Elang Bondol Terancam Kehilangan Habitat

- Editor

Senin, 3 Desember 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara melepasliarkan lima elang bondol di Suaka Margasatwa Karang Gading, di Pantai Beting Camar, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, Jumat (30/11/2018). Elang bondol terancam punah akibat perburuan dan kerusakan habitat. Ekosistem Karang Gading dirambah jadi kebun sawit dan tambak ikan.

“Suaka Margasatwa Karang Gading yang sebagian besar merupakan hutan mangrove adalah kawasan konservasi penting untuk penyelamatan satwa-satwa yang hidup di ekosistem mangrove,” kata Kepala Bidang Wilayah I Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumut Mustafa Imran Lubis.

Suaka Margasatwa Karang Gading yang sebagian besar merupakan hutan mangrove adalah kawasan konservasi penting untuk penyelamatan satwa-satwa yang hidup di ekosistem mangrove.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Namun, SM Karang Gading terus menghadapi tekanan dari perambahan. Dari 14.827 hektar hamparan ekosistem mangrove dan ekosistem pantai di SM Karang Gading, 3.345 hektar di antaranya rusak karena dirambah dan dialihfungsikan menjadi kebun sawit dan tambak.

Suaka Margasatwa Karang Gading yang berada di pesisir pantai timur Sumut di Kabupaten Langkat dan Deli Serdang merupakan habitat elang bondol atau Haliastur indus. Sebagian besar kawasan SM Karang Gading merupakan ekosistem hutan mangrove. Ada juga sebagian yang merupakan ekosistem pantai yang ditumbuhi pohon cemara, kelapa, dan tanaman pantai lainnya.

KOMPAS/NIKSON SINAGA–Petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara melepasliarkan lima ekor elang bondol di ekosistem mangrove di Suaka Margasatwa Karang Gading, Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat (30/11/2018).

Berdasarkan pantauan Kompas yang ikut dalam perjalanan kapal cepat dari perairan Belawan di Medan hingga Pantai Beting Camar, ekosistem mangrove di tepi pantai masih ditumbuhi tanaman bakau. Di sejumlah tempat, elang bondol berwarna cokelat dengan bulu lehar putih terbang berburu ikan di tepi pantai.

Namun, di beberapa tempat di Kecamatan Labuhan Deli dan Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat, ekosistem mangrove tampak rusak dialihfungsikan menjadi tambak.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah II Stabat BBKSDA Sumut Herbert Aritonang mengatakan, kerusakan paling parah SM Karang Gading terdapat di Hamparan Perak dan Labupan Deli, Kabupaten Deli Serdang, serta di Tanjung Pura dan Secanggang, Kabupaten Langkat. Para perambah biasanya menutup paluh sehingga air laut tidak masuk ke kawasan mangrove yang membuat tanaman bakau mati.

Perhutanan sosial
Untuk menyelamatkan SM Karang Gading, BBKSDA Sumut saat ini menjalankan program perhutanan sosial skema kemitraan konservasi. Masyarakat bisa memanfaatkan kawasan, tetapi harus menjaga fungsi konservasi mangrove. Paluh yang sebelumnya ditutup harus dibuka kembali. Masyarakat diizinkan membudidayakan ikan di hutan mangrove. Menurut Herbert, mereka sudah memulihkan hutan mangrove lebih dari 100 hektar.

KOMPAS/NIKSON SINAGA–Lima ekor elang bondol dilepasliarkan oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara di ekosistem mangrove di Suaka Margasatwa Karang Gading, Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, Jumat (30/11/2018). Elang bondol menghadapi ancaman dari kerusakan habitat dan perburuan. Dari 14.827 hektar SM Karang Gading, 3.345 hektar di antaranya rusak karena dirambah menjadi tambak dan kebun sawit.

Herbert mengatakan, SM Karang Gading merupakan ekosistem penting bagi sejumlah spesies burung seperti elang bondol, elang laut, camar, dan burung migran. Mangrove juga tempat pemijahan ikan dan tempat hidup lutung kelabu.

Rehabilitasi elang bondol
Fatimah Sari, dokter hewan di Pusat Penyelamatan Satwa Taman Wisata Alam Sibolangit, mengatakan, elang bondol yang dilepasliarkan itu merupakan penyerahan dari masyarakat. Pihaknya melakukan rehabilitasi dan habituasi terhadap elang bondol berusia sekitar dua tahun tersebut sejak Oktober 2017.

KOMPAS/NIKSON SINAGA–Petugas Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Utara mengangkut lima ekor elang bondol untuk dilepasliarkan di ekosistem mangrove di Suaka Margasatwa Karang Gading, Desa Karang Gading, Kecamatan Labuhan Deli, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat (30/11/2018).

Ada enam elang bondol lagi yang masih dalam proses rehabilitasi. Sebagian tidak bisa lagi dilepasliarkan karena sayap atau kakinya cedera.

Selain elang bondol, pihaknya melepasliarkan dua ekor kukang (Nycticebus coucang) dan satu ekor kucing hutan (Felis bengalensis) di Kawasan Taman Wisata Alam Danau Sicike-Cike, Kabupaten Dairi. Pelepasliaran satwa-satwa tersebut rangkaian dari peringatan Hari Cinta Puspa dan Satwa Nasional pada 5 November lalu.–NIKSON SINAGA

Sumber: Kompas, 1 Desember 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 13 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB