Dihuni 13.000 Jenis Tumbuhan, Papua Pulau dengan Biodiversitas Flora Tertinggi Geser Madagaskar

- Editor

Kamis, 6 Agustus 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

"Wallaceodoxa raja-ampat" bagian buah tanaman pinang genus baru foto: Charlie D Heatubun dikirim: Ichwan Susanto (ICH) untuk KOMPAS SIANG 6 SEPTEMBER 2014

Kerja keras 99 peneliti dari 19 negara menyodorkan fakta bahwa Pulau Papua memiliki 13.634 spesies tumbuhan yang 68 persen di antaranya endemik atau hanya ada di Bumi Cenderawasih.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

ARSIP WILLIAM J BAKER—-Manjekia maturbongii, tanaman pinang genus baru, ditemukan di Biak Papua.

Publikasi pada laman Nature, Rabu (5/8/2020), menyatakan kesimpulan bahwa Pulau Papua memiliki biodiversitas flora tertinggi di dunia. Artikel tersebut dihasilkan dari kolaborasi riset 99 ahli dari 56 institusi dan 19 negara, termasuk di dalamnya personel Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Papua Barat dan Universitas Papua. Mereka merangkum data dan membuat daftar semua spesies tumbuhan di Pulau Papua.

Para ahli menemukan bahwa pulau tropis terbesar di dunia ini memiliki 16 persen keanekaragaman tumbuhan atau lebih banyak daripada Madagaskar. Pulau Papua merupakan Pusat Keanekaragaman Hayati karena ditumbuhi lebih dari 13.000 spesies flora yang lebih dari 9.000 spesies di antaranya endemik atau tidak ada di tempat lain.

Data terbaru ini diharapkan akan membantu percepatan penelitian keanekaragaman tumbuhan. Ini menjadi informasi dasar berbasis kajian ilmiah bagi kebijakan dan perencanaan pelestarian dan konservasi sumber daya alam serta mendukung kebijakan pembangunan berkelanjutan di Tanah Papua, khususnya di Provinsi Papua Barat.

Catatan ini merupakan upaya pertama dalam pendokumentasikan keanekaragaman tumbuhan secara luas. Selain Balitbangda Papua Barat dan Fakultas Kehutanan Universitas Papua, sejumlah lembaga, seperti Royal Botanic Gardens Kew, Natural History Museum, Royal Botanic Gardens Edinburgh, dan University of Technology Papua New Guinea yang terlibat, menemukan 13.634 spesies tumbuhan dari 1.742 genus dan 264 famili.

Data ini menunjukkan bahwa Papua memiliki lebih banyak keragaman dibandingkan dengan Madagaskar yang telah diketahui sebagai pusat keanekaragaman hayati dengan 11.488 spesies. Dari data tersebut, para ilmuwan menemukan 68 persen (9.301 spesies) merupakan spesies tumbuhan endemik di Pulau Papua, artinya lebih dari dua pertiga dari tumbuhan tersebut tidak ditemukan di tempat lain.

Hal ini menjadikan Pulau Papua sebagai satu-satunya kepulauan di Asia Tenggara yang memiliki jumlah spesies endemik lebih banyak daripada yang non-endemik dan tidak tersaingi di kawasan tropis di Asia. Dari keunikan ini, para ilmuwan percaya kekayaan ini juga berdasarkan daratan yang lebih luas dan keragaman habitat dan lokasinya ditandai dengan adanya persimpangan antara Asia Tenggara, Australia dan Pasifik, serta memiliki salah satu sejarah tektonik yang paling kompleks di dunia.

CHARLIE D HEATUBUN—Wallaceodoxa raja-ampat bagian buah tanaman pinang genus baru

Charlie D Heatubun, Guru Besar Botani Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Papua di Manokwari, Papua Barat, Rabu, yang terlibat dalam penelitian ini mengatakan bahwa Pulau Papua telah menarik perhatian naturalis selama berabad-abad. Pulau eksotik ini merupakan rumah bagi ekosistem yang paling dilestarikan di planet Bumi.

”Dari hutan mangrove, hamparan luas hutan dataran rendah hingga padang rumput Alpine yang tidak tertandingi pada tempat lain di wilayah Asia-Pasifik,” katanya yang juga Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Papua Barat dalam keterangan tertulis.

Para ahli botani telah mengidentifikasi dan memberi nama pada koleksi tumbuhan di Papua sejak abad ke-17 dan menyimpan sampel koleksi tumbuhan berupa herbarium di Papua Niugini, Indonesia, Belanda, Inggris. Namun, meskipun ada kemajuan penting dalam beberapa dekade terakhir dalam menyelesaikan taksonomi dari banyak tumbuhan di Pulau Papua, publikasi tersebar, karena sebagian besar para ahli botani terus bekerja secara independen satu sama lain.

KOMPAS/ICHWAN SUSANTO—Peneliti di Badan Penelitian Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, di Manokwari, Papua Barat, menunjukkan daun tiga jari, tanaman setempat yang digunakan untuk pembesaran alat kelamin lelaki. Praktik tersebut tidak disarankan karena berbahaya secara medis. Foto diambil 12 Februari 2020.

Tidak adanya upaya bersama untuk menyatukan data setiap tumbuhan di kawasan ini sehingga belum ditemukan data yang pasti mengenai jumlah spesies tumbuhan di Pulau Papua. Secara efektif, dibandingkan dengan daerah lain seperti Amazon yang memiliki data yang telah dipublikasi, sedangkan Pulau Papua tetap menjadi salah satu yang terakhir dan tidak diketahui secara sains.

Untuk mengatasi ketidakpastian jumlah tumbuhan yang diketahui secara ilmu pengetahuan di Pulau Papua, berkisar 9.000-25.000 spesies, sejumlah 99 ahli Botani memverifikasi 23.000 nama spesies tumbuhan pada lebih dari 704.000 spesimen dalam upaya kolaborasi besar.

”Kami menemukan bahwa Pulau Papua memiliki hampir tiga kali lipat dari jumlah spesies tumbuhan berpembuluh di Pulau Jawa (4.598 spesies) dan 1,4 kali jumlah spesies tumbuhan berpembuluh dari Filipina (9.432 spesies),” ungkapnya.

Ini merupakan dua wilayah di Asia Tenggara yang telah memublikasikan flora-nya. Anggrek menyumbang 20 persen dari flora di Papua Niugini dan 17 persen dari wilayah Indonesia, sebanding dengan negara-negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, seperti Ekuador (20 persen) dan Kolombia (15 persen) dan spesies pohon menyumbang 29 persen dari semua flora. Sebagai perbandingan, Amazon memiliki 2,6 kali lebih banyak spesies pohon, tetapi luas daerahnya 6,4 kali lebih besar.

Harapan
Para ilmuwan berharap bahwa daftar yang telah terverifikasi untuk Pulau Papua ini akan sangat berharga untuk perencanaan konservasi di masa depan. Berdasarkan indikator status spesies dunia, ”daftar merah” spesies yang terancam punah pada IUCN mengharuskan nama tumbuhan yang valid dan penyebaran secara geografis untuk menentukan penilaian konservasi yang meliputi pemodelan dampak perubahan iklim dan penggunaan lahan tumbuhan.

DOKUMENTASI PRIBADI DAAWIA SUHARTAWAN—Dosen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Cenderawasih Jayapura, Daawia Suhartawan saat menemukan anggrek Bulbophyllum irianae di Distrik Senggi, Kabupaten Keerom, Papua.

Data ini yang dapat digunakan oleh IUCN akan membantu memastikan kelestarian flora di Pulau Papua. Data dan informasi ini juga diharapkan akan memfasilitasi penemuan dan karakterisasi, bahkan spesies terbaru di Pulau Papua.

Upaya pengumpulan data saat ini masih rendah, sementara ancaman perubahan penggunaan lahan meningkat terhadap keanekaragaman hayati sehingga eksplorasi botani sangat dibutuhkan untuk spesies yang belum tidak diketahui dapat dikoleksi sebelum menghilang atau punah.

Sejak tahun 1970, sebanyak 2.812 spesies baru dipublikasi dari Pulau Papua dan para penulis memperkirakan bahwa dalam 50 tahun, akan mencapai 4.000 spesies akan ditambahkan ke dalam daftar ini. Dengan menyediakan data secara global, penulis berharap upaya dapat ditingkatkan untuk melatih generasi berikutnya dari orang asli untuk daerah tersebut sebagai ahli taksonomi tumbuhan, untuk mendigitalkan dan menyatukan koleksi bersejarah di seluruh dunia, dan untuk menemukan dukungan keuangan jangka panjang untuk meningkat kapasitas penelitian.

Oleh ICHWAN SUSANTO

Editor: ICHWAN SUSANTO

Sumber: Kompas, 6 Agustus 2020

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya
Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri
PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen
7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya
Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK
Red Walet Majukan Aeromodelling dan Dunia Kedirgantaraan Indonesia
Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu
Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Berita ini 4 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 21 Februari 2024 - 07:30 WIB

Metode Sainte Lague, Cara Hitung Kursi Pileg Pemilu 2024 dan Ilustrasinya

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:23 WIB

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:17 WIB

PT INKA Fokus pada Kereta Api Teknologi Smart Green, Mesin Bertenaga Air Hidrogen

Rabu, 7 Februari 2024 - 14:09 WIB

7 Sesar Aktif di Jawa Barat: Nama, Lokasi, dan Sejarah Kegempaannya

Rabu, 7 Februari 2024 - 13:56 WIB

Anak Non SMA Jangan Kecil Hati, Ini 7 Jalur Masuk UGM Khusus Lulusan SMK

Minggu, 24 Desember 2023 - 15:27 WIB

Penerima Nobel Fisika sepanjang waktu

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Berita Terbaru

US-POLITICS-TRUMP

Berita

Jack Ma Ditendang dari Perusahaannya Sendiri

Rabu, 7 Feb 2024 - 14:23 WIB