Menyambut Lustrum ke-14, Universitas Gadjah Mada akan menyelenggarakan pertunjukan konser musik kolosal dengan memadukan musik tradisional dengan modern. Selain gamelan, orkes dangdut beraliran koplo juga bakal tampil.
Menyambut Lustrum Ke-14, Universitas Gadjah Mada akan menyelenggarakan pertunjukan konser musik kolosal dengan memadukan antara musik tradisional dan modern. Selain sebagai wujud dari pelestarian musik tradisional, gelaran ini ternyata juga turut memberikan kesan politis.
KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO–Sebanyak 5.360 mahasiswa mengikuti acara penerjunan kuliah kerja nyata (KKN) di Lapangan Pancasila Grha Sabha Pramana Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Jumat (28/6/2019). Mereka akan mengikuti KKN selama 49 hari di 186 lokasi. Sebanyak 51 lokasi di antaranya berada di wilayah pesisir pantai dan kepulauan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Roar Gama 4.0 yang mengusung tema ”Rhapsody of The Archipelago Gamelan 4.0” ini akan diselenggarakan di Lapangan Grha Sabha Permana Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, 30 November 2019 pukul 19.00. Selama sekitar dua setengah jam, musik gamelan akan menjadi pengiring dari musik lintas genre.
Ketua Panitia Roar Gama 4.0 M Najib Azca mengatakan, pertunjukan ini akan menjadi revolusi gamelan 4.0. Artinya, acara ini akan menjadi momen pembuktian bagi musik Nusantara, seperti gamelan, dapat berkolaborasi dengan musik modern dari berbagai genre.
”Acara ini akan menjadi yang pertama dan diharapkan berlangsung setiap tahun. UGM siap menjadi pelopor kebangkitan musik Nusantara yang berbasis tradisi,” katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (27/11/2019).
KOMPAS/FAJAR RAMADHAN–Ketua Panitia Roar Gama 4.0 M Najib Azca
Konsep Roar Gama 4.0 ini disusun dua mitra kreatif UGM. Mereka adalah pegiat seni asal Yogyakarta, Ari Wulu, dan vokalis Band Letto, Sabrang Mowo Damar Panuluh atau yang akrab disapa Noe Letto. Menurut Ari, Roar Gama 4.0 akan menjembatani antara anak muda dan kebudayaan.
Adapun alasan pemilihan gamelan adalah karena gamelan dinilai telah menjadi simbol kebudayaan Jawa pada khususnya dan Indonesia pada umumnya. ”Gamelan bukan hanya sebuah instrumentasi musik, melainkan juga spirit dalam kebudayaan Jawa,” ujarnya.
Ada beberapa kelompok gamelan yang akan tampil. Mereka adalah Canda Nada, Gayam16, dan Prawiratama Indonesia. Jumlahnya tidak kurang dari 60 pemain. Mereka akan berkolaborasi dengan musisi-musisi lintas genre, seperti Letto, FSTVLST, Tashoora, Mantra Vutura, dan OM New Pallapa bersama Brodin. Semua akan tampil bersama di ujung acara.
KOMPAS/FAJAR RAMADHAN–Mitra Kreatif Roar Gama 4.0 dan Pegiat Seni asal Yogyakarta, Ari Wulu
Kehadiran OM New Pallapa yang dikenal sebagai orkes musik dangdut asal Jawa Timur akan menjadi pembeda dalam Roar Gama 4.0. Menurut Ari, OM New Pallapa dengan Brodin sebagai vokalis utama dipilih karena karakter dangdut koplo yang kuat melalui gendangan Banyuwangi.
”Anak muda saat ini sudah mengamini kedangdutannya dibanding era saya dulu. Meskipun tidak tahu pasti, apakah kemunculannya karena disatukan dengan perasaan galaunya atau memang murni karena alunannya,” katanya.
Sementara itu, Mantra Vutura dilibatkan untuk mewakili unsur musik elektronik. Tristan Juliano, salah satu anggota Mantra Vutura, mengatakan, kolaborasi dengan gamelan sudah menjadi impiannya sejak SMA. Kebetulan, sejak duduk di bangku SD, guru musik di sekolahnya kerap mengajari tentang musik gamelan.
KOMPAS/HERLAMBANG JALUARDI–Ribuan penonton menyimak lagu-lagu yang dibawakan penyanyi pop campur sari Didi Kempot saat tampil sebagai penutup hari pertama perhelatan Synchronize Fest 2019, Jumat (4/10/2019). Festival musik yang memasuki penyelenggaraan keempat itu semakin beragam menyuguhkan aneka jenis musik, mulai dari dangdut koplo, kasidah, metal, sampai disko.
”Kami akan membawakan lima lagu yang bernuansa instrumental. Jadi, kolaborasi dengan pemain gamelan Roar Gama 4.0 ini akan terasa pas,” ujarnya.
Politis
Uniknya, konsep Roar Gama 4.0 ini merupakan inisiasi dari Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisipol) serta dibantu Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM. Selain memperingati Lustrum Ke-14 UGM, acara ini juga diselenggarakan dalam rangka Dies Fisipol UGM Ke-64.
Ketua Umum Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) Ganjar Pranowo turut menyoroti gagasan dari Fisipol UGM dalam menyelenggarakan Roar Gama 4.0 ini. Menurut dia, Fisipol UGM seakan mengirim pesan kepada banyak orang bahwa politik tidak perlu kaku.
”Politik garis bahagia dan garis lucu harus ditumbuhkan sehingga orang dapat berpolitik dengan nyaman dan tidak berlawanan seumur hidup,” katanya.
KOMPAS/FAJAR RAMADHAN–Ketua Umum Kagama Ganjar Pranowo
Hal yang sama diutarakan oleh penulis lagu Eros Djarot. Menurut dia, Roar Gama 4.0 bukan sekadar ajang perpaduan antara musik pentatonik dan diatonik, tetapi juga upaya melawan anggapan negatif politisi. Menurut dia, selama ini politisi cenderung terkesan ”kering” karena otak kanan dan kirinya yang tidak berimbang.
”Perhatian seperti ini diperlukan karena manusia juga perlu membangun otak kanannya dengan seni,” ujarnya.
Dekan Fisipol Erwan Agus Purwanto mengatakan, tren bermain gamelan kini juga dialami oleh sejumlah mahasiswa Fisipol dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini kemudian mendasari pihak fakultas memfasilitasi ketertarikan tersebut dengan menyediakan perlengkapan musik gamelan dan Roar Gama 4.0 ini.
”Pesan dari Roar Gama 4.0 ini agar anak muda tidak sekadar memainkan gamelan, tetapi juga mengembangkannya agar semakin mendunia,” ujarnya.
Oleh FAJAR RAMADHAN
Editor KHAERUDIN KHAERUDIN
Sumber: Kompas, 27 November 2019