Gempa Susulan Masih Terjadi, Waspadai Bangunan Retak

- Editor

Senin, 23 April 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hingga minggu (22/4) jumlah gempa susulan di Kalibening, Banjarnegara, Jawa Tengah telah mencapai delapan kali. Meski kekuatan gempa susulan ini terus mengecil, masyarakat diminta mewaspadai bangunan yang retak akibat guncangan gempa utama berkekuatan M 4,4 pada Rabu (18/4) lalu.

Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, magnitudo gempa susulan berkisar dari M 1,7 hingga M 3,4. Gempa susulan terakhir berkekuatan M 3,4 pada Sabtu (21/4) pukul 18.19 WIB sekitar 25 km arah utara Banjarnegara pada kedalaman 1 Km.

Menurut Daryono, dampak gempa susulan ini menyebabkan dua orang luka ringan. Warga yang menderita luka ringan disebabkan karena terkena rubuhan bangunan yang memang sudah retak saat terjadi gempa utama.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

“Karakteristik gempa Kalibening ini cukup unik karena pusatnya sangat dangkal sehingga guncangannya berdampak besar meskipun magnitudonya kecil,” ujarnya.

Kekuatan gempa susulan semakin melemah dari gempa utama M=4,4 pada hari Rabu 18 April 2018 menjadi M=1,4 pada hari Minggu 22 April 2018 (dalam waktu 3 hari).–Sumber: BMKG

Karakteristik gempa Kalibening ini cukup unik karena pusatnya sangat dangkal sehingga guncangannya berdampak besar meskipun magnitudonya kecil.

Daryono menambahkan, gempa susulan lazim terjadi pasca terjadinya gempa yang cukup kuat. Dengan melihat kecenderungan kekuatan gempa susulan yang mengecil, potensi terjadinya guncangan dengan kekuatan yang lebih besar dari gempa, terutama diperkirakan rendah. Namun, masyarakat diimbau agar menjauhi bangunan yang telah retak-retak karena berpotensi roboh jika terjadi guncangan lagi.

“Berdasarkan hasil monitoring dari lima sensor digital seismograf yang baru terpasang di sekitar episenter, dapat disimpulkan bahwa kekuatan gempa susulan semakin melemah. Dapat diperkirakan sangat kecil potensi terjadinya gempa susulan yang lebih kuat lagi pada lokasi episenter yang sama,” kata dia.

Lokasi gempa susulan dibandingakn gempa utama.–Sumber: BMKG, 2018

Belum Teridentifikasi
Daryono mengatakan, gempa Banjarnegara yang menewaskan dua orang memberi pelajaran tentang pentingnya identifikasi sumber gempa secara lebih rinci. Sejauh ini, masih banyak sumber gempa di Indonesia yang belum terpetakan, termasuk gempa di Kalibening dan juga gempa darat yang menghancurkan ratusan rumah di Pidie Jaya, Aceh pada 2016 lalu.

Peneliti gempa bumi dari Pusat Penlitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Mudrik Darmawan Daryono mengatakan, gempa kali ini memang berada di zona sesar yang belum teridentifikasi daalam Peta Gempa Bumi Nasional 2017. Mudrik yang turut menyusun peta gempa ini mengatakan, kualitas resolusi data yang digunakan dalam peta gempa bumi nasional masih relatif rendah, yaitu sekitar 30 meter.

“Idealnya kita memiliki data resolusi dengan resolusi minimal 10 meter sehingga bisa memetakan sumber sesar aktif lebih baik,” kata dia.

Lokasi sumber gempa bumi kali ini, menurut Mudrik berjarak sekitar 16 kilometer sesar Baribis-Kendeng yang terpetakan di Peta Gempa Bumi Nasional 2017. “Dugaan saya, ini bagian dari sistem besar Baribis Kendeng,” kata dia.

Menurut Mudrik, jalur sesar aktif sesar Baribis Kendeng perlu penelitian geologi yang serius untuk lebih mengetahui karakteristik dan parameter sesar aktif nya. Tujuannya untuk mengetahui parameter lokasi jalur pasti, kejadian gempa bumi di masa lalu, kecepatan pergeseran tektonik, besar magnitudonya, dan paling penting periode ulangnya. “Jalur sesar aktif Baribis Kendeng inilah yang berindikasi menerus hingga memotong Ibukota Jakarta,” kata dia.

Gempa bumi tersebut juga menunjukkan kawasan utara Jawa memang memiliki sesar aktif penghasil gempa bumi. Sebagaimana telah disebutkan dalam peta Gempa Bumi Nasional 2017, sesar Baribis Kendeng melintasi kota-kota besar di utara Jawa, mulai dari Surabaya, Semarang, hingga Cirebon.–AHMAD ARIF

Sumber: Kompas, 23 April 2018

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan
UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum
3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum
Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023
Tiga Ilmuwan Penemu Quantum Dots Raih Nobel Kimia 2023
Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023
Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Senin, 13 November 2023 - 13:46 WIB

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 November 2023 - 13:42 WIB

3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum

Senin, 13 November 2023 - 13:37 WIB

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 November 2023 - 05:01 WIB

Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:52 WIB

Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:42 WIB

Teliti Dinamika Elektron, Trio Ilmuwan Menang Hadiah Nobel Fisika

Berita Terbaru

Berita

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 Nov 2023 - 13:46 WIB

Berita

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 Nov 2023 - 13:37 WIB

%d blogger menyukai ini: