Pusat Arkeologi Nasional menggandeng Lembaga Biologi Molekuler Eijkman untuk meneliti asam deoksiribonukleat (DNA) tulang belulang manusia purba Homo sapiens yang ditemukan dalam ekskavasi situs Goa Harimau di Padang Bindu, Semidang Aji, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Penelitian ini untuk memastikan apakah Homo sapiens Goa Harimau memiliki hubungan genetik dengan masyarakat modern di sekitar kompleks tersebut.
Arkeolog prasejarah Pusat Arkeologi Nasional, Harry Truman Simanjuntak, mengatakan, selain melihat hubungan genetika, penelusuran DNA Homo sapiens Goa Harimau juga akan membuka misteri pola sebaran migrasi mereka ke sejumlah daerah pelosok Nusantara lain.
”Dugaan kami, mereka adalah (rumpun bangsa) Austronesia yang datang di suatu tempat, lalu menyebar ke pelosok Nusantara dan menurunkan kita semua. Mereka adalah leluhur langsung kita semua,” kata Truman, akhir pekan lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hingga sekarang, 76 kerangka individu di Goa Harimau dapat didata. Sebagian besar telah dipindahkan ke museum lapangan di Desa Padang Bindu.
Pengangkutan tulang belulang Homo sapiens dan berbagai macam artefak Goa Harimau melibatkan delapan pekerja. Total berat kerangka dan artefak lebih dari 100 kilogram. ”Melihat kondisi lapangan yang sulit berupa jalan setapak licin dan berbatu, tulang belulang itu harus dibawa dalam beberapa bagian,” ujar Truman.
Arkeolog Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Daud Tanudirjo, menambahkan, Homo sapiens dari masa yang hampir sama juga pernah ditemukan di Kepulauan Halmahera, Maluku Utara. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa itu terjadi proses migrasi rumpun bangsa Austronesia ke sejumlah penjuru Nusantara.
Pengangkatan kerangka di Goa Harimau menggunakan teknik sistematis agar tidak rusak. Tulang belulang tersebut dicetak ulang dan tiruannya akan ditempatkan sama persis seperti kondisi aslinya sewaktu belum dipindahkan dari lokasi penggalian. Untuk kebutuhan analisis lanjutan, satu kubur terbaik disisakan agar tidak terkontaminasi bahan-bahan apa pun.
Menurut Truman, pencetakan kerangka tiruan dilakukan karena pemerintah daerah ingin memanfaatkan situs Goa Harimau sebagai obyek wisata. Kerangka tiruan akan diletakkan di lokasi penggalian persis seperti bentuk aslinya sehingga pengunjung bisa menyaksikan bagaimana kondisi awal situs tersebut. (ABK)
Sumber: Kompas, 19 Mei 2014