Tim peneliti dari Balai Arkeologi Bali menemukan struktur benteng dan artefak di Doro Benteng, Desa Sori Tangga, Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat. Itu menjadi bukti baru jejak peradaban yang terkubur letusan Gunung Tambora tahun 1818.
“Kami belum tahu, apa ini sisa Kerajaan Tambora atau Kerajaan Pekat. Lokasi temuan di tepi pantai di timur Doro Ncanga. Lokasinya jauh dari temuan sebelumnya di Desa Oibura. Struktur ini ada sebelum letusan Tambora 1818,” tutur Kepala Balai Arkeologi Bali I Made Suwarbhawa, Rabu (1/6), di Jakarta.
Temuan itu berupa struktur benteng, susunan batu dari lava tua panjang 200 meter. Sebagian benteng terkubur material vulkanik setebal 1,25 meter. Material vulkanik diperkirakan dari letusan Tambora tahun 1818. Bagian lain susunan batu itu menonjol di permukaan 1 meter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
“Di struktur benteng ini, kami temukan banyak artefak berupa keramik Tiongkok dari Dinasti Chin dan Ming, berbentuk buli-bui dan guci. Ada satu keramik motif timbul dan langka, banyak gerabah, mata tombak, dan batu apung, dibentuk seperti roda.”
Hal itu berawal dari informasi warga tahun lalu, bahwa ada susunan batuan dekat pantai. “Setelah kami gali, temuannya kaya, melebihi ekspektasi. Ini kian meyakinkan besaran skala situs Gunung Tambora,” ujarnya.
Sebelumnya, penggalian oleh Balai Arkeologi Bali dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas), di Desa Oi Bura, Kecamatan Tambora, Bima, Nusa Tenggara Barat, sejak 2007, menemukan jejak perkampungan lama yang terkubur. Selain sisa bangunan rumah terarangkan, ada keramik, gerabah, perhiasan, senjata logam, dan aneka barang komoditas, seperti kemiri dan biji kopi, serta kerangka manusia.
ARSIP BALAI ARKEOLOGI BALI–Seorang peneliti mengukur struktur situs benteng di kawasan Doro Benteng, Desa Sori Tangga, Kecamatan Pekat, Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat.
Kekayaan temuan dari ekskavasi Tambora itu penting bagi aspek arkeologi serta vulkanologi dan geologi. Menurut Kepala Puslit Arkenas I Made Geria, Tambora menyimpan himpunan arkeologi spesifik serupa himpunan situs yang dikenal dunia sebagai Pompeii di Italia. Bahkan, situs Tambora lebih besar karena letusannya menghancurkan tiga kerajaan, terkuat dalam sejarah manusia modern, sehingga membuat Eropa tanpa musim panas.
“Kami akan meneruskan penggalian di situs Tambora. Ke depan, kami akan menggali lebih sistematis menurut peta lama tahun 1696. Diduga, temuan ini adalah situs Kerajaan Pekat, dan temuan sebelumnya ialah situs Kerajaan Tambora,” kata Geria.
Penggalian di Tambora juga menghasilkan pengetahuan baru, terutama konservasi artefak dari bahan kayu atau bambu hampir jadi arang. Konservasi artefak dari material organik terdampak letusan gunung api itu amat langka di dunia. (AIK)
————–
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 2 Juni 2016, di halaman 14 dengan judul “Bukti Baru Jejak Peradaban Ditemukan”.