” ungkapnya.

Dalam kajian ini, tim peneliti memusatkan perhatian pada 15.484 mamalia darat dan burung dan mempertimbangkan lima karakteristik yang berhubungan dengan peran masing-masing spesies di alam yaitu massa tubuh, ukuran tubuh, luasnya habitat, makanan, dan lamanya waktu beregenerasi.

Selain itu, para peneliti menggunakan Daftar Merah Spesies Terancam Punah Internasional Union for Conservation of Nature (IUCN) untuk menentukan hewan mana yang paling mungkin punah di abad berikutnya. Mereka menggunakan alat statistik modern untuk menggabungkan semua data ini untuk membuat proyeksi dan mengevaluasi hilangnya keanekaragaman hayati.

Felix Eigenbrod, profesor di University of Southampton, mengatakan, “Kami telah menunjukkan mamalia dan burung yang diproyeksikan punah tidaklah acak, namun selektif. Makhluk tertentu akan diseleksi, tergantung pada sifat dan kerentanan mereka terhadap perubahan ekologis.”

Amanda Bates, ketua tim riset dari Memorial University di Kanada mengatakan, “Kepunahan sebelumnya dipandang sebagai keniscayaan deterministik yang tragis, tetapi mereka juga dapat dilihat sebagai peluang untuk tindakan konservasi.”

Oleh AHMAD ARIF

Sumber: Kompas, 28 Mei 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB