Fasilitas Kampus dan Pencari Beasiswa Luar Negeri dari NTT

- Editor

Selasa, 24 Maret 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Elisabeth None (25) duduk di kursi rodanya, di pintu masuk Gedung Rektorat Universitas Nusa Cendana Kupang, Sabtu (7/3/2020). Elisabeth datang bersama ibu kandungnya setelah mendengar ada penerimaan beasiswa luar negeri yang diselenggarakan di kampus itu. Sayang, ia kesulitan mengakses naik ke lantai tiga, tempat penyelenggaraan pemaparan dan tes TOEFL. Kampus Undana hanya bisa dijangkau dengan menaiki puluhan anak tangga.

KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA–Elisabeth None (25), salah satu calon peserta tes beasiswa yang diselenggarakan di Gedung Rektorat Lantai III Undana Kupang. Gedung itu tidak memiliki lift bagi kaum difabel sehingga ia pun duduk di kursi rodanya di pintu utama gedung itu, Sabtu (7/3/2020).

Pengin lihat suasana di lantai tiga, menyaksikan langsung pameran beasiswa, dan informasi-informasi lain. Tetapi sayang, beta tidak bisa sampai ke sana. Tidak ada lift di sini,” kata Elisabeth sambil melempar senyum.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Setelah menunggu satu jam di lantai dasar, pintu utama gedung Rektorat Undana Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), dibuka. Tiga petugas satpam menggotong Elisabeth ke lantai tiga berikut kursi rodanya. Elisabeth adalah peserta paling terakhir mengisi buku peserta dengan nomor urut 521.

Elisabeth lulusan strata satu Akademi Pekerja Sosial Kupang dengan status cum laude pada 2018. Ia belum mendapatkan pekerjaan layak. Semangat belajar tinggi, tetapi kemampuan kedua orangtua, yang adalah petani miskin, terbatas. Namun, keinginannya maju tak tertahan. Ia mendengar pameran beasiswa luar negeri itu dari teman-temannya. Ia pun berusaha datang ke tempat pameran, Gedung Rektorat Undana Kupang.

Elisabeth ingin mengambil program sosial kemanusiaan agar bisa membantu rekan difabel di NTT. Karena itu, ia ingin mendapatkan penjelasan rinci dari perwakilan universitas luar negeri terkait program itu. Pameran berlangsung Jumat-Sabtu (6-7/3/2020) atas kerja sama Australia Awards 2020, Pemprov NTT, dan Undana Kupang. Seluruh perwakilan perguruan tinggi di Australia hadir dalam pameran itu. Mereka adalah alumni perguruan tinggi di Australia asal NTT, yang telah menyelesaikan program Australia Awards beberapa tahun sebelumnya.

Targeting & Scoping Manager Australia Awards 2020 Tutiek Rahayu mengatakan, kecenderungan peserta beasiswa Australia Awards dari NTT setiap tahun meningkat. Kegiatan ini dimulai sejak 2014. Pada saat itu, peserta beasiswa yang hadir hanya 100-an orang, kuota yang diberikan 20 orang. Namun, jumlah peserta tes terus meningkat. Tahun 2019, peserta yang melamar 500 orang, kuota yang tersedia 30 orang.

”Saat ini persaingan makin ketat untuk mendapatkan beasiswa itu. Tes TOEFL, ujian kemampuan bahasa Inggris yang diperlukan untuk mengikuti pendidikan di luar negeri, khusus program magister dari NTT minimal 500 atau IELTS sebanyak 5,0, sedangkan program doktoral 600 atau 6,0. Setelah dinyatakan lulus, mereka menjalani masa orientasi di Undana selama enam bulan, khusus untuk bahasa Inggris dan budaya Australia sebelum diberangkatkan ke Australia,” kata Tutiek.

KOMPAS/KORNELIS KEWA AMA–Calon pelamar beasiswa luar negeri mengikuti penjelasan dari setiap perwakilan universitas di Australia agar bisa mendapatkan informasi yang lengkap sehingga tidak kecewa di kemudian hari

Calon mahasiswa memilih sendiri universitas di Australia yang mereka inginkan. Karena itu, mereka harus mendengarkan sendiri informasi tentang beasiswa luar negeri itu dari sumber asli sehingga nantinya tidak kecewa. Seluruh biaya dari Pemerintah Australia. Orangtua calon mahasiswa tidak mengeluarkan biaya apa pun terkait pendidikan ini.

Program magister (S-2) diwajibkan dua tahun dan S-3 selama empat tahun. Biasanya mereka tepat waktu. Setelah lulus, kebanyakan mereka membentuk institusi sendiri seperti LSM atau bekerja secara mandiri. Gisela Napu (28), alumnus Universitas Queensland Australia, mengatakan, ia mengambil program magister di bidang manajemen lingkungan. Program mulai Juli 2017 dan ia lulus Juli 2019.

”Saya ikut program Australia Awards 2017. Saat ini saya terlibat dalam beberapa proyek penelitian terkait lingkungan di NTT. Mahasiswa NTT yang mengambil program magister untuk lingkungan terbatas,” kata Napu. Menurut Napu, kesulitan yang dihadapi pada awal pendidikan magister di Universitas Queensland adalah bahasa dan cara berpenampilan sesuai budaya setempat.

Akses gedung
Terkait akses gedung kampus, Rektor Undana Kupang Prof Ir Fredrik Benu mengatakan, desain pembangunan Undana memang tidak mempertimbangkan anak-anak difabel. Sebab, selama ini belum ada anak difabel masuk perguruan ini. Namun, ia berjanji akan mempertimbangkan pengadaan lift sehingga anak-anak difabel bisa mengakses sejumlah unit di kampus itu. Dengan begitu, pengunjung seperti Elisabeth nantinya tak perlu direpotkan lagi.

Ia mengatakan, Undana hanya menyediakan tempat untuk pameran dan tes TOEFL bagi peserta. Undana tidak menjanjikan pekerjaan bagi lulusan beasiswa. ”Mereka harus kreatif dan inovatif untuk menciptakan peluang kerja. Untuk apa mengikuti beasiswa kalau masih bergantung pada lowongan PNS pemprov,” katanya.

Tahun 2019, Pemprov NTT dan Undana mengirim 21 peserta beasiswa ke Universitas Griffith di Australia selama enam bulan. Mereka sudah pulang dan bekerja, di antaranya membuka bisnis rintisan bidang pariwisata.

Oleh KORNELIS KEWA AMA

Sumber: Kompas, 23 Maret 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB