Batan Tunggu Pemerintah

- Editor

Senin, 25 Mei 2015

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dua Lokasi Tapak PLTN Masih Direkomendasikan di Bangka
Badan Tenaga Nuklir Nasional atau Batan masih menunggu kepastian dari pemerintah terkait rencana lokasi pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir. Batan merekomendasikan dua lokasi di Pulau Bangka, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, berdasarkan studi kelayakan di lokasi tersebut.

”Posisi Batan hanya sebagai organisasi pendukung teknis sehingga reaktor belum tentu dibangun di Bangka. Bergantung pada keputusan pemerintah pusat,” ujar Kepala Batan Djarot S Wisnubroto saat dihubungi pada Minggu (24/5) di Jakarta. Batan menyatakan siap mendukung dengan bantuan teknis guna membangun PLTN di lokasi mana pun yang ditunjuk pemerintah.

Djarot menambahkan, faktor lain yang juga dipertimbangkan adalah minat pemerintah daerah untuk membangun PLTN di wilayahnya. Saat ini, pemerintah daerah yang menyatakan keinginan adalah Pemerintah Kota Batam (Kepulauan Riau), Pemprov Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Hingga kini, Batan masih menunggu Buku Putih PLTN yang disusun Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Buku putih menjadi acuan pengembangan PLTN di Indonesia, termasuk kemungkinan lokasi. Dari kabar yang diterima Djarot, ESDM sudah menyelesaikan Buku Putih PLTN dan berisi rencana pembangunan reaktor guna menghasilkan 5.000 megawatt (MW) listrik pada 2025. Bangka pun dimasukkan sebagai salah satu kemungkinan lokasi.

Batan merekomendasi Bangka setelah studi 2011-2013. Dua lokasi dinyatakan layak secara teknis, satu di Bangka Barat dan satu lokasi di Bangka Selatan.

Menurut Djarot, kapasitas satu reaktor PLTN bisa 1.000-1.400 MW, sementara kebutuhan warga di Bangka sekitar 300 MW. Kelimpahan energi bisa disalurkan ke Sumatera, bahkan Jawa. ”Listrik dari Bangka bisa mengalir melalui kabel bawah laut ke Sumatera, kemudian dari Sumatera ke Jawa,” ujarnya.

Kepala Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir Batan Yarianto Sugeng mengatakan, di Bangka Barat luas tapak yang layak adalah 260 hektar, cukup untuk 6 unit PLTN berkapasitas masing-masing 1.000-1.400 MW. Tinggi muka tanah 5-23 meter di atas permukaan laut (mdpl).

Di Bangka Selatan, tapak yang direkomendasikan 270 hektar dan bisa untuk 4 unit PLTN dengan kapasitas masing-masing sama dengan di Bangka Barat. Tinggi permukaan tanah 8-30 mdpl.

Jika terjadi banjir, antara lain karena tsunami, pemanasan global, badai, dan laut pasang, banjir diperkirakan setinggi 5 meter di Bangka. Untuk standar keselamatan minimal, jika jadi di sana, Batan mengusulkan PLTN dibangun pada ketinggian 7 mdpl. ”Dari kontur topografi, lokasi tapak memenuhi persyaratan keselamatan,” katanya.

Pengawasan
Di Jakarta, mantan Presiden BJ Habibie menuturkan, tidak masalah jika pemerintah ingin mengembangkan PLTN guna mencukupi kebutuhan listrik yang besar, antara lain untuk industri dan transportasi.

Kecelakaan nuklir di PLTN Chernobyl, Ukraina, pada 1986 dan PLTN Fukushima Daiichi di Jepang pada 2011 menimbulkan kekhawatiran di masyarakat terkait tingkat keamanan PLTN. Namun, dalam pandangan Habibie kejadian-kejadian itu tak bisa dipukul rata untuk PLTN lain. Banyak PLTN lain di Jepang, Amerika Serikat, dan Perancis tetap aman selama puluhan tahun.

”Kuncinya, pengawasan,” ujar Habibie. Untuk itu, Indonesia memiliki lembaga pengawasan nuklir, Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten). Rencana membangun PLTN ada sejak era Presiden Soeharto. Saat itu, studi kelayakan dilakukan di pesisir Muria, Jawa Tengah. (JOG)
——————
Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 25 Mei 2015, di halaman 14 dengan judul “Batan Tunggu Pemerintah”.

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa
Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap
Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab
Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan
Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara
Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Arsitektur yang Bertumbuh dari Tanah, Bukan dari Langit
Berita ini 20 kali dibaca

Informasi terkait

Sabtu, 1 November 2025 - 13:01 WIB

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:46 WIB

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 2 Oktober 2025 - 16:30 WIB

Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab

Rabu, 1 Oktober 2025 - 19:43 WIB

Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan

Minggu, 27 Juli 2025 - 21:58 WIB

Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara

Berita Terbaru

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tarian Terakhir Merpati Hutan

Sabtu, 18 Okt 2025 - 13:23 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Hutan yang Menolak Mati

Sabtu, 18 Okt 2025 - 12:10 WIB

etika

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 16 Okt 2025 - 10:46 WIB