GMF dan Penguasaan Teknik Penerbangan

- Editor

Jumat, 13 Desember 2013

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

PAMERAN kedirgantaraan lazimnya dihadiri oleh pabrikan pesawat. Pameran besar selalu menghadirkan dua raksasa dunia, yakni Boeing dan Airbus untuk pesawat sipil, dan untuk pesawat militer ada Lockheed Martin, Airbus Military, Dassault, dan Eurofighter. Adapun dari Rusia juga hadir pabrikan seperti Antonov dan Mil yang memproduksi helikopter.

Selain pabrikan, ada juga penjual sistem pesawat, seperti penjual landing gear (sistem roda pendarat), avionik dan sarana navigasi, serta pengendali lalu lintas udara.

Di Pameran Kedirgantaraan Dubai yang berlangsung pada 17-21 November lalu di Arena Dubai World Central, peserta pameran lain yang tidak kalah penting adalah perusahaan jasa pemeliharaan pesawat.

Masuk akal jika perusahaan jasa ini menjadi salah satu bagian yang terpenting dalam perkembangan industri pesawat dan penerbangan yang tumbuh dinamis. Bagaimanapun, pesawat yang terbang harus dirawat, dan manakala ada kerusakan, kecil atau besar, harus diperbaiki. Dalam dunia penerbangan, industri inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan maintenance, repair, overhaul (MRO).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Untuk pabrikan, industri pesawat terbang Indonesia (PT DI) tampaknya masih belum memandang mendesak untuk hadir di Pameran Dubai. Dari Indonesia yang mewakili adalah anggota grup perusahaan Garuda Indonesia yang kini semakin mengokohkan diri sebagai salah satu pemain MRO yang diperhitungkan, yakni GMF AeroAsia.

Bagi GMF, Dubai menjadi salah satu ajang yang wajib diikuti untuk memperluas penetrasi pasar, terutama di kawasan Timur Tengah dan Afrika. Demikian penjelasan Direktur Utama GMF AeroAsia Richard Buhadianto di Dubai.

Kontrak
Di Pameran Dubai 2013, GMF punya stand cukup menonjol, dengan bendera Merah Putih yang dipasang tinggi di hall besar sehingga memunculkan kesan kehadiran yang kuat.

9c5dbe3c8eae435e952bd73a1ba264b0Kehadiran di Dubai pun tidak sia-sia karena GMF cukup banyak menandatangani kontrak-kontrak perjanjian dengan klien yang datang dari pelbagai negara. Selain Richard, hadir pula anggota direksi lain, yakni Agus Sulistyono dan Setijo Awibowo.

Hasilnya tidak mengecewakan karena sepanjang airshow, GMF—sebagaimana dikemukakan Humas GMF Mohamad Aviv—bisa mengantongi kontrak senilai 13,9 juta dollar AS (sekitar Rp 166 miliar). Di antara pelanggan GMF adalah Virtual Airlines yang berpusat di Dubai. Perusahaan ini, seperti dikemukakan CEO-nya, Andre Drevs, memercayakan pemeliharaan pesawatnya kepada GMF karena sudah mengenal reputasi GMF. Dalam dua tahun mendatang, Virtual akan menganggarkan tidak kurang dari 1 juta dollar AS untuk bermitra dengan GMF. Perusahaan lain yang juga menandatangani kontrak, antara lain Fits Air, Air Jupiter, Allied Air Cargo, dan Kam Air.

Kehadiran GMF di Dubai Airshow juga mencerminkan percaya diri yang besar karena GMF tidak sendirian di Dubai. Perusahaan Indonesia ini harus bersaing dengan sejumlah perusahaan lain, misalnya Lufthansa Technik, pemain besar yang mempromosikan diri piawai untuk perawatan superjumbo A-380, juga Turkish Technic, dan Ramco, yang spesialis dalam MRO helikopter.

Di masa lalu, ketika PT DI masih bernama IPTN, kehadirannya cukup diperhitungkan, bahkan hingga di pameran kedirgantaraan paling akbar di dunia, yakni Paris Le Bourget. Selain stand atau paviliun, IPTN juga punya chalet, bangunan yang didirikan khusus untuk pemamer (eksibitor) guna menerima tamu dan menggelar jamuan.

GMF cukup diwakili dengan stand/booth di hall, yang dilengkapi dengan ruang terima tamu dan meja untuk penandatanganan kontrak. Namun, dari kehadiran sederhana ini terpancar kiprah anak bangsa yang tekun dan giat dalam menguasai teknik penerbangan.

GMF yang berlokasi di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, ini bisa dikatakan tumbuh bersama dengan kehadiran maskapai Garuda Indonesia sejak 60 tahun silam. Kini, perusahaan ini sudah menjadi salah satu perusahaan MRO yang paling besar di Asia Tenggara.

Dari sisi bisnis setidaknya ada dua faktor pendukung pertumbuhannya. Sebagaimana dikemukakan Agus Sulistyono di sela-sela Pameran, GMF punya peluang karena surutnya penggunaan Boeing 747 juga membuat perusahaan perawatan jet legendaris ini menutup usahanya, sementara GMF masih mempertahankan kemampuan untuk MRO pesawat ini. Memang bukan bisnis yang besar, tapi pasarnya semakin fokus.

Faktor lain adalah segmen kargo, yang bisnisnya tumbuh pesat dalam tahun-tahun belakangan ini seiring dengan meningkatnya angkutan barang antarnegara. GMF, Richard menambahkan, juga punya kemampuan dalam perawatan berbagai tipe pesawat kargo, baik buatan Airbus maupun Boeing.

Di atas semua itu, bertumbuhnya industri penerbangan nasional meniscayakan meningkatnya kebutuhan akan layanan perawatan dan perbaikan pesawat. Hal yang masuk akal karena pesawat terbang harus secara berkala dirawat dan diperbaiki manakala ada yang tidak berfungsi.

Tantangan ke depan
Dengan peluang yang terbuka lebar itu, GMF punya prospek cerah untuk berkembang lebih jauh. Tantangannya adalah terus memperkuat kemampuan, khususnya dalam merekrut tenaga teknik yang andal dan penuh minat pada ilmu teknik dan rekayasa.

Ini bukan hal yang mudah, di tengah kekhawatiran bahwa minat orang muda terhadap teknologi, termasuk di dalamnya ilmu teknik (pesawat terbang), menyusut. Di sini untungnya GMF sudah mengantisipasi, yaitu dengan mengembangkan corporate university, yang selain untuk memenuhi kebutuhan sendiri, juga bisa ditawarkan kepada pihak lain.

Kerja sama GMF dengan institusi penerbangan kelas dunia, juga menggandeng kemitraan dengan pabrikan utama seperti Boeing dan Airbus untuk pesawat keseluruhan, dan General Electric dan Rolls-Toyce untuk mesin pesawat, membantu memperkuat GMF AeroAsia Learning Services.

Dengan pelbagai langkah yang diambil selama ini, tampaknya masa depan GMF AeroAsia tak perlu diragukan lagi. Tentu, asal manajemen terkelola dengan baik, di bawah kepemimpinan yang kokoh. Kehadiran di pameran Dubai melambangkan semangat itu. (Ninok Leksono)

Sumber: Kompas, 13 Desember 2013

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Menghapus Joki Scopus
Kubah Masjid dari Ferosemen
Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu
Misteri “Java Man”
Empat Tahap Transformasi
Carlo Rubbia, Raja Pemecah Atom
Gelar Sarjana
Gelombang Radio
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:08 WIB

Menghapus Joki Scopus

Senin, 15 Mei 2023 - 11:28 WIB

Kubah Masjid dari Ferosemen

Jumat, 2 Desember 2022 - 15:13 WIB

Paradigma Baru Pengendalian Hama Terpadu

Jumat, 2 Desember 2022 - 14:59 WIB

Misteri “Java Man”

Kamis, 19 Mei 2022 - 23:15 WIB

Empat Tahap Transformasi

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB