Pemerintah mendukung peningkatan kualifikasi pendidikan dosen ke jenjang magister dan doktor melalui program beasiswa. Tersedia hampir 3.000 beasiswa pendidikan bagi dosen untuk kuliah di dalam dan luar negeri dalam upaya meningkatkan kapasitas dosen di perguruan tinggi negeri dan swasta.
“Ada beragam skema beasiswa untuk memberikan kesempatan bagi dosen meningkatkan pendidikan dan kompetensinya,” kata Direktur Jenderal Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Ali Ghufron Mukti seusai penandatanganan pembaruan kesepakatan beasiswa Fulbright-Ristekdikti di Jakarta, Selasa (30/5).
Penandatangan dilakukan antara Ghufron dan Direktur Eksekutif American Indonesian Exchange Foundation (Aminef) Alan H Feinstein, yang disaksikan Atase Kebudayaan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia Karen Schinnerer.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Menurut Ghufron, Kemenristek dan Dikti bekerja sama dengan Aminef untuk memfasilitasi beasiswa studi pascasarjana bagi dosen ke sejumlah perguruan tinggi ternama di Amerika Serikat. Kerja sama ini dimulai sejak 2009 dan diperbarui pada tahun 2013 hingga 29 Mei 2017.
“Kelanjutan program ini dilakukan lagi hingga 2021. Kuota untuk dosen ditingkatkan lagi, yang biasanya 20 dosen per tahun jadi 50 dosen per tahun,” ujar Ghufron.
Berdasarkan Pangkalan Data Pendidikan Tinggi Kemenristek dan Dikti, jumlah dosen saat ini 269.991 orang. Dari jumlah tersebut, yang berpendidikan S-2 sebanyak 173.173 orang, sedangkan yang berpendidikan S-3 sebanyak 32.697 orang. Adapun dosen yang berpendidikan S-1 dan diploma lebih dari 44.000 orang.
Alan mengatakan, biaya pendidikan dosen ditanggung Pemerintah Indonesia, sedangkan Aminef menanggung biaya pengarahan dan orientasi. Program ini telah dinikmati 180 orang yang terdiri dari 120 orang yang meraih gelar doktor, 24 orang menerima gelar master, 2 orang melakukan riset untuk program doktoralnya, dan 34 peneliti Indonesia yang telah melakukan riset pascadoktoral di universitas-universitas di Amerika Serikat.
Beasiswa Fulbright-Ristekdikti juga diberikan untuk peneliti post-doktoral. Mereka akan melakukan riset selama empat hingga enam bulan di universitas terakreditasi di AS.
Ghufron mengatakan, beasiswa Fulbright-Ristekdikti hanya salah satu skema beasiswa pendidikan dosen. Ada juga Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia (BUDI) untuk dalam negeri sebanyak 750 dosen dan BUDI luar negeri untuk 100 dosen. “Bagi dosen di PTN baru juga ada beasiswa afirmasi, kuotanya 150 orang per tahun,” ujar Ghufron.
Direktur Karier dan Kompetensi Ditjen Sumber Daya Iptek dan Dikti Bunyamin Maftuh, mengatakan, peningkatan kualifikasi dosen untuk mencapai doktor dilakukan Kemenristek dan Dikti serta Kemenag. “Ada juga PT yang mandiri mendukung peningkatan pendidikan dosen,” katanya. (ELN)
—————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 31 Mei 2017, di halaman 11 dengan judul “Beasiswa S-2 dan S-3 untuk Dosen”.