Ekonomi Berpotensi Kolaps Tanpa Riset

- Editor

Sabtu, 5 Desember 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Indonesia menikmati pertumbuhan ekonomi dan jadi satu dari 20 negara dengan perekonomian besar. Namun, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi lamban, bahkan kalah dari negara-negara Asia Tenggara. Jika perhatian pada iptek nasional tetap rendah, pertumbuhan ekonomi tidak akan berkelanjutan, sewaktu-waktu bisa kolaps.

Itu mengemuka dari paparan Kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Iskandar Zulkarnain saat diskusi Science, Technology, and Innovation Outlook bertema “Memandang Indonesia ke Depan”, Jumat (4/12), di Jakarta.

Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir, mantan Kepala LIPI Lukman Hakim, dan Rektor Universitas Multimedia Nusantara turut hadir. “Ini semacam bom waktu yang harus diwaspadai,” ujar Iskandar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Kajian McKinsey Global Institute 2012, Indonesia diprediksi jadi kekuatan ekonomi ketujuh di dunia pada 2030. Kini, Indonesia tergabung dalam G20, perkumpulan 20 negara dengan perekonomian terbesar di dunia yang menghimpun hampir 90 persen produk domestik bruto dunia.

Namun, berdasar data indikator Iptek dari Pusat Penelitian Perkembangan Iptek LIPI 2014, anggaran belanja penelitian dan pengembangan Indonesia hanya 0,09 persen terhadap PDB nasional. Di tingkat Asia Tenggara, Indonesia kalah dari Thailand (0,85 persen PDB) dan Malaysia (di atas 1 persen PDB).

Iskandar menambahkan, Indonesia baru punya 5.000 terbitan ilmiah yang terindeks di pengindeks internasional serta 1.130 paten. Thailand dengan besaran PDB yang lebih kurang sama punya 11.313 terbitan ilmiah dan 7.740 paten.

Itu menunjukkan pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini ditopang faktor nonlitbang, termasuk eksploitasi sumber daya alam. Padahal, SDA akan habis. “Sumber daya alam penopang pertumbuhan bisa habis, daya saing ekonomi turun,” ujarnya.

Pada peluncuran Penghargaan Publikasi Ilmiah Internasional, Nasir mengatakan, minimnya publikasi ilmiah jadi masalah. Publikasi ilmiah dasar inovasi. Inovasi salah satu pembentuk daya saing bangsa. “Jika punya daya saing, kesejahteraan ekonomi makin baik,” ujarnya. (JOG)
———————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 5 Desember 2015, di halaman 14 dengan judul “Ekonomi Berpotensi Kolaps Tanpa Riset”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB