Becak Sang Ayah Kini ‘Antarkan’ Raeni Kuliah S3 di Inggris

- Editor

Rabu, 7 Maret 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Becak, mungkin bagi sebagian orang hanya kendaraan roda tiga biasa, namun seorang alumni Birmingham University Inggris bernama Raeni (25) menganggapnya sebagai kendaraan perjuangan karena. Becaklah yang “mengantarnya” sukses kuliah di sana.

Ya, Raeni adalah gadis desa asal Langen Harjo, Kecamatan Kendal, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah yang beberapa tahun lalu menjadi perbincangan karena lulus dari Universitas Negeri Semarang (Unnes) dengan IPK 3,9 dan diantar ayahnya, Mugiono menggunakan becak saat wisuda.

Kini Raeni sedang bersiap akan melanjutkann jenjang S3 di Universitas yang sama. Ia sedang mengejar cita-citanya untuk mengabdi dan memberikan sumbangsih ilmu pengetahuan untuk Republik Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Raeni lulus S2 dari Inggris bulan Desember 2016 lalu pulang ke Indonesia. Ia kemudian mengajukan diri untuk menjadi dosen di Unnes. Dengan kegigihannya, Raeni menjadi dosen non-PNS di jurusan Pendidikan Ekonomi Fakultas Ekonomi Unnes.

Raeni saat diantar ayahnya wisuda S1 dengan becaknya pada 2014 silam.Raeni saat diantar ayahnya wisuda S1 dengan becaknya pada 2014 silam. Foto: Humas Unnes

“Jadi dosen sejak Januari 2017. Saya kayaknya memang passionnya mengajar, dekat dengan mahasiswa, seru dan nyaman. Dulu sebelum ke Inggris kan jadi asisten dosen,” kata Raeni saat berbincang dengan detikcom di sela kegiatan tenisnya di Unnes, Selasa (6/3/2018) sore.

–Raeni yang ditemui saat berlatih tenis. Foto: Angling Adhitya Purbaya/detikcom

Semangat Raeni untuk menempuh pendidikan S3 di Inggris sudah lama berkobar, ia pun mendaftarakan diri untuk itu ketika masih di Ingris. Jalannya ternyata tidak selalu mulus, ia harus melewati beberapa tahap hingga mendapat unconditional offer letter.

“Setelah proses seleksi diterima, sempat masuk shortlist beasiswa dari sana, tapi itu parsial, tidak bisa mengcover semua biaya, uang dari mana,” lanjutnya.

Ia kemudian mencoba beasiswa LPDP dan kembali mengikuti seleksi. Raeni sempat khawatir karena S2 yang ditempuhnya yaitu program 1 tahun sehingga menganggap pengalamannya kurang terkait riset.

“Dengan usaha maksimal, tanggal 19 Januari kemarin dinyatakan lulus beasiswa lanjutan Magister ke Doktoral lembaga pengelolaan dan pendidikan Kementrian Keuangan,” ujarnya.

Sebenarnya Raeni sudah bisa berangkat ke Inggris untuk menjalani pendidikan S3 September 2017 lalu. Namun ia memohon agar ada penundaan karena masih seleksi beasiswa sehingga disetujui Raeni akan berangkat pada bulan September tahun ini.

“Rencananya September berangkat. Mulai kuliah 1 Oktober 2018,” katanya.

Raeni memang seolah mati-matian untuk bisa menempuh pendidikan setinggi-tingginya. Selain ingin membanggakan orangtua, Raeni juga ingin mengabdi kepada negaranya lewat jalur akademis.

“Ya harapannya bisa sampai jadi profesor, dengan begitu bisa berkontribusi lebih baik lagi untuk negara. Saya ingin mengabdikan diri untuk negara karena sudah dibiayai sejak S1,” tegas Raeni.

Jika ia mengenang perjalanan hidupnya, Raeni selalu teringat dengan becak sang ayah. Meski kini tak lagi dikayuh karena ayahnya bekerja menjadi penjaga malam di SMK 1 Kendal, namun Raeni akan berusaha menjaga becak itu tetap ada di rumah.

“Becak itu tidak bakal dijual, becak yang punya banyak kenangan. Ketika bapak mengayuhnya, itu luar biasa, bapak ‘mengantarkan’ saya ke Inggris dengan becaknya,” ujar Raeni.

Hadiah Umroh untuk Bapak
Bulan Februari lalu, Raeni berangkat Umroh bersama ayah ibunya, Mugiono dan Sujamah. Ternyata raeni sendiri tidak menyangka bisa melakukan perjalanan relijius yang sangat ia dambakan itu bersama kedua orangtuanya.

Raeni pun menceritakan awalnya ia hanya iseng mengikuti arisan Umroh di kalangan dosen di Unnes. Ia sempat terkendala ketika hendak mengikuti arisan karena masih menjadi asisten dosen kala itu.

“Manajemen yang mengelola Umroh telepon pimpinan ternyata diizinkan ikut,” kata Raeni.

Ia mengaku tidak tahu kapan arisan dimulai, namun ketika di Inggris ia kaget setiap bulan tabungannya berkurang Rp 500 ribu. Setelah dicek ternyata dipotong untuk arisan Umroh.

“Pas nyiapin berkas untuk S3, dapat informasi kalau saya dapat arisan Umroh,” kenangnya.

Saat itu mendekati hari Pahlawan yaitu 10 November yang juga merupakan hari ulang tahun pahlawan hidupnya, yaitu sang ayah. Tepat pukul 00.00, ayahnya yang sedang berjaga malam dihubungi dan Reni mengatakan memberikan hadiah Umroh.

“Pas jam 12 malam bapak saya telepon, beliau terharu,” ujarnya.

Namun setelah itu Raeni merasa ibunya yang berulang tahun 1 Desember juga harus dihadiahi Umroh. Ia putar otak dan teringat dengan sisa tabungan di Inggris.

“Alhamdulillah ada sedikit sisa tabungan bisa daftarkan ibu,” katanya.

Lagi-lagi Raeni kepikiran bagaimana jika orangtuanya berangkat hanya berdua dan kebingungan saat Umroh, apalagi ibunya pemalu. Ia kemudian mendapatkan saran agar ikut mendampingi.

Dengan kondisi keuangan yang terbatas, Raeni ingat ada reiumberse untuk perjalanan di Inggris, Iseng-iseng Raeni menghubungi kampus dengan nomor Inggrisnya yang dibawa ke Indonesia untuk mencairkannya.

“Saya kemudian melakukan transaksi ditambah Euro yang saya bawa sama tabungan. Alhamdulillah cukup,” pungkas Raeni.

Dengan dengan uang saku pas-pasan, Raeni bahagia bisa berangkat Umroh dengan kedua orangtuanya pada 13 Februari 2018 lalu. Kini Raeni kembali menjalani rutinitasnya sebagai dosen dan menunggu keberangkatannya ke Inggris bulan September mendatang.(alg/sip)–Angling Adhitya Purbaya –

Sumber: detikNews, Rabu 07 Maret 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 3 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB