Dibangun Rumah Kantong Semar

- Editor

Senin, 14 April 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kebun Raya Cibodas di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, membangun rumah kantong semar. Pembangunan pusat riset dan konservasi tanaman karnivora ini diharapkan bisa melestarikan dan mengembangkan manfaat kantong semar (Nepenthes).

”Rumah konservasi ini akan menjadi pusat pendidikan kantong semar, yang akan mengembangbiakan spesies serta menemukan spesies baru,” kata Agus Suhatman, Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Konservasi Tumbuhan (BKT) Kebun Raya Cibodas, saat peresmian Rumah Kantong Semar di Kebun Raya Cibodas, Jumat (11/4).

Selain itu, pusat konservasi ini bisa menjadi tempat kolektor membeli tanaman kantong semar. ”Dengan begitu, habitat asli kantong semar di hutan bisa terjaga,” kata Agus.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Rumah kantong semar berupa bangunan berukuran 35 meter x 15 meter. Di dalam bangunan itu terdapat 55 spesies dan 48 hibrida (hasil perkawinan antara dua spesies) kantong semar. Tanaman-tanaman itu mayoritas berasal dari Indonesia.

Kantong semar merupakan tanaman karnivora pemakan serangga yang bentuk daunnya menyerupai kantong. Di dalam daun itu terdapat enzim protease yang berguna sebagai pengurai serangga, yang menjadi sumber hara tanaman itu. Kantong semar hidup di wilayah dengan kelembapan 75-80 persen dan miskin unsur hara. Habitat endemiknya ada di seluruh wilayah Asia bagian tenggara.

Peneliti botani dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Muhammad Mansur, mengungkapkan, Indonesia menjadi rumah bagi 64 spesies kantong semar. Di dunia terdapat sekitar 139 spesies kantong semar. (A07)

Sumber: Kompas, 12 April 2014
————
Kantung SemarRumah Nepenthes Jaga Kantung Semar dari Kepunahan

Keberadaan tumbuhan Kantung Semar (Nepenthes) harus dijaga agar tak mengalami kepunahan. Manfaat tumbuhan karnivora asli Indonesia ini rupanya tidak sekadar tanaman hias. Namun menyimpan potensi sebagai obat dan pangan.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) melalui Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Konservasi Tumbuhan (BKT) Kebun Raya Cibodas serius melakukan konservasi Kantung Semar. Akhir pekan lalu, satuan kerja LIPI ini meresmikan rumah Nepenthes atau Kantung Semar, di Kebun Raya Cibodas, Jawa Barat. Peresmian ini bertepatan pula dengan perayaan ulang tahun Kebun Raya Cibodas ke-162, 11 April 2014.

Kepala Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas LIPI Agus Suhatman mengatakan Kantung Semar memiliki potensi dan manfaat tinggi.

“Selain sebagai tanaman hias, potensi lainnya yang sedang diteliti adalah manfaatnya untuk obat diabetes dan bahan pangan,” katanya di Jakarta, Senin (14/4).

Ia menambahkan Kantung Semar memang memiliki nilai konservasi yang sangat tinggi. Sekitar 37 persen Kantung Semar yang ada di dunia merupakan jenis yang terancam punah dengan sebaran yang sangat terbatas.

Menurutnya habitat alami Kantung Semar merupakan kawasan dengan potensi alih fungsi hutan yang tinggi seperti hutan sekunder, hutan rawa, dan hutan kerangas. Sehingga keberadaan Kantung Semar harus dilestarikan melalui konservasi kantung semar secara ex-situ.

“Keberadaan rumah Nepenthes memiliki keterwakilan jenis Kantung Semar dataran tinggi yang ada di Indonesia dan menjamin kelestarian Kantung Semar melalui berbagai upaya perbanyakan dan penelitian di Kebun Raya Cibodas,” kata Agus.

Ia menjelaskan keberadaan rumah Nepenthes mulai dirintis sejak 2009. Pengkoleksian tanaman berkantung ini melalui kegiatan eksplorasi tumbuhan di sejumlah wilayah di Indonesia seperti Sumatera, Jawa, Sulawesi, dan Papua.

Sampai dengan saat ini terdapat 48 spesies dan 47 hibrida Kantung Semar yang terdapat di rumah Nepenthes. Beberapa di antaranya merupakan jenis yang terancam punah menurut kategori International Union for Conservation of Nature Red List seperti Nepenthes villosa (vulnerable), N. lowii (rare), N. truncata, N. murudensis, N. talangensis, N. khasiana (endangered), N. aristolochioides dan N. dubia (critically endangered).

“Juga terdapat jenis Kantung Semar yang memiliki nilai konservasi tinggi seperti N. clipeata yang di alam jumlahnya sudah sangat berkurang akibat perdagangan tumbuhan,” ujar Agus.

Dikatakannya, sebagai bagian dari peresmian rumah Nepenthes dilakukan penandatanganan perjanjian kerja sama antara UPT BKT Kebun Raya Cibodas LIPI dengan Komunitas Tanaman Karnivora Indonesia (KTKI). Organisasi ini banyak berperan dalam mendatangkan berbagai jenis Kantung Semar dari penjuru Indonesia ke Kebun Raya Cibodas.

Selanjutnya, KTKI juga akan memiliki peran dalam pengelolaan rumah Nepenthes. Antara lain dalam bentuk pelatihan teknik perbanyakan, teknik perawatan dan penyediaan sarana penunjang.

Agus juga berharap masyarakat bisa mengetahui bahwa Kantung Semar sebagai tanaman asli Indonesia bisa dibudidaya. Jika berencana menjadikan Kantung Semar sebagai tanaman hias maka bisa dibudidaya tidak perlu mengambil langsung dari alam, karena keberadaannya hampir punah.

Sumber: Beritasatu, Senin, 14 April 2014 | 08:24
———-
Cibodas Jadi Rumah Konservasi Nepenthes

Kebun Raya Cibodas di Jawa Barat menjadi salah satu lokasi rumah konservasi kantong semar atau nephentes. Kantong semar adalah tanaman karnivora yang memiliki habitat hampir di seluruh wilayah Asia Tenggara dan Australia. Tumbuhan itu memiliki struktur unik berupa gelembung mirip tabung.

“Tabung itu adalah daun, bukan bunga. Itulah bentuk adaptasi tanaman karena habitatnya miskin nutrisi, jadi mengubah tubuhnya supaya bisa mencari makanan,” kata Muhammad Mansur, peneliti dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia saat peresmian rumah konservasi pada Jumat, 11 April 2014.

Serangga yang masuk ke kantong akan terjebak. Lapisan lilin di dinding bagian dalam semakin terkoyak ketika serangga berusaha untuk memanjat ke luar. Semakin banyak lapisan yang terkoyak, dinding semakin licin dan serangga akhirnya terjatuh ke dasar kolam yang biasanya terisi air.

Di Indonesia, habitat kantong semar terentang dari Sumatera hingga Papua. Habitat kantong semar digolongkan dalam dataran rendah, menengah, dan tinggi. Namun beberapa spesies kantong semar dalam status terancam punah dan memiliki lokasi sebaran yang terbatas.

Pembabatan hutan, perdagangan tanaman ilegal, dan perubahan fungsi lahan menjadi permukiman atau perkebunan perlahan menghabisi populasi kantong semar. “LIPI membangun tempat konservasi khusus kantong semar untuk mencegah kepunahan sekaligus sebagai lokasi penelitian,” kata Agus Suhatman, Kepala Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas.

Dirintis sejak 2009, tempat konservasi kantong semar Cibodas kini memiliki 48 spesies dan 47 hibrida yang berasal dari Sumatera, Jawa, Sulawesi, serta Papua. Tempat konservasi dengan luas sekitar 90 meter persegi itu menjadi rumah bagi kantong semar yang terancam punah.

Spesies yang masuk daftar merah Asosiasi Internasional Konservasi Alam (IUCN), seperti Nephentes villosa, N. iowii, N. aristolochiodes, dan N. dubia, ada di antara deretan kantong semar yang ditanam di Cibodas. “Ini tempat koleksi kantong semar pertama dari seluruh kebun raya di Indonesia,” kata Agus seusai peresmian yang bertepatan dengan ulang tahun Kebun Raya Cibodas ke-162.

Menurut Mansur, kantong semar dari seluruh dunia yang sudah dikenali hingga saat ini berjumlah 139 spesies. Sebagian besar spesies ditemukan di wilayah Vietnam, Thailand, Filipina, dan Kamboja. Dari seluruh spesies yang terdaftar, 64 di antaranya ada di wilayah Indonesia. “Termasuk enam spesies baru yang ditemukan dalam lima tahun terakhir,” kata Mansur.

Ketua Harian Komunitas Tanaman Karnivora Indonesia (KTKI), John Muhammad, mengatakan Indonesia sebenarnya merupakan surga bagi kantong semar. Namun status langka beberapa spesies kantong semar memancing eksploitasi tumbuhan tersebut. Terbukanya akses informasi melalui Internet, menurut John, membuka peluang para pedagang untuk menjalin kontak langsung dengan pembeli di luar negeri. “Tempat konservasi di Cibodas ini sangat membantu usaha konservasi kantong semar,” katanya.

John mengatakan, dalam lima tahun terakhir ada spesies atau varian yang tadinya tergolong aman sudah masuk kategori kritis, bahkan terancam punah. “Masyarakat kurang paham tentang konservasi dan kantong semar juga terancam oleh pembukaan hutan.” John menambahkan, rumah konservasi Cibodas membantu penelitian dan pengembangan kantong semar Indonesia yang dinilai masih kurang. “Filipina saja dalam lima tahun dapat 10 spesies baru. Indonesia harusnya bisa lebih dari itu.”

GABRIEL TITIYOGA

Sumber: Tempo: SENIN, 14 APRIL 2014 | 06:45 WIB
————
Rumah Kantung Semar Pertama di Indonesia Dibuka di Kebun Raya Cibodas

Memperingati hari ulang tahun yang ke 162 yang akan jatuh pada Sabtu (11/4/2014) besok, Kebun Raya Cibodas membuka secara resmi Rumah Nepenthes (kantung semar).

Kepala Kebun Raya Cibodas, Agus Suhatman, mengatakan kepada wartawan, Kamis (10/4/2014), “Rumah Nepenthes ini adalah yang pertama di Indonesia.”

Agus mengungkapkan, rumah Nepenthes ini memuat puluhan jenis kantung semar, 48 spesies asli dan 47. “50 persen di antaranya adalah jenis yang terancam punah,” katanya.

Sejumlah spesies yang masuk Daftar Merah International Union of Conservation of Nature (IUCN) yang terdapat di rumah Nepenthes ini adalah Nepenthes vilossa (endangered), N. Lowii (rare), N. truncata, N. murudensis, N. talangensis, N. kashiana (endangered), N. aristolochioides, dan N. dubia (critically emdangered).

Kepala Kebun Raya Bogor, Didik Widyatmoko, mengungkapkan bahwa tujuan pendirian rumah Nepenthes bukan hanya untuk pameran. “Kita harapkan ini bisa mendukung konservasi,” ungkapnya.

Saat ini, banyak jenis Nepenthes menghadapi ancaman karena alih fungsi lahan hutan menjadi kebun kelapa sawit dam tambang serta praktik jual beli kantung semar yang tak ramah lingkungan. Kebanyakan kantung semar yang diperjualbelikan di Indonesia diambil langsung dari habitat aslinya, bukan hasil budidaya.

Pembukaan rumah kantung semar diharapkam juga dapat menjadi tempat bagi para peneliti untuk melakukan riset tentang perbanyakan maupun potensi sehingga membantu kegiatan Konservasi dan pemanfatan kantung semar.

Peneliti kantung semar pada Pusat Penelitian Biologi, LIPI, M. Mansour, mengatakan, kebun raya berperan penting dalam upaya perbanyakan dan pemanfaatan suatu spesies secara berkelanjutan.

“Ambil contoh dulu kina yang dibawa ole Belanda dari Andes. Iyu bahkan hanya satu. Tapi lalu bisa diperbanyak dan dimanfaatkan sebagai obat selama ratusan tahun,” kata Mansour.

Rumah Nepenthes di Kebun Raya Cibodas memiliki kekhsan dibanding yang lain di dunia. Mansour menuturkan, koleksi di Cibodas mewakili keragaman wilayah dataran menengah dan tinggi. Untuk keragaman di dataran rendah, koleksinya ada di Kebun Raya Bogor.

Indonesia sendiri merupakan negara kaya kantung semar. Total, Indonesia memiliki 64 spesies kantung semar atau 49 persen dari total jumlah spesies di Indonesia.

Pembangunan rumah kantung semar di Cibodas direncanakam sejak tahun 2010, didukung oleh Komunitas Tanamam Karnivora Indonesia (KTKI).

John Muhammad Rasuly Suaidy, ketua harian KTKI, mengatakan, pembukaan rumah kantung semar hari ini adalah sebuah kegembiraan bagi komunitasnya. Anggota komunitasnya yang mayoritas adalah kolektor bisa membuktikan kepeduliannya pada masalah konservasi.

“Kita harapkan ini menjadi contoh bagi komunitas lain. Konservasi banyak.spesies bisa berbasis komunitas nanti,” paparnya.

Sumber: Kompas.com: Jumat, 11 April 2014 | 19:26 WIB
—————
LIPI dirikan Rumah Kantung Semar di Cibodas

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Balai Konservasi Tumbuhan (BKT) Kebun Raya Cibodas selaku satuan kerja Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mendirikan Rumah Kantung Semar atau Nepenthes di Cibodas, Jawa Barat.

“Ini mimpi kami untuk membangun Rumah Kantung Semar, sudah sejak lima atau enam tahun lalu. Sejauh ini koleksi terlengkap Nepenthes di Indonesia ada di sini, sudah ada 55 jenis Nepenthes, lima masuk kategori terancam,” kata Kepala UPT BKT Kebun Raya Cibodas LIPI Agus Suhatman di Kebun Raya Cibodas, Cianjur, Jawa Barat, Jumat.

Ia mengatakan keberadaan Rumah Nepenthes ini memiliki keterwakilan jenis kantung semar dataran tinggi yang ada di Indonesia dan menjamin kelestarian kantung semar melalui berbagai upaya perbanyakan dan penelitian di Kebun Raya Cibodas.

Pendirian Rumah Nepenthes, menurut dia, sudah mulai dirintis sejak 2009. Pengoleksian dari alam tanaman berkantung ini melalui kegiatan eksplorasi tumbuhan di sejumlah wilayah di Indonesia seperti Sumatra, Jawa, Sulawesi, dan Papua.

Terdapat 64 spesies Nepenthes di Indonesia dan 55 spesies dan 47 hibrida sudah ada di Rumah Nepenthes. Beberapa diantaranya merupakan jenis yang terancam punah menurut kategori IUCN Red List, seperti Nepenthes villosa (vulnerable), N. lowii (rare), N. dubia (critically endangered), N. truncata, N. murundesis, N. talangensis, N. khasiana (endangered).

Selain itu, Agus mengatakan terdapat jenis kantung semar yang memiliki nilai konservasi tinggi seperti Nepenthes clipeata yang di alam jumlahnya sudah sangat berkurang akibat perdagangan tumbuhan.

Salah satu pihak yang berperan berperan dalam mendatangkan berbagai jenis kantung semar dari penjuru Indonesia ke Kebun Raya Cibodas ini, menurut dia, adalah Komunitas Tanaman Karnivora Indonesia (KTKI).

Ketua Harian KTKI John Muhammad Rasuly Suaidy mengatakan pimpi KTKI sama dan BKT Kebun Raya Cibodas untuk mengembangkan penelitian hingga konservasi dengan berdekatan langsung dengan habitat aslinya.

Ia mengatakan kaki Gunung Gede-Pangrango merupakan habitas asli Nepenthes gimnafora. Jika Nepenthes dapat dikembangkan maka mimpi KTKI dan BKT Kebun Raya Cibodas untuk melepaskan lagi ke alam.

Peresmian Rumah Nepenthes ini dibarengkan pula dengan perayaan ulang tahun Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas yang menginjak usia 162 pada 11 April 2014.

Editor: Desy Saputra

Sumber: Antara, Jumat, 11 April 2014 15:52 WIB

Pewarta: Virna P Setyorini

COPYRIGHT © 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 42 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB