Daya Tarik Bidang Industri Masih Lebih Besar

- Editor

Rabu, 7 Maret 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kebutuhan guru untuk mendukung pendidikan vokasi di tingkat menengah dan tinggi cukup banyak. Namun, pemenuhan guru vokasi di sekolah maupun perguruan tinggi membutuhkan daya tarik agar calon pendidik vokasi yang potensial mau memilih bekerja di bidang pendidikan dibandingkan di dunia usaha/industri.

Kepala Subdirektorat Pendidikan Vokasi dan Profesi, Direktorat Pembelajaran, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Edi Mulyono, di Jakarta, Selasa (6/3), mengatakan, pemerintah terus mengupayakan pemenuhan guru vokasi di SMK. Para calon guru vokasi lulusan politeknik termasuk yang dibidik pemerintah.

“Tidak semua bidang keahlian untuk di SMK ada pendidikannya di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan). Peluang cukup besar merekrut dari lulusan politeknik atau perguruan tinggi yang punya sekolah vokasi. Namun, ini tidak mudah karena daya tarik bekerja di industri lebih besar dan secara gaji lebih tinggi. Termasuk yang sulit untuk mencari guru vokasi SMK kelautan. Sebab, menjadi pelaut, apalagi yang berstandar IMO (International Maritime Organization/ Organisasi Maritim Internasional) gajinya jauh lebih tinggi dibanding menjadi guru,” kata Edi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Peluang cukup besar merekrut guru SMK dari lulusan politeknik atau perguruan tinggi yang punya sekolah vokasi. Namun, ini tidak mudah karena daya tarik bekerja di industri lebih besar dan secara gaji lebih tinggi.

DOK PT ASTRA DAIHATSU MOTOR–Suasana pelatihan otomotif guru SMK yang diselenggarakan PT Astra Daihatsu Motor dalam program Technical Training for SMK Teacher. Indonesia masih kekurangan 91.861 guru SMK, baik negeri maupun swasta.

Berdasarkan perhitungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kekurangan guru SMK untuk negeri dan swasta mencapai 91.861 guru. Pemenuhan guru SMK dilakukan dengan mengalihfungsikan guru yang ada (adaptif dan normatif) menjadi guru kejuruan dan merekrut guru baru.

Edi mengatakan, dalam program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Bersubsidi pada 2017, dibuka peluang bagi guru prajabatan (calon guru) produktif untuk 10 bidang, yakni teknik otomotif, agribisnis produksi tanaman, teknik mesin, teknik elektronika, teknik ketenagalistrikan, kepariwisataan, agribisnis pengolahan hasil pertanian dan perikanan, agribisnis produksi ternak, teknologi penangkapan ikan, dan teknik kimia. Hingga kini, yang berhasil direkrut sebanyak 931 orang dari total 4.628 orang. Padahal, ditargetkan bisa mencapai setengah dari kuota.

“Kami juga sudah sosialisasi ke asosiasi politeknik tentang kebutuhan guru produktif yang besar. Untuk guru produktif yang lulus PPG dapat dua sertifikat yakni sertifikat kompetensi keahlian di bidangnya dan sertifikat pendidik,” kata Edi.

Menurut Edi, peluang untuk merekrut guru produktif tetap ada, asal ada daya tarik. Sebagai contoh, ada pelaut yang berhenti melaut, sebenarnya potensial untuk direkrut. Untuk itu, penyetaraan pendidikan bagi para praktisi bisa dilakukan sehingga memenuhi syarat untuk menjadi guru produktif, termasuk juga ada peluang untuk menjadi guru aparatur sipil negara.

Penguatan pendidikan vokasi
Secara terpisah, Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengatakan untuk dosen vokasi di politeknik tidak mutlak harus berpendidikan minimal lulusan S2 seperti syarat untuk menjadi dosen PT umum. Guna memperkuat lulusan vokasi, ketentuan soal pendidik vokasi di perguruan tinggi ditentukan sebesar 50 persen dari akademisi dan 50 persen dari industri. Dengan adanya Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL), praktisi dari dunia usaha/industri bisa disetarakan minimal S2 sehingga memenuhi syarat sebagai dosen.

Dukungan penguatan pendidikan vokasi di SMK salah satunya dilakukan lewat program pendidikan vokasi industri. Tujuannya untuk memperluas kerja sama industri dan SMK.

Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani dalam peluncuran program pendidikan voaksi untuk industri wilayah Banten dan DKI Jakarta, Senin kemarin, mengatakan pendidikan vokasi di SMK secara umum terkendala dalam muatan kurikulum yang belum adaptif terhadap perkembangan industri, jumlah guru prduktif yang kurang, dan peralatan praktik kerja yang tertinggal teknologinya dari perkembangan industri. Program ini sudah melibatkan 558 industri dan 1.534 SMK.–ESTER LINCE NAPITUPULU

Sumber: Kompas, 7 Maret 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?
Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia
Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer
James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta
Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan
Haroun Tazieff: Sang Legenda Vulkanologi yang Mengubah Cara Kita Memahami Gunung Berapi
BJ Habibie dan Teori Retakan: Warisan Sains Indonesia yang Menggetarkan Dunia Dirgantara
Masalah Keagenan Pembiayaan Usaha Mikro pada Baitul Maal wa Tamwil di Indonesia
Berita ini 9 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 14 Juni 2025 - 06:58 WIB

Mikroalga: Si Hijau Kecil yang Bisa Jadi Bahan Bakar Masa Depan?

Jumat, 13 Juni 2025 - 13:30 WIB

Wuling: Gebrakan Mobil China yang Serius Menggoda Pasar Indonesia

Jumat, 13 Juni 2025 - 11:05 WIB

Boeing 777: Saat Pesawat Dirancang Bersama Manusia dan Komputer

Jumat, 13 Juni 2025 - 08:07 WIB

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Rabu, 11 Juni 2025 - 20:47 WIB

Harta Terpendam di Air Panas Ie Seum: Perburuan Mikroba Penghasil Enzim Masa Depan

Berita Terbaru

Artikel

James Webb: Mata Raksasa Manusia Menuju Awal Alam Semesta

Jumat, 13 Jun 2025 - 08:07 WIB