Etnoastronomi; Tiga Bintang Penanda di Rasi Orion

- Editor

Senin, 22 Desember 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Hujan yang turun pada sore hari selama sepekan terakhir membuat langit malam Jakarta cukup bersih. Alhasil, sejumlah bintang dan rasi bisa dengan mudah diamati. Salah satunya adalah rasi Orion atau lebih dikenal sebagai Lintang luku atau Waluku di Indonesia.


Rasi itu mudah dikenali dari dari tiga bintang segaris di tengahnya. Mereka terbit tepat di arah timur dan terbenam tepat di arah barat. Saat tengah malam berada di atas kepala seperti yang terlihat Sabtu (20/12) dini hari.

Ketiga bintang itu, dari barat ke timur, dinamai Mintaka, Alnilam, dan Alnitak. Menurut astronom Jim Kaler, seperti dikutip space.com, kedua bintang terluar, yaitu Alnitak dan Mintaka, berasal dari frasa bahasa Arab yang berarti sabuk. Adapun Alnilam berarti untaian mutiara.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Dalam mitologi Yunani, ketiga bintang itu melambangkan sabuk Orion, sang pemburu. Di lihat dari belahan Bumi utara, pemburu itu dalam posisi berdiri sambil membawa tameng di kiri dan gada di tangan kanannya.

7ddf73301c1646179faf8eb8d0292183Astronom observatorium Kerajaan Inggris di Greenwich Tom Kerss menyebut ketiga bintang itu dikaitkan dengan kisah di Alkitab tentang tiga orang bijak (majus) dari timur mengunjungi bayi Yesus.

Jawa
Sudut pandang dan budaya berbeda membuat orang Jawa melihat Orion sebagai bajak sawah sehingga disebut Lintang Luku atau Bintang Bajak. Ketiga bintang segaris itu ada di antara bagian bajak yang berfungsi membalik tanah dan bagian pegangan bajak.

Mintaka, Alnilam, dan Alnitak juga bermakna penting bagi spiritualitas masyarakat Jawa. Menurut Pembina Himpunan Astronomi Amatir Jakarta Widya Sawitar, posisi segaris bintang diabadikan dalam kesegarisan tiga candi Buddha di Jawa Tengah, yaitu Borobudur, Pawon dan Mendut. Saat ketiga bintang berada di atas kepala, kemiringan garisnya mirip kemiringan garis imajiner menghubungkan ketiga candi (Kompas, 10 Mei 2012).

Terlepas dari mitologi yang menyertai ketiga bintang segaris atau Orion, ketiga bintang itu bisa jadi patokan mengamati bintang lain di rasi Orion. Di sebelah kanan atas mereka, ada bintang Rigel warna biru sebagai bintang terterang di Orion. Di kiri bawah ada Betelgeuse, raksasa merah sebagai bintang terterang kedua. (MZW)

Sumber: Kompas, 22 Desember 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB