Jamur Trichoderma dan Metarrhizium berhasil dikembangbiakkan serta diterapkan untuk membasmi hama jamur Ganoderma dan kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros) di perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara.
Manajer Agronomi Pusat Penelitian dan Pengembangan Kelapa Sawit Bahilang Sumut Abdul Azis, Kamis (14/11), menjelaskan, jamur Ganoderma dikenal bersifat patogen, hingga menimbulkan penyakit akar merah. Hama ini menurunkan populasi dan produktivitas kelapa sawit (Elaeis guineensis) di Sumut 30-50 persen.
Peneliti dari Jurusan Perlindungan dan Kesehatan Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, SM Widyastuti, dalam penelitian 17 tahun
terakhir menemukan, selain kelapa sawit, Ganoderma menyerang perkebunan monokultur, yaitu akasia (Acacia mangium), sengon (Paraserianthes falcotaria), flamboyan (Delonix regio), cemara (Casuarina equisetifolia), dan angsana (Pterocarpus indicus).
Ganoderma menyebar melalui spora terbawa angin dan menginfeksi perakaran di bawah tanah. Jamur makan unsur karbon hingga pohon lapuk dan roboh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Untuk menekan Ganoderma, Puslitbang Kelapa Sawit Bahilang mengisolasi jamur Trichoderma. Upaya sama dilakukan peneliti di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) di Medan menggunakan strain jamur berbeda. ”Trichoderma diinduksi pada bibit sawit sehingga melindungi akar dan batang dari Ganoderma,” kata Abdul Azis.
Uji coba dilakukan di Pulau Maria, Kabupaten Asahan, Sumut. Hasilnya, induksi Trichoderma menekan infeksi Ganoderma pada sawit 25 persen.
Bibit yang mengandung Trichoderma ditanam pada tahap penanaman ulang tahun 2012 di lahan seluas 951 hektar di Kabupaten Serdang Bedagai, Sumut, kata Rita Tambunan, Asisten Kepala Perkebunan Kelapa Sawit Bahilang.
Menurut Widyastuti, peneliti Trichoderma, jamur ini melumpuhkan Ganoderma dengan melilitkan benang pada jamur, kemudian mengeluarkan enzim untuk mengurai senyawa kimia hingga mengambil unsur karbon Ganoderma. Reaksi ini membuat Ganoderma mati. Di lapangan, Widyastuti membuat pelet yang mengandung spora Trichoderma, alginat, dan pupuk hayati. Temuannya itu telah dipatenkan.
Hama kumbang
Puslitbang Kelapa Sawit Bahilang juga mengisolasi dan membuat biakan jamur Metarrhizium untuk membasmi hama kumbang tanduk. Kumbang ini merupakan hama utama kelapa sawit di areal tanam ulang. Penyebabnya, banyak tumpukan bahan organik sisa sawit yang membusuk menjadi tempat berkembang biak hama ini.
Pengendalian kumbang tanduk dilakukan menggunakan beberapa agensi hayati, di antaranya jamur Metarrhizium anisopliae dan Baculovirus oryctes. Jamur ini efektif mematikan larva 2-4 minggu setelah aplikasi.
Untuk mengembangbiakkan jamur, Puslitbang Bahilang menggunakan medium beras. Biakan jamur lalu disebar ke tumpukan tandan kosong kelapa sawit.
Selain itu, pengendalian kumbang tanduk dilakukan menggunakan perangkap feromon. PPKS berhasil menyintesis agregat feromon untuk menarik kumbang. (YUN)
Sumber: Kompas, 16 November 2013