DNA Kerangka Diteliti

- Editor

Senin, 19 Mei 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pusat Arkeologi Nasional menggandeng Lembaga Biologi Molekuler Eijkman untuk meneliti asam deoksiribonukleat (DNA) tulang belulang manusia purba Homo sapiens yang ditemukan dalam ekskavasi situs Goa Harimau di Padang Bindu, Semidang Aji, Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Penelitian ini untuk memastikan apakah Homo sapiens Goa Harimau memiliki hubungan genetik dengan masyarakat modern di sekitar kompleks tersebut.

Arkeolog prasejarah Pusat Arkeologi Nasional, Harry Truman Simanjuntak, mengatakan, selain melihat hubungan genetika, penelusuran DNA Homo sapiens Goa Harimau juga akan membuka misteri pola sebaran migrasi mereka ke sejumlah daerah pelosok Nusantara lain.

”Dugaan kami, mereka adalah (rumpun bangsa) Austronesia yang datang di suatu tempat, lalu menyebar ke pelosok Nusantara dan menurunkan kita semua. Mereka adalah leluhur langsung kita semua,” kata Truman, akhir pekan lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hingga sekarang, 76 kerangka individu di Goa Harimau dapat didata. Sebagian besar telah dipindahkan ke museum lapangan di Desa Padang Bindu.

Pengangkutan tulang belulang Homo sapiens dan berbagai macam artefak Goa Harimau melibatkan delapan pekerja. Total berat kerangka dan artefak lebih dari 100 kilogram. ”Melihat kondisi lapangan yang sulit berupa jalan setapak licin dan berbatu, tulang belulang itu harus dibawa dalam beberapa bagian,” ujar Truman.

Arkeolog Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Daud Tanudirjo, menambahkan, Homo sapiens dari masa yang hampir sama juga pernah ditemukan di Kepulauan Halmahera, Maluku Utara. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa itu terjadi proses migrasi rumpun bangsa Austronesia ke sejumlah penjuru Nusantara.

Pengangkatan kerangka di Goa Harimau menggunakan teknik sistematis agar tidak rusak. Tulang belulang tersebut dicetak ulang dan tiruannya akan ditempatkan sama persis seperti kondisi aslinya sewaktu belum dipindahkan dari lokasi penggalian. Untuk kebutuhan analisis lanjutan, satu kubur terbaik disisakan agar tidak terkontaminasi bahan-bahan apa pun.

Menurut Truman, pencetakan kerangka tiruan dilakukan karena pemerintah daerah ingin memanfaatkan situs Goa Harimau sebagai obyek wisata. Kerangka tiruan akan diletakkan di lokasi penggalian persis seperti bentuk aslinya sehingga pengunjung bisa menyaksikan bagaimana kondisi awal situs tersebut. (ABK)

Sumber: Kompas, 19 Mei 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah
Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia
AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru
Petungkriyono: Napas Terakhir Owa Jawa dan Perlawanan Sunyi dari Hutan yang Tersisa
Zaman Plastik, Tubuh Plastik
Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes
Kalender Hijriyah Global: Mimpi Kesatuan, Realitas yang Masih Membelah
Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 7 Juli 2025 - 08:07 WIB

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Minggu, 6 Juli 2025 - 15:55 WIB

Dari Quick Count ke Quick Lie: Kronik Naik Turun Ilmu Polling di Indonesia

Sabtu, 5 Juli 2025 - 07:58 WIB

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:32 WIB

Zaman Plastik, Tubuh Plastik

Jumat, 27 Juni 2025 - 08:07 WIB

Suara yang Menggeser Tanah: Kisah dari Lereng yang Retak di Brebes

Berita Terbaru

Artikel

Di Balik Lambang Garuda di Selembar Ijazah

Senin, 7 Jul 2025 - 08:07 WIB

Fiksi Ilmiah

Bersilang Nama di Delhi

Minggu, 6 Jul 2025 - 14:15 WIB

Artikel

AI Membaca Kehidupan: Dari A, T, C, G ke Taksonomi Baru

Sabtu, 5 Jul 2025 - 07:58 WIB