Gunung Anak Krakatau Dua Kali Erupsi Sebulan Terakhir

- Editor

Senin, 26 November 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dalam sebulan terakhir, Gunung Anak Krakatau, Lampung, mengalami dua kali erupsi. Hingga Sabtu (24/11/2018), gunung tersebut masih berstatus Waspada.

Dilansir dari vsi.esdm.go.id, erupsi pertama terjadi pada 6 November 2018 pukul 10.00 dengan tinggi kolom teramati 600 meter di atas puncak atau 938 meter di atas permukaan laut.

Kolom abu berwarna hitam dengan intensitas tebal condong ke arah utara. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 58 mm dan durasi 54 detik.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Sementara erupsi kedua terjadi pada 16 November 2018 pukul 05.24. Tinggi kolom abu teramati 600 meter di atas puncak dan 938 meter di atas permukaan laut.

KOMPAS/ARBAIN RAMBEY–Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda menyemburkan material vulkanik berupa pasir dan bebatuan pijar rata-rata setiap 15 menit. Foto diambil dari Pulau Rakata beberapa waktu yang lalu.

Kolom abu berwarna hitam dengan intensitas tebal condong ke arah timur laut. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 58 mm dan durasi 3 menit 32 detik.

Gunung ini mengalami peningkatan aktivitas vulkanik sejak 18 Juni 2018 dengan level II atau Waspada. Sejak kemarin hingga Sabtu (24/11/2018), gunung api terlihat jelas hingga tertutup kabut. Asap kawah tidak teramati. Angin bertiup lemah hingga sedang ke arah utara dan timur laut.

Melalui rekaman seismograf tanggal 23 November 2018 tercatat terjadi 10 kali gempa vulkanik dalam, 10 gempa vulkanik dangkal, dan 1 kali gempa embusan.

Terkait hal ini, masyarakat atau wisatawan tidak diperbolehkan mendekati kawah dalam radius 2 kilometer dari kawah. (INSAN ALFAJRI)–ADHI KUSUMAPUTRA

Sumber: Kompas, 24 November 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Berita ini 6 kali dibaca

Informasi terkait

Kamis, 10 Juli 2025 - 17:54 WIB

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Berita Terbaru

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB

Artikel

Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:54 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tamu dalam Dirimu

Kamis, 10 Jul 2025 - 17:09 WIB

Artikel

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Jul 2025 - 12:48 WIB

fiksi

Cerpen: Bahasa Cahaya

Rabu, 9 Jul 2025 - 11:11 WIB