Biaya Terapi Kanker Makin Membebani

- Editor

Senin, 29 Januari 2018 - 09:29 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kanker menjadi penyakit katastropik kedua terbesar dalam Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat tahun 2017. Hal itu seiring bertambahnya jumlah kasus kanker, termasuk kelompok masyarakat berusia di bawah 40 tahun, akibat pola hidup tak sehat.

”Kita tak bisa membaca keluhan tubuh kita sendiri. Karena itu, tindakan preventif dan promotif jadi hal penting untuk mencegah hal lebih besar terjadi,” kata Ketua Yayasan Kanker Indonesia Aru Wisaksono Sudoyo dalam acara bertajuk ”Kita Bisa, Aku Bisa: Waspadai Mitos Kanker”, Jumat (26/1), di Jakarta.

Aru menjelaskan, deteksi kanker sejak dini penting agar penderita bisa segera mendapat penanganan medis, seperti operasi dan kemoterapi. Sebab, makin tinggi stadium kanker, harapan hidup kian kecil.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Penderita kanker stadium satu memiliki harapan hidup 95 persen, stadium dua 85 persen, stadium tiga 60-70 persen, dan stadium empat 5-10 persen. ”Deteksi dini menaikkan harapan hidup dan menekan biaya terapi. Jika kanker payudara stadium satu dan dua operasi dan kemoterapi ringan. Kalau stadium lanjut, pasien kemoterapi terus,” kata Aru.

Selain itu, deteksi dini penting karena fasilitas untuk kanker minim. ”Kita bicara Indonesia. Secara fasilitas, di Ternate belum tentu ada lebih dari tiga peralatan mamogram,” ujarnya.

Pencegahan kanker
Selain itu, pencegahan kanker bisa dengan mempertahankan berat badan ideal dan olahraga. Hal itu disertai penerapan pola makan sehat dengan mengonsumsi sayur atau buah 4 kali sehari. ”Karena tak ada obat yang mencegah kanker. Kalau tiga hal itu dilakukan, itu menurunkan risiko kanker 30 persen,” katanya.

KOMPAS/HERU SRI KUMORO–Warga yang peduli pada kanker paru mengikuti Kampanye Kepedulian Kanker Paru yang digelar Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia di Kawasan Kemang, Jakarta, Minggu (18/12/2016). Kanker paru-paru merupakan salah satu kanker yang sering menyebabkan kematian, mencapai 13,4 persen dari seluruh kasus kanker.

Sementara Asisten Deputi Direksi Bidang Pengelolaan Fasilitas Kesehatan Rujukan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Beno Herman menjelaskan, kanker menjadi dua terbesar penyakit katastropik yang dibiayai melalui program JKN-KIS. Kasus terbanyak adalah penyakit jantung.

Jumlah kasus kanker tiap tahun terus meningkat. Tahun 2014, kasus kanker 710.216 pasien dengan biaya total ditangani JKN Rp 1,5 triliun. Pada September 2017, jumlah kasus meningkat hingga 1,3 juta pasien dengan biaya ditanggung JKN Rp 2,1 triliun. ”Sekarang mana ada yang bisa bayar obat seharga Rp 20 juta. Jadi, biayanya melambung karena orang awalnya bayar pribadi beralih ke JKN,” kata Beno.

Hampir 25 persen dari jumlah total dana BPJS Kesehatan digunakan untuk menangani penyakit katastropik. Total pembiayaan BPJS Kesehatan hingga September 2017 Rp 12 triliun. ”Pembiayaan JKN untuk kanker akan terus bertambah. Karena obatnya mahal, pasien memilih memakai JKN,” ujarnya.

Secara terpisah, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Lily Sriwahyuni Sulistyowati menekankan pentingnya menurunkan risiko kanker dengan deteksi dini. (DD18)

Sumber: Kompas, 27 Januari 2018

Facebook Comments Box

Berita Terkait

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’
Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan
UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum
3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum
Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023
Tiga Ilmuwan Penemu Quantum Dots Raih Nobel Kimia 2023
Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023
Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 21 November 2023 - 07:52 WIB

Madura di Mata Guru Besar UTM Profesor Khoirul Rosyadi, Perubahan Sosial Lunturkan Kebudayaan Taretan Dibi’

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Senin, 13 November 2023 - 13:46 WIB

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 November 2023 - 13:42 WIB

3 Ilmuwan Menang Nobel Kimia 2023 Berkat Penemuan Titik Kuantum

Senin, 13 November 2023 - 13:37 WIB

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 November 2023 - 05:01 WIB

Penghargaan Nobel Fisika: Para Peneliti Pionir, di antaranya Dua Orang Perancis, Dianugerahi Penghargaan Tahun 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:52 WIB

Dua Penemu Vaksin mRNA Raih Nobel Kedokteran 2023

Senin, 13 November 2023 - 04:42 WIB

Teliti Dinamika Elektron, Trio Ilmuwan Menang Hadiah Nobel Fisika

Berita Terbaru

Berita

UII Tambah Jumlah Profesor Bidang Ilmu Hukum

Senin, 13 Nov 2023 - 13:46 WIB

Berita

Profil Claudia Goldin, Sang Peraih Nobel Ekonomi 2023

Senin, 13 Nov 2023 - 13:37 WIB