Pemerintah mengalokasikan 1 juta dollar AS atau sekitar Rp 11 miliar untuk menerjemahkan 100-150 buku berbahasa Indonesia dan bahasa daerah ke bahasa Jerman, Inggris, atau bahasa asing lain. Buku-buku itu akan dipamerkan dalam Frankfurt Book Fair 2015.
Pada pameran buku terbesar dan tertua di dunia itu, Indonesia menjadi tamu kehormatan.
”Ini kesempatan penting bangsa Indonesia untuk menumbuhkan budaya literasi dan memperkuat diplomasi budaya,” kata Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan Wiendu Nuryanti, Kamis (27/3), di Jakarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Anggaran penerjemahan buku itu Program Dana Penerjemahan yang diluncurkan 14 Maret 2014, saat Leipzig Book Fair di Jerman. Jika tanpa subsidi, dikhawatirkan proses menerjemahkan memakan waktu lama.
”Daftar buku yang akan dipamerkan harus terkumpul paling lambat November 2014. Kami tak akan memaksakan jumlah harus 100-150 buku. Yang utama tetap kualitasnya,” kata Wiendu.
Ketua Harian Panitia FBF Agus Maryono berharap, penulis, penerbit, penerjemah, dan institusi lain segera mengajukan proposal penerjemahan. Targetnya, pada Oktober 2014, proses penerjemahan buku-buku yang akan dipamerkan sudah selesai. Pengajuan buku atau karya yang akan dipamerkan di FBF 2015 selambat-lambatnya harus diterima panitia pada 15 April 2014.
Setelah buku atau karya diterima, lanjut Agus, dilakukan proses seleksi oleh tim independen, di luar panitia. Untuk ketentuan umum dan kriteria pemilihan buku dan karya, serta mekanisme pengajuan proposal subsidi penerjemahan bisa dilihat di laman www.kemdikbud.go.id atau laman www.indonesiafbf.com.
Kepala Pusat Perlindungan Bahasa Kemdikbud Sugiono menambahkan, proses memilih dan menerjemahkan buku akan sulit, apalagi untuk karya sastra lama. Selain karya sastra, ada pula kategori karya nonsastra. Buku-buku yang sudah dikirimkan, tetapi tidak terpilih, akan disalurkan ke perpustakaan-perpustakaan.
”Sudah ada 500 buku atau karya yang masuk dan kami berharap tambah terus,” ujarnya.
Menurut Sekretaris Umum Ikatan Penerbit Buku Indonesia Husni Syawie, kesempatan sebagai tamu kehormatan itu penting, terutama bagi para pengarang. Sebab, karya-karya mereka bisa tampil dan dikenal komunitas internasional. (LUK)
Sumber: Kompas, 28 Maret 2014