Google Maps; Bebas Buta Peta, Bebas Koneksi Internet

- Editor

Rabu, 9 Desember 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pada awal Desember, saya berada di Singapura untuk mengikuti perhelatan Singapore Media Festival 2015 selama beberapa hari. Apabila sebelumnya saya tetap terhubung dengan internet secara roaming dari penyedia layanan telekomunikasi di Indonesia, kali ini tidak. Saya mencoba untuk mengandalkan Wi-Fi untuk terhubung dengan internet.

Tentu hal itu mudah dilakukan saat berada di dalam gedung mengingat layanan Wi-Fi gratis yang cukup melimpah, tetapi berbeda hal saat berada di luar. Koneksi internet tetap dibutuhkan, setidaknya untuk mencari panduan jalan apabila berjalan sendiri di jalanan Singapura.

Beruntung karena Google baru saja meluncurkan fitur Google Maps versi luring atau luar jaringan, artinya pengguna tetap bisa menikmati layanan navigasi meski mereka tidak terhubung dengan internet. Layanan ini dikenal sangat tergantung terhadap akses internet untuk beberapa hal mulai membantu pencarian untuk mendapatkan hasil paling relevan, menyesuaikan dengan jadwal transportasi umum, tempat usaha di sekitar, mencari rute dengan waktu tempuh paling singkat berikut pantauan kemacetannya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ini adalah kesempatan berharga untuk menjajal fitur luring dari Google Maps. Setelah memastikan bahwa aplikasi yang terpasang di ponsel adalah versi terbaru, pilihan untuk mempergunakan fitur ini segera ditawarkan setiap kali menyentuh titik lokasi. Setelah memilih untuk mengunduh, pengguna bisa memutuskan radius daerah yang bisa disimpan untuk dipergunakan secara luring.

65d4c79bc3ad45c7bb219c7dd67b4ddeKOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO–Fitur peta yang bisa diakses di luar jaringan atau luring diperkenalkan Google untuk memanjakan pengguna di negara berkembang dengan kondisi infrastruktur internet yang terbatas, Selasa (1/12). Dengan demikian, pengguna tetap bisa menikmati layanan peta tanpa harus memastikan ada jaringan internet atau tidak.

Semakin luas daerah yang disimpan, berarti semakin besar file yang harus diunduh. Untuk menyimpan 80 persen dari wilayah Singapura membutuhkan kapasitas penyimpanan sekitar 250 megabita dan hal tersebut relatif mudah dilakukan saat berada di negara asal. Peta luring yang disimpan memiliki masa kedaluwarsa sekitar seminggu, pengguna memiliki pilihan untuk dihapus atau diperbaharui.

Begitu mencoba fitur ini di Singapura, menyusuri jalanan di tempat yang asing terasa lebih mudah karena setiap saat kita bisa memeriksa lokasi dengan segera tanpa harus mengandalkan internet untuk memuat peta baru. Hal yang sama juga dirasakan sewaktu mencari beberapa tempat seperti obyek wisata, hotel, atau stasiun kereta bawah tanah (MRT). Bagi mereka yang tidak bisa mengakses data secara roaming, fitur ini tentulah sangat membantu.

Hanya saja, ada beberapa hal yang harus dikorbankan sewaktu menggunakan fitur luring ini seperti fitur yang tidak bisa dipergunakan. Misalnya pantauan lalu lintas hingga navigasi menggunakan transportasi umum atau bahkan berjalan kaki. Navigasi menggunakan mobil masih bisa dilakukan meski perangkat tidak tersambung internet.

Yang pasti, hampir tidak terasa perubahan dari Google Maps yang terhubung dengan internet dan sewaktu tidak. Saat berjalan keluar dari hotel, navigasi yang semula dipenuhi informasi karena tersambung internet dari Wi-Fi hotel segera berganti dengan tampilan minimalis, tetapi tetap membantu. Panduan berjalan tetap diberikan tanpa gangguan.

Hemat koneksi
Meski diluncurkan pada akhir November, fitur untuk mengoperasikan peta tanpa dukungan internet ini sudah dijanjikan pada acara Google I/O pada Mei lalu. Pada waktu itu, fitur luring bukanlah hal yang baru karena ada layanan lain yang menyodorkan hal serupa seperti HERE Maps. Bedanya, pengguna hanya diberi pilihan untuk mengunduh file peta yang dikategorikan berdasarkan negara atau kawasan.

Pada tahun yang sama, Google juga meluncurkan fitur luring untuk layanan penerjemah mereka. Caranya sama, pengguna bisa mengunduh terlebih dahulu paket bahasa yang dibutuhkan dan mereka bisa menggunakannya untuk mengalihbahasakan kata-kata yang tidak dipahami.

Tidak hanya itu, fitur luring juga memungkinkan pengguna untuk menerjemahkan beberapa bahasa, termasuk menerjemahkan gambar. Fitur yang disebut belakangan diwarisi berkat akuisisi Google terhadap WordLens, teknologi penerjemah dengan mengubah langsung tulisan yang tampil di layar.

Dipadu dengan layanan Youtube luring, juga diluncurkan tahun ini, pengguna bisa mengunduh video untuk ditonton tanpa jeda dalam kesempatan lain terlebih sewaktu kesulitan terhubung internet. Dengan demikian, seseorang bisa menikmati navigasi, penerjemahan, dan hiburan di mana pun tanpa harus khawatir dengan ketersediaan akses internet.

Fitur peta yang bisa diakses di luar jaringan atau luring diperkenalkan Google untuk memanjakan pengguna di negara berkembang dengan kondisi infrastruktur internet yang terbatas, Selasa (1/12). Dengan demikian, pengguna tetap bisa menikmati layanan peta tanpa harus memastikan ada jaringan internet atau tidak.

b43bf6a09cd64751b737e452fbe92f9fKOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO–Navigasi luar jaringan atau luring mulai diperkenalkan oleh Google untuk layanan peta mereka sejak akhir November. Fitur ini memungkinkan pengguna untuk tetap mendapatkan panduan navigasi maupun tempat-tempat khusus tanpa harus tersambung dengan jaringan internet.

ba420be3b87847b1b9cd8ba7a29e3fdeKOMPAS/DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO–Nikhil Vaishnavi, Product Manager Google Maps, yang berbincang melalui telewicara, mengungkapkan bahwa alasan di balik peluncuran fitur-fitur luring ini adalah untuk menjamu para pengguna yang tinggal di negara berkembang seperti Indonesia. Akses internet adalah alasan layanan Google tidak bisa dinikmati secara optimal.

“Jangan lagi ada orang yang mengikuti panduan navigasi dan terganggu karena kehilangan sinyal,” kata Nikhil, Selasa (8/12).

Dalam mengembangkan Google Maps versi luring, salah satu pertimbangan utama dari tim programmer adalah memastikan bahwa pengalaman memakai terjadi secara lancar, artinya pengguna tidak perlu memilih apa pun untuk mengubah setelah daring menjadi luring atau sebaliknya.

Kondisi masyarakat di Asia Tenggara menjadi salah satu pertimbangan untuk meluncurkan versi luring ini, misalnya karena koneksi internet yang belum optimal, maraknya ponsel dengan harga murah, serta harga yang mahal untuk mengakses data.

Memastikan bahwa layanan ini bisa dinikmati seluruh rangkaian ponsel mulai dari kelas pemula hingga premium juga menjadi tugas yang berat, hingga tim memutuskan untuk membatasi daerah yang disimpan. Tanpa menyebut luas, Nikhil menyebut bahwa batas maksimal file peta luring yang bisa disimpan mencapai 1.550 megabita, pertimbangannya untuk memastikan bahwa ponsel kelas pemula yang umumnya memiliki penyimpanan internal terbatas tetap bisa menggunakannya.

Begitu pula dengan masa kedaluwarsa, Nikhil beralasan bahwa Google ingin memastikan bahwa setiap pengguna akan mendapatkan peta versi terbaru. Jika berlalu, pengguna diberi pilihan untuk memperbaharui daerah yang dia simpan.

Disinggung mengenai rencana pengembangan layanan peta secara luring di masa mendatang, Nikhil tidak bisa memberikan banyak komentar. Beberapa kekurangan yang disebut di awal tulisan diakuinya sebagai pekerjaan rumah yang harus dituntaskan, sedangkan mereka baru meluncurkan tahap awal dari Google Maps versi luring.

Dengan demikian, siapa pun tidak perlu gentar apabila harus bepergian ke negara asing dan khawatir kesulitan mencari arah dan berkomunikasi. Masalah itu sudah terjawab, asalkan pengguna mau mengantisipasi dengan mengunduh file-file yang dibutuhkan sebelum berangkat.

DIDIT PUTRA ERLANGGA RAHARDJO

Sumber: Kompas Siang | 9 Desember 2015

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB