DNA Baduy dan Kasepuhan Diperiksa

- Editor

Rabu, 4 Desember 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Lembaga Eijkman memeriksa genetika masyarakat Baduy dan Kasepuhan. Hasil pemeriksaan ini akan melengkapi data DNA yang sudah ada dari 133 suku di Indonesia.

Untuk pertama kalinya, masyarakat Baduy dan Kasepuhan di Banten, diperiksa genetikanya. Selain untuk mengetahui asal-usul dan kekerabatan populasi, pemeriksaan ini juga untuk mengetahui kaitan penyakit terkait genetik.

Deputi Direktur Eijkman Herawati Supolo Sudoyo, Selasa (3/12/2019), di Lebak, Banten, mengatakan, sekalipun Lembaga Eijkman telah mengumpulkan DNA dari 133 suku di 16 pulau di Indonesia, namun data genetik tentang masyarakat Sunda di Jawa Barat dan Banten justru masih terbatas.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

IMG_20191204_114909.jpg–Peneliti Lembaga Biologi Molekuler Eijkman memeriksa DNA dari masyarakat Baduy di Kampung Cisaban, Desa Kanekes, Lebak, Banten pada Selasa (3/12). Selain untuk mengetahui asal-usul dan kekerabatan populasi, pemeriksaan ini juga untuk mengetahui penyakit terkait DNA.

“Sekitar tahun 2000, kami pernah memeriksa DNA mitokondria dari 25 orang Sunda di Kota Bandung. Namun, data ini perlu diperbarui karena tidak representatif untuk studi yang mendalam tentang populasi karena masyarakat Sunda sendiri sangat kompleks,” kata Herawati.

Berdasarkan sampel DNA saat itu diketahui masyarakat Sunda memiliki komposisi genetik dominan Austroasiatik, yaitu kelompok populasi yang dulu tinggal di daratan Asia. Komposisi dominan berikutnya adalah Austronesia.

Pemeriksaan DAN saat itu juga masih terbatas pada DNA mitokondria untuk mengetahui asal-usul dari jalur perempuan, sementara saat ini Lembaga Eijkman sudah mengkaji keseluruhan genom sehingga bisa didapatkan data lebih lengkap. Tak hanya untuk mengetahui asal-usul, namun kajian DNA ini juga mengetahui penyakit terkait genetik.

“Kajian kali ini berupaya memperdalam pemahaman tentang orang Sunda, khususnya terhadap masyarakat Baduy dan Kasepuhan yang berada di sekitar Taman Nasional Halimun Salak,” kata Herawati.

Belum ada rincian
Keberadaan tentang Baduy dan Kasepuhan selama ini lebih banyak dari aspek antropologi, namun belum ada rincian tentang asal-usul, pembauran, dan migrasi leluhur mereka di masa lalu. Populasi mereka sekitar 26.000 orang, dan hingga saat ini masih mempertahankan kepercayaan tradisional.

Masyarakat Baduy Dalam masih tabu menggunakan barang-barang elektronik, melarang menggunakan listrik dan alat transportasi, dan berbagai produk modern lain. Sekalipun masih mempertahankan kepercayaan tradisional, masyarakat Baduy Luar sudah lebih longgar, seperti telah menggunakan alat transportasi.

Untuk pemeriksaan DNA di Baduy kali ini dilakukan di Kampung Cisabang, Desa Kanekes. Selain diambil sampel DNA, tim Eijkman yang bekerja sama dengan puskesmas setempat juga melakukan pelayanan kesehatan.

“Cisabang kami usulkan karena selama ini belum pernah ada pemeriksaan dan pelayanan kesehatan. Puskesmas terdekat dari Cisabang sekitar 15 kilometer,” kata, Jaro Saija, Kepala Desa Kanekes, yang juga turut diperiksa DNA-nya. “Kami harap pemeriksaan ini bisa berguna bagi kebaikan masyarakat Baduy juga.”

IMG_20191204_114847.jpgSementara itu, masyarakat Kasepuhan yang hidup berdampingan dengan Baduy memiliki perbedaan adat-istiadat dan kepercayaan. Masyarakat Kasepuhan terdiri dari beragam kelompok, yang masing-masing juga memiliki kisah tentang asal-usul yang berbeda.

“Kalau berdasarkan cerita turun-temurun, leluhur kami berasal dari daerah sekitar Batu Tulis, Bogor. Kalau Kasepuhan Pasir Eurih dari sekitar Sukabumi. Kami berharap pemeriksaan ini bisa memperjelas asal-usul kami,” kata Dede, tokoh masyarakat Kasepuhan Cilebang.

Proses pembauran
Dari penelitian Lembaga Eijkman, sejauh ini populasi manusia Indonesia merupakan bauran dari berbagai asal-usul dengan gelombang kedatangan berbeda. Gelombang migrasi pertama tiba sekitar 50.000 tahun lalu dan merupakan nenek moyang orang Papua. Gelombang migrasi kedua ke Nusantara terjadi di akhir Zaman Es, 11.000 tahun lalu. Sekalipun akarnya juga dari Afrika, nenek moyang mereka pernah lama menetap di Asia daratan sebelum tiba di Nusantara.

Gelombang migrasi berikutnya ditandai dengan kedatangan penutur Austronesia (Out ofTaiwan) 4.000-5.000 tahun lalu. Mereka diperkirakan datang melalui dua jalur. Jalur pertama dari Taiwan, lalu Filipina, sebelum masuk ke Pulau Sulawesi dan menyebar ke Nusantara. Jalur kedua dari barat melalui Semenanjung Melayu, lalu ke Sumatera, Jawa, dan seterusnya.

–Penyebaran dan pembauran asal-usul manusia Indonesia

Migrasi tahap keempat terjadi di era sejarah seiring dengan intensifnya perdagangan antarbenua. Dari jalur barat datang pelaut-pelaut Arab dan India, dan berikutnya Eropa. Sementara dari timur datang para pelaut Tiongkok. Mereka berbaur dengan para migran yang lebih awal.

Jejak pembauran itu tampak dalam studi Karafet dan Lansing (2005 dan 2010) yang menemukan motif genetika India 12 persen pada orang Bali saat ini. Motif India juga ditemukan di Sumatera, Jawa, dan kawasan barat Indonesia lain. Bauran genetika India di Nusantara diperkirakan terjadi 2.500 tahun lalu. Adapun pengaruh genetika Tiongkok di Bali kurang dari 1 persen dan di Jawa sekitar 11 persen.

Oleh AHMAD ARIF

Editor YOVITA ARIKA

Sumber: Kompas, 4 Desember 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 43 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB