Dukung Riset Vaksin, Permudah Peneliti Mengakses Virus SARS-CoV-2

- Editor

Rabu, 8 April 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Para peneliti meminta pemerintah pusat mempermudah akses terhadap virus SARS-CoV-2 guna penelitian obat dan vaksin Covid-19. Upaya melawan virus korona baru ini mesti melibatkan banyak pihak dalam koordinasi pemerintah.

JALAA MAREY / AFP–Ilustrasi: Ilmuwan Israel bekerja di laboratorium MIGAL Research Institute di Kiryat Shmona di Israel, Minggu (1/3/2020). MIGAL menjadi salah satu lembaga yang sedang mengembangkan vaksin untuk Covid-19.

Sejumlah peneliti meminta pemerintah pusat mempermudah akses mendapatkan virus SARS-CoV-2 guna penelitian obat dan vaksin Covid-19. Selama belum mendapatkan sampel virus, riset untuk mendapatkan obat ataupun vaksin bakal terkendala.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ketua Tim Riset Korona-Formulasi Vaksin dari Professor Nidom Foundation (PNF) Chairul Anwar Nidom, di Surabaya, Selasa (7/4/2020), mengatakan, hingga saat ini timnya belum bisa mendapatkan sampel virus korona baru atau SARS-CoV-2. Padahal, sampel virus sangat diperlukan untuk uji tantang pembuatan vaksin.

”Kami berharap para peneliti diberikan akses sampel virus agar riset mengenai vaksin Covid-19 bisa dilakukan maksimal. Penanganan Covid-19 harus dilakukan beriringan antara penanganan pasien dan pembuatan vaksin,” kata Nidom.

Saat ini, lanjut Nidom, timnya melakukan beberapa penelitian untuk obat Covid-19, yakni pembuatan vaksin dan obat-obatan penghalau atau receptor blocker. Namun, pengujian masih dilakukan menggunakan vaksin yang memiliki sifat serupa SARS-CoV-2 sehingga hasilnya tidak akan semaksimal jika menggunakan virus aslinya.

AFP/ANDREW CABALLERO-REYNOLDS–Ilustrasi: Direktur Deteksi Antibodi dan Pengembangan Vaksin Nita Patel mengamati model komputer yang memperlihatkan struktur protein dari vaksin potensial untuk Covid-19 di laboratorium Novavax di Rockville, Maryland, Amerika Serikat, Jumat (20/3/2020).

Nidom berharap peneliti dari dalam negeri diprioritaskan dalam pengembangan vaksin Covid-19. Sebab, peneliti Indonesia memiliki kemampuan yang tidak kalah dibandingkan dengan peneliti luar negeri. Mereka siap mengikuti ketentuan dari pemerintah jika mendapatkan akses virus tersebut untuk penelitian.

Nidom mengklaim timnya sudah siap mengembangkan vaksin Covid-19 karena sudah berpengalaman, seperti ketika membuat vaksin virus flu burung. Jika sampel virus SARS-Cov-2 didapat, purwarupa diperkirakan selesai dalam waktu sekitar enam bulan.

Selama vaksin belum ditemukan, lanjut Nidom, masyarakat bisa melakukan pencegahan dengan mengonsumsi empon-empon atau rempah-rempah. Kurkumin yang terkandung dalam rempah-rempah dapat mengontrol produksi sitokin yang berlebihan ketika terpapar Covid-19.

Selain itu, timnya juga mengembangkan formula BCL untuk receptor blocker guna menghalau Covid-19 agar tidak menempel di paru-paru. Formula ini terdiri dari beberapa kandungan, yaitu BCL (Bromhexine Hydrochloride), Guaiphenisin, dan beberapa zat lainnya.

”Jika paru-paru sudah terinfeksi, akan sulit sekali untuk direhabilitasi, apalagi saat ini belum ada obatnya. Perawatan yang diandalkan sekarang adalah infus vitamin dan beberapa rumah sakit menggunakan chloroquine dan tambahan oksigen untuk respirasi,” tutur Nidom.

–CA Nidom

Formula BCL akan mengikat receptor virus korona di paru-paru, bukan mengganggu atau membunuh virusnya. Jika tidak menempel di receptor ACE2 paru-paru, virus tidak dapat berkembang biak dan akan mati dengan sendirinya. Adapun penggunaannya melalui penguapan atau aerosol. ”Formula BCL baik digunakan oleh pasien ataupun orang yang belum terpapar Covid-19,” katanya.

Sementara itu, Ketua Tim Peneliti Satuan Tugas Covid-19 Universitas Airlangga Surabaya Profesor Soetjipto mengatakan, Unair juga akan membuat kit untuk mendeteksi Covid-19 portabel berbasis biosensor RNA. Kit ini mampu memeriksa dengan relatif lebih cepat dan tepat melalui swab.

Selain itu, tim peneliti Unair juga mengembangkan vaksin berbasis protein rekombinan. Penelitian lain juga terkait sintesis kandidat obat anti-Covid-19 dan analisis binding energi dengan metode molecular docking. ”Tentu penggunaan vaksin untuk penelitian harus melalui izin Kementerian Kesehatan meskipun kami memiliki sampel pasien yang melakukan swab di Unair,” katanya.

Oleh IQBAL BASYARI

Editor: GREGORIUS FINESSO

Sumber: Kompas, 7 April 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua
Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS
Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Selasa, 15 Juli 2025 - 08:43 WIB

Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi

Rabu, 9 Juli 2025 - 12:48 WIB

Dusky: Senandung Ibu dari Sabana Papua

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:21 WIB

Dari Garis Hitam ke Masa Depan Digital: Kronik, Teknologi, dan Ragam Pemanfaatan Barcode hingga QRIS

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Anak-anak Sinar

Selasa, 15 Jul 2025 - 08:30 WIB

Fiksi Ilmiah

Kapal yang Ditelan Kuda Laut

Senin, 14 Jul 2025 - 15:17 WIB

fiksi

Pohon yang Menolak Berbunga

Sabtu, 12 Jul 2025 - 06:37 WIB