cekungan air tanah; Cadangan Air Kudus Terancam

- Editor

Selasa, 23 September 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sumber-sumber air yang dieksploitasi secara besar-besaran di Pegunungan Muria, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, berada di cekungan air tanah. Jika tak dikendalikan, cadangan air di kawasan lindung geologi itu akan terus berkurang.

”Beberapa tahun ke depan, wilayah yang air tanahnya bersumber dari Cekungan Air Tanah (CAT) Kudus bisa krisis air. Wilayah itu meliputi Kecamatan Gebog, Bae, Dawe, dan Kaliwungu,” kata ahli hidrologi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, Robert J Kodoatie, Senin (22/9), saat dihubungi di Kudus.

Hal itu terkait pengambilan air Pegunungan Muria dalam skala besar untuk diperjualbelikan dengan truk tangki. Pemerintah Kecamatan Dawe mencatat, tiap hari rata-rata 20 truk tangki air kapasitas 5.000 liter beroperasi di Kecamatan Dawe. Jika tiap truk mengambil air 5 kali, berarti volume pemakaian air 500.000 liter per hari (Kompas, 7 April 2011).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Menurut Robert, CAT Kudus di Kudus, Jepara, dan Pati merupakan daerah lindung sesuai Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 2011 tentang Penetapan CAT. Jadi, jika eksploitasi air di CAT Kudus, pengambilan air harus berizin dan tak boleh melebihi kapasitas cadangan air.

Kapasitas cadangan air di CAT Kudus 16 meter kubik per detik, khusus di Kudus hanya 2-2,5 meter kubik per detik. Jika pengambilan air di Kudus 500.000 liter per hari setara 5,79 meter kubik per detik, itu melebihi kapasitas CAT Kudus. Sebab, volume pemakaian air di Kudus tak boleh melebihi 2,2-5 meter kubik per detik. Pengambilan normal bagi warga 1,5 meter kubik per detik, sisanya diperjualbelikan.

Untuk itu, pemda setempat diharapkan mengendalikan eksploitasi air itu agar Kudus tak krisis air. Menurut penelitian PDAM Kabupaten Kudus dan Institut Teknologi Bandung pada 2013, Kudus diperkirakan krisis air bersih pada 2032. Tiap tahun, kondisi air bawah tanah di sejumlah sumur pantau di lereng Muria turun 0,8-1 meter.

Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kudus Joko Dwi Putranto menyatakan akan memanggil pemilik depo air dan menghitung debit air sumber air di Pegunungan Muria. ”Kami hanya mengetahui ada tiga pemilik depo air. Kami akan segera mengecek lagi,” katanya. (HEN)

Sumber: Kompas, 23 September 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel
Seberapa Penting Penghargaan Nobel?
Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024
Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI
Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin
Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Berita ini 35 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:50 WIB

Daftar Peraih Nobel 2024 beserta Karyanya, Ada Bapak AI-Novelis Asal Korsel

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:46 WIB

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:41 WIB

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:31 WIB

Ilmuwan Dapat Nobel Kimia Usai Pecahkan Misteri Protein Pakai AI

Senin, 21 Oktober 2024 - 10:22 WIB

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB