Gempa Solok Dipicu Sesar Aktif yang Belum Dikenali

- Editor

Jumat, 1 Maret 2019 - 16:01 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gempa bumi berkekuatan M 5,3 pada Kamis (28/2/2019) pagi di Solok Selatan, Sumatera Barat, bersumber dari percabangan Sesar Besar Sumatera yang belum terpetakan. Sekalipun kekuatannya relatif kecil, kerusakan bangunan mencapai ratusan karena sumber gempa yang dangkal.

Berdasarkan data Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), episenter gempa terletak pada koordinat 1,4 Lintang Selatan dan 101,53 Bujur Timur, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 36 kilometer arah timur laut kota Padang Aro, Kabupaten Solok Selatan, pada kedalaman 10 kilometer.

”Gempa Solok Selatan ini merupakan jenis gempa tektonik kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang dipicu oleh aktivitas sesar aktif yang belum terpetakan dan belum diketahui namanya,” kata Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono, di Jakarta, Jumat (1/3/2019).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Gempa Solok Selatan ini merupakan jenis gempa tektonik kerak dangkal (shallow crustal earthquake) yang dipicu oleh aktivitas sesar aktif yang belum terpetakan.

Menurut Daryono, pemicu gempa ini diduga berasal dari percabangan (splay) dari Sesar Besar Sumatera (The Great Sumatera Fault Zone) mengingat lokasi episenter gempa ini terletak sejauh 49 kilometer di sebelah timur jalur Sesar Besar Sumatera tepatnya dari segmen Suliti.

”Jika memperhatikan peta geologi di lokasi episenter, tampak adanya pola kelurusan yang berarah barat laut-tenggara. Mengacu pada orientasi ini, dapat dikatakan bahwa mekanisme gempa Solok Selatan ini berupa sesar mendatar dengan arah pergeseran menganan (dextral-strike slip fault),” ujarnya.

Peneliti Pusat Studi Gempa Bumi Nasional, Rahma Hanifa, mengatakan, segmen Suliti sudah dipetakan dalam buku Peta Sumber Gempa Bumi Nasional 2017. ”Namun, mekanisme gempa kali ini yang strike slip (mendatar) tidak searah dengan sesar Suliti. Kemungkinan ini percabangan sesar minornya,” ujarnya.

Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana menunjukkan, gempa kali ini menyebabkan 343 rumah rusak dan 48 orang luka-luka. Daerah yang terdampak mencakup tiga kecamatan, yaitu Sangir Balal Janggo (Nagari Sungai kunyit, Sungai Kunyit Barat, Talunan Maju), Sangir Batang hari (Nagari Ranah Pantai Cermin), dan Sangir Jujuan (Nagari Lubuk Malako).

Rahma menambahkan, banyaknya kerusakan bangunan karena pusat gempa dangkal sehingga intensitas guncangannya tinggi, mencapai skala V-VI MMI.

Sejarah gempa
Daryono mengatakan, data sejarah gempa besar di segmen Suliti tidak banyak. Namun, pada bagian selatan segmen ini yang berdekatan dengan segmen Siulak, pernah terjadi dua kali gempa dahsyat, yaitu M 7,6 pada 1909 dan M 7 tahun 1995.

Menurut dia, gempa pada 4 Juni 1909 berpusat di perbatasan Sumatera Barat, Bengkulu, dan Jambi. Jumlah korban jiwa meninggal akibat gempa Kerinci ini sangat banyak, lebih dari 230 orang, sementara korban luka ringan dan berat dilaporkan juga sangat banyak.

Gempa ini kembali berulang pada 1995 dengan kekuatan M 7,0, terjadi pada 7 Oktober. Dampaknya mengakibatkan kerusakan parah di Sungaipenuh, Kabupaten Kerinci. Gempa ini menyebabkan 84 orang meninggal, 558 orang luka berat, dan 1.310 orang luka ringan. Sementara 7.137 rumah, sarana transportasi, sarana irigasi, tempat ibadah, pasar, dan pertokoan mengalami kerusakan.

Ada pelajaran penting yang dapat kita petik dari peristiwa gempa di Solok Selatan, termasuk catatan gempa Kerinci 1909 dan 1995. Bahwa, keberadaan zona Sesar Besar Sumatera harus selalu kita waspadai. Jika terjadi aktivitas gempa kuat akibat pergeseran sesar ini, efeknya dapat sangat merusak karena karakteristik kedalamannya yang dangkal dan dekat permukiman penduduk.

Oleh AHMAD ARIF

Sumber: Kompas, 1 Maret 2019

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan
UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum
3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum
Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023
Tiga Ilmuwan Penemu Quantum Dots Raih Nobel Kimia 2023
Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023
Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Senin, 13 November 2023 - 13:46 WIB

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 November 2023 - 13:42 WIB

3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum

Senin, 13 November 2023 - 13:37 WIB

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 November 2023 - 05:01 WIB

Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:52 WIB

Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:42 WIB

Teliti Dinamika Elektron, Trio Ilmuwan Menang Hadiah Nobel Fisika

Berita Terbaru

Berita

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 Nov 2023 - 13:46 WIB

Berita

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 Nov 2023 - 13:37 WIB