GRK Terus Naik

- Editor

Rabu, 19 Agustus 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hasil pengukuran emisi CO2-salah satu gas rumah kaca yang terkuat-di Indonesia sejak tahun 2004 menunjukkan tren naik secara linier, 0,174 parts per million per bulan. Dari 372 ppm tahun 2004 menjadi 397 ppm pada Juni 2015.

Laju kenaikan konsentrasi CO2 yang diukur di Stasiun Pemantau Atmosfer Global (GAW) Bukit Kototabang, Sumatera Barat, tidak setinggi konsentrasi di Stasiun GAW Mauna Loa Amerika Serikat maupun global dan masih di bawah kesepakatan ambang batas sebesar 450 ppm.

Hal ini diungkapkan Kepala Pusat Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Dodo Gunawan dalam International Workshop on GAW Activity di Jakarta, Selasa (18/8). Kepala BMKG Andi Eka Sakya mengatakan, untuk meningkatkan kontribusi pemantauan GRK, Indonesia didukung Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) membangun dua stasiun baru.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Saat ini BMKG memiliki tiga stasiun pemantau atmosfer global. Selain di Bukit Kototabang untuk wilayah Indonesia bagian barat, ada Stasiun GAW Bariri- Palu untuk bagian tengah, dan Stasiun GAW Sorong-Papua di bagian timur.

Dua stasiun baru diharapkan beroperasi penuh pada 2016 untuk memberikan data konsentrasi GRK. Pihak BMKG melakukan pengamatan GRK regional di 14 lokasi Unit Pelaksana Teknis BMKG di berbagai daerah.

efek-rumah-kaca-di-bumiPengoperasian stasiun GAW melibatkan pemerintah provinsi, universitas, dan instansi terkait, seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kementerian Riset dan Teknologi, Bappenas, BMKG, BPPT, dan Lapan.

Sistem pemantauan GRK tersebut diharapkan bisa menjadi nilai tambah untuk proposal Indonesia untuk kontribusi nasional yang diniatkan (INDC) pada Konferensi Perubahan Iklim PBB nanti. (YUN)
—————————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 19 Agustus 2015, di halaman 14 dengan judul “GRK Terus Naik”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB