Dari Rumah, Kita Bisa Membantu Upaya Pencarian Obat Covid-19

- Editor

Senin, 6 April 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Saat ini sekecil apa pun sumbangan kita, akan sangat berarti untuk melawan pandemi virus korona. Kita bisa menyumbangkan daya komputer kita untuk membantu peneliti dalam upaya mencari obat Covid-19.

Pandemi Covid-19 telah menimbulkan korban jiwa puluhan ribu manusia dengan kasus yang terus meningkat, kini telah melebihi 1 juta. Di tengah langkanya alat pelindung diri, dokter dan perawat berjuang di garis depan untuk merawat para korban.

Sementara, banyak warga kurang mampu yang terancam kelaparan karena tidak bisa bekerja akibat kebijakan karantina ketat atau lockdown untuk menghentikan penyebaran virus korona. Perekonomian dunia pun terancam kolaps.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Di tengah kondisi serba sulit itu, muncul pula jiwa kedermawanan di berbagai belahan dunia. Ada yang menyumbang uang, alat pelindung diri bagi tenaga kesehatan, masker, makanan bagi yang membutuhkan, dan aksi-aksi kedermawanan lainnya.

Sementara di laboratorium, ilmuwan dan peneliti dari berbagai lembaga berusaha mati-matian mencari obat maupun vaksin untuk mengatasi penyakit yang disebabkan virus korona tipe baru, yang resminya disebut SARS-CoV-2 ini. Tak hanya butuh dana besar, mereka memerlukan berbagai perangkat, seperti daya komputasi yang sangat besar.

KOMPAS/WAWAN H PRABOWO–Aksi kedermawanan dari sejumlah kalangan lahir di tengah keprihatinan masyarakat menghadapi pandemi Covid-19. Salah satunya hal itu ditemui di restoran Plataran Menteng, Jakarta, Jumat (3/4/2020), yang membagikan nasi boks kepada para pemulung, tukang ojek, dan para pekerja informal lainnya.

Untuk membantu kebutuhan komputasi itu, sejumlah lembaga dan raksasa teknologi menyediakan superkomputer mereka digunakan para peneliti untuk mempercepat pencarian obat atau vaksin Covid-19.

Lahirlah kemudian konsorsium 13 perusahaan dan lembaga pemerintah dengan 16 sistem superkomputer, di antaranya Oak Ridge Summit (200 petaflops/PF), Argonne Theta (11,7 PF), RPI AiMOS (11,1 PF), MIT Supercloud (6,9 PF), dan NASA Supercomputing Systems (19,13 PF).

Namun, bukan hanya perusahaan raksasa, Anda yang hanya punya laptop atau komputer pribadi di rumah pun bisa membantu bergotong royong untuk penelitian pencarian obat Covid-19. Lewat program Folding@home, kita bisa menyumbangkan daya komputasi komputer pribadi untuk bergabung dan menciptakan superkomputer tercepat di dunia dalam perang melawan Covid-19.

Proyek sukarela bernama Folding@home mengorganisasi ratusan ribu komputer pribadi biasa—seperti laptop Anda—untuk melakukan simulasi digital dinamika protein virus SARS-CoV-2 sehingga bisa diketahui kelemahannya untuk keperluan pengobatan. Pandemi Covid-19 membuat Folding@Home, yang sebenarnya sudah berjalan bertahun-tahun, kebanjiran sumbangan daya komputasi dari para sukarelawan.

Dari semula hanya puluhan ribu sukarelawan, kini sudah mencapai ratusan ribu. Proyek ini berawal pada tahun 2000 di Universitas Stanford, AS, dan khusus untuk melakukan penelitian berbagai penyakit. Sebelum pandemi korona, penelitian difokuskan pada kanker, parkinson, huntington, ebola, alzheimer, dan beberapa penyakit lainnya.

Banyaknya orang yang menyumbangkan CPU dan GPU komputernya membuat kekuatan superkomputer crowdsourcing ini meledak, mencapai kekuatan komputasi lebih dari satu eksaflop! Jika dituliskan dengan angka, itu lebih dari 1.000.000.000.000.000.000 operasi perhitungan per detik, semua melalui upaya gotong royong daya komputasi!

Sebagai perbandingan, kekuatan Folding@home sekitar dua kali lipat dari Summit, superkomputer tercepat di dunia, yang ditenagai oleh lebih dari 27.000 GPU NVIDIA V100, yang memiliki kemampuan menopang sekitar 200 petaflops, seperti dikutip dari laman NVIDIA.

Dari para penyumbang itu, banyak di antaranya adalah para gamer. NVIDIA mencatat, setidaknya 400.000 gamer menyumbangkan sumber daya GPU mereka untuk membangun superkomputer Folding@home.

Menurut Greg Bowman, asisten profesor biokimia dan biofisika molekuler di Universitas Washington di St Louis, AS, dan direktur Folding@home, pandemi Covid-19 memacu perkembangan sangat cepat dalam beberapa pekan lalu, dengan lebih dari 700.000 sukarelawan bergabung ke proyek ini.

KOMPAS/PRASETYO EKO P–Tangkapan layar web control, FAHControl, dan FAHViewer proyek gotong royong komputasi Folding@home di perangkat macOS.

Folding@home menggunakan siklus CPU dan GPU yang tak terpakai dari ribuan komputer di dunia untuk menyimulasikan protein dan desain obat dari berbagai penyakit. Para pengguna komputer seperti jurnalis, fotografer, editor video, animator, produser musik, dan gamer yang tentu harus beristirahat atau tidur. Namun, komputer mereka tidak harus tidur dan bisa disumbangkan dayanya untuk berperang melawan korona.

Dengan kekuatan komputasi luar biasa itu, para ilmuwan bertujuan untuk menganalisis dinamika protein virus SARS-CoV-2. Ilmuwan di belakang proyek ini lantas menggunakan simulasi itu untuk memahami bagaimana bagian-bagian protein dalam virus bergerak.

Setelah mereka memiliki pemahaman yang kuat tentang bagaimana atom bergerak dan berinteraksi dalam suatu protein, mereka dapat menjelajah lebih dekat untuk menemukan terapi untuk mengobatinya.

”Virus memiliki protein yang mereka gunakan untuk menekan sistem kekebalan tubuh kita dan mereproduksi diri. Untuk membantu mengatasi virus korona, kami ingin memahami bagaimana protein virus ini bekerja dan bagaimana kami dapat merancang terapi untuk menghentikannya,” kata Bowman dikutip dari Forbes.

Salah satu kesuksesan Folding@home adalah berhasil menemukan potensi kelemahan virus ebola yang bisa dieksploitasi oleh obat. Proyek lainnya adalah terkait resistensi antibiotik yang ditemukan di kantung enzim, sejenis protein, dan membantu mengidentikasi racikan obat untuk menghilangkan efeknya, kata Bowman.

Ilmu di belakang simulasi itu tentu sangat kompleks, terutama bagi orang awam. Namun, jika Anda ingin bergabung dengan ribuan sukarelawan yang lain dari berbagai belahan dunia untuk ambil bagian dalam perang melawan korona, caranya tidak rumit. Syaratnya hanyalah memiliki komputer Windows, Linux, atau macOS, dan tentu saja internet.

Untuk memulainya, Anda hanya perlu mengunduh perangkat lunak Folding@home sesuai dengan sistem operasi komputer lewat tautan ini, yang secara otomatis mendeteksi OS komputer. Jika membutuhkan bantuan detail cara menginstal, klik di tautan ini.

Proses instalasi perangkat lunak ini sangat mudah dan hanya membutuhkan waktu kurang dari satu menit. Setelah selesai, perangkat lunak akan langsung jalan dengan membuka peramban laman web control client.foldingathome.org yang terhubung ke perangkat lunak klien Folding@home.

Perangkat lunak ini akan tetap jalan di belakang layar meski Anda menutup peramban. Untuk melihat lagi, tinggal buka peramban dan masuk ke alamat di atas atau buka aplikasi FAHControl yang telah terinstal. Kita juga bisa melihat visualisasi tiga dimensi simulasi dengan membuka aplikasi FAHViewer.

KOMPAS/PRASETYO EKO P–Tangkapan layar instal perangkat lunak Folding@home di perangkat macOS. Proyek Folding@home memanfaatkan ratusan ribu komputer pribadi biasa untuk melakukan simulasi digital dinamika protein virus SARS-CoV-2.

Anda bisa memilih seberapa besar daya komputasi yang akan disumbangkan. Terdapat pilihan light, medium, atau full. Juga pilihan waktu kapan komputer kita melakukan pekerjaan membantu simulasi, saat tengah bekerja atau saat sedang idle atau tak terpakai.

Hanya saja, Anda harus berhati-hati dan memastikan file yang kita unduh benar-benar dari sumber aslinya, Folding@home. Pasalnya, antusiasme warga untuk menyumbangkan daya komputernya untuk keperluan melawan Covid-19 rawan dimanfaatkan oleh penjahat siber untuk melakukan phishing.

Saat seperti ini, sekecil apa pun sumbangan kita, akan sangat berarti untuk melawan pandemi Covid-19.

Oleh PRASETYO EKO PRIHANANTO

Sumber: Kompas, 6 April 2020

Tautan luar:

Start Folding

Installation Guides

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 0 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB