Gempa Bandung Bersumber dari Sesar Garsela

- Editor

Selasa, 22 Januari 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Gempa di Kabupaten Bandung pada Senin kemarin bersumber dari Sesar Garsela. Aktifnya sesar-sesar di Jawa Barat ini harus diwaspadai karena berpotensi memicu bencana.

Gempa bumi berkekuatan M 3 melanda Kabupaten Bandung pada Senin (21/1/2019) pukul 10.53 WIB. Sekalipun kekuatannya kecil, namun gempa kali ini membuktikan banyaknya jalur sesar aktif di Jawa Barat.

Kepala Balai Besar Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Wilayah II Tangerang Selatan Joko Siswanto menyebutkan, episenter gempa bumi terletak pada koordinat 7,24 Lintang Selatan dan 107,55 Bujur Timur, atau di darat pada jarak 14 kilometer (km) arah barat daya Kabupaten Bandung, Jawa Barat dengan kedalaman 1 km.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

–Gempa Magnitudo 3 terjadi pada 21 Januari 2019, pukul 10.53 WIB. Pusat gempa 14 km barat daya Kabupaten BanDung, Jawa Barat dengan kedalaman 1 km. Gempa ini berasal dari sesar Garsela atau Garut Selatan.

“Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas sesar lokal di wilayah tersebut,” kata dia.

Menurut Joko, guncangan gempa ini dilaporkan dirasakan di daerah Pangalengan dengan skala II Modified Mercalli Intensity (MMI). “Hingga saat ini belum ada laporan dampak kerusakan yang ditimbulkan akibat gempa tersebut,” kata dia.

Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, sekalipun gempa kali ini relatif kecil, namun ini menandai aktifnya zona sesar di kawasan ini. “Di kawasan ini terdapat sesar Garsela. Sesar ini pula yang pada 18 Juli 2017 memicu gempa M 3,7 yang menimbulkan kerusakan bangunan dan Control Room Kamojang 4 milik Pertamina Geothermal Energy,” kata dia.

Peneliti Pusat Penelitian Gempa Bumi Nasional (Pusgen) Rahma Hanifa mengatakan, jalur sesar di kawasan ini sudah disebut dalam Peta Sumber dan Bahaya Gempa Bumi Nasional 2017, namun belum dikarakterisasi dengan rinci. “Sudah disebut, tapi untuk perhitungan seismic hazard belum dimasukkan,” kata dia.

Andri Dian Nugraha dari Global Geophysics Research Group, Institut Teknologi Bandung (ITB) mengatakan, sesar Garsela dibagi dua segmen, yaitu Rakutai dengan panjang 19 km dan segmen Kencana sepanjang 17 km.

Sekalipun telah diketahui segmennya, namun menurut Andri, untuk kepentingan mitigasinya masih diperlukan pemetaan dengan skala rinci. Apalagi, aktivitas gempa-gempa kecil di zona tersebut relatif sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini.

Banyak sesar
Jawa Barat diketahui memiliki struktur tektonik dan vulkanik sangat kompleks. Pergerakan lempeng Indo-Australia yang menunjam lempeng Eurasia menyebabkan terbentuknya beberapa sesar aktif di Jawa Barat, meliputi Cimandiri, Lembang, dan Baribis. Kawasan ini juga memiliki gunung api aktif terbanyak di Indoensia, seperti Salak dan Gede Pangrango di Bogor; Tangkuban Perahu di Bandung; Guntur dan Papandayan di Garut; Galunggung di Tasikmalaya; dan Ciremai di Kuningan.

Berdasarkan data sejarah, Jawa Barat juga pernah dilanda gempa besar, yaitu pada 1780 dan 1834. Gempa merusak ini diperkirakan berkekuatan M 8,5 dan M 7 – M 7,7.

–168 lokasi sumber gempa dangkal, kurang dari 30 km, yang terjadi di Jawa Barat dari 2009 sampai 2015. Sumber: Pepen Supendi dan tim dalam jurnal Geoscience Letter, 2018

Kajian Pepen Supendi dari Teknik Geofisika ITB dan tim yang dipublikasikan di jurnal Geoscience Letter tahun 2018 berhasil mengidentifikasi 168 lokasi sumber gempa dangkal, kurang dari 30 km, di Jawa Barat dari 2009 hingga 2015. Gempa-gempa ini diduga berkaitan dengan aktivitas sesar Cimandiri, Lembang, dan Baribis, selain juga zona sesar lokal di Garut Selatan yang diberi nama Garsela.

Dalam paper ilmiah ini juga disebutkan, aktifnya sesar-sesar di Jawa Barat berpotensi memicu bencana karena lokasinya berdekatan dengan kawasan berkepadatan penduduk tinggi. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, populasi di Jabar mencapai 46.183.642 dan sebagian besar di antaranya tinggal di dekat jalur patahan.

Oleh AHMAD ARIF

Sumber: Kompas, 22 Januari 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 11 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB