Saur Marlina Manurung yang juga dikenal sebagai Butet Manurung dengan sekolah rimbanya, Minggu (31/8) malam, menerima Hadiah Magsaysay 2014 di Manila, Filipina, bersama lima penerima lainnya.
Butet dipilih menerima penghargaan itu karena semangatnya untuk melindungi dan mengembangkan kehidupan masyarakat rimba di Indonesia, demikian menurut situs resmi Magsaysay Foundation. Butet aktif, antara lain, dalam mendampingi suku Anak Dalam di Jambi, Sumatera.
Berbicara di hadapan seribu pemimpin sektor swasta serta pemerintah, media, dan mahasiswa dalam upacara penerimaan hadiah itu, Presiden Filipina Benigno Aquino III mengatakan, yang membedakan para penerima hadiah itu dengan orang lain ialah mereka memilih bertindak mengenai isu-isu yang dihadapi masyarakat. Tidak seperti mereka yang memilih hanya mengeluh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Solusi inovatif
”Masing-masing individu ini telah menghadapi masalah-masalah dan menemukan cara inovatif dan inklusif untuk mengatasinya,” kata Aquino mengenai penerima hadiah prestisius itu.
”Dengan kata lain, mereka tidak puas hanya mengeluh, tetapi terinspirasi untuk bertindak, dengan solusi yang relevan dan bisa direplikasi,” tuturnya.
Hadiah Magsaysay diberikan oleh Ramon Magsaysay Award Foundation yang didirikan tahun 1957. Pada tahun itu, Presiden Filipina Ramon Magsaysay tewas dalam sebuah kecelakaan pesawat. Sejak tahun 1958, Hadiah Magsaysay diberikan kepada orang atau lembaga yang menangani isu pembangunan manusia di Asia. Mereka dengan penuh keberanian dan kreativitas memberi kontribusi yang telah mengubah masyarakat mereka menjadi lebih baik.
Selain Butet Manurung, penerima Hadiah Magsaysay 2014 adalah Hu Shuli, wartawan dari Tiongkok yang mendirikan majalah investigasi; Omara Khan Masoudi, Direktur Museum Nasional Afganistan; pengacara Wang Canfa dari Tiongkok; pengajar Randy Halasan dari Filipina, dan Citizens Foundation, lembaga pendidikan di Pakistan. (AP/DI)
Sumber: Kompas, 2 September 2014