Etnobotani; Monokultur Mengancam Aktivitas Riset

- Editor

Kamis, 12 Desember 2013

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Penelusuran etnobotani menyangkut sistem pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan sumber daya hayati dan lingkungannya hingga saat ini masih belum lengkap. Namun, kini banyak hutan alam yang dibabat dan menjadi perkebunan monokultur sehingga otomatis mengancam studi etnobotani tersebut.

”Pengetahuan tradisional memanfaatkan keanekaragaman hayati belum banyak kita ketahui. Namun, monokultur telah banyak menghilangkan kultivar tumbuhan,” kata peneliti di Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Y Purwanto, dalam seminar terbatas etnobotani yang diselenggarakan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Rabu (11/12), di Jakarta.

Purwanto mengutarakan salah satu penelitiannya di Papua mengenai kebun komunal ubi jalar. Di lahan sekitar 5 hektar, ia menemukan ada sekitar 60 kultivar ubi jalar yang ditanam. Jenis ubi jalar juga mengacu pada fungsi masing-masing, seperti untuk makanan bayi, makanan keluarga, dan untuk ritual.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Pengetahuan tradisional mengenai pengelolaan tanaman pangan ubi jalar di Papua ini masih jarang dikomunikasikan. Ilmuwan Universitas Cenderawasih, Papua, Samuel J Renyaan, mengemukakan, tanaman pangan sagu di Papua dengan 23 genotip belum memperoleh perhatian sebagai potensi tanaman pangan.

”Tanaman sagu memiliki kaitan erat dengan sumber daya air. Ada tanaman sagu, selalu ada air,” kata Samuel.

gaharu-monokultur-ipohJenis tanaman nipah, menurut Samuel, juga penting untuk konservasi air. Nipah dapat menahan lumpur sehingga baik digunakan untuk menahan laju sedimentasi sungai.

”Ciliwung tidak perlu dikeruk, tetapi bisa ditanami nipah untuk menahan lumpur tidak masuk ke sungai,” kata Samuel.

Eko Baroto Walujo, peneliti di Pusat Penelitian Biologi LIPI, memaparkan, penelitian etnobotani seharusnya menjadi studi multidisiplin yang memperhatikan pula masalah perbanyakan, budidaya, pemanenan, pengolahan, ekonomi produksi, dan pasar. Penelitian etnobotani menganalisis ketergantungan manusia dengan lingkungannya.

Ketua Komisi Ilmu Pengetahuan Indonesia AIPI Mien A Rifai mengatakan, pada perkembangannya sekarang memang muncul kekhawatiran studi etnobotani ini makin menghilang.

”Kebijakan monokultur seharusnya diarahkan untuk tetap menjaga keanekaragaman hayati sehingga penelitian dan studi etnobotani dapat terus berlangsung,” kata Rifai. (NAW)

Sumber: Kompas, 12 Desember 2013

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB