Bangun Budaya Riset Unggul

- Editor

Kamis, 25 Januari 2018

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pembangunan budaya ilmiah yang unggul mutlak perlu bagi masa depan Indonesia. Sebab, Indonesia selama ini kurang memproduksi pengetahuan dan teknologi yang seharusnya sebagai kontribusi bagi bangsa dan dunia.

Kekuatan riset pun dibutuhkan untuk mengawal kebijakan pemerintah agar bisa mewujudkan keadilan dan kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat. Suara para ilmuwan kian dibutuhkan untuk berani kritis dan memberi masukan serta solusi secara ilmiah agar kebijakan pembangunan tak memunculkan malapetaka di masa depan.

Persoalan itu mengemuka pada acara Alumni Professional Development Program (APDP) Conference Research for Impact: Advancing Australia-Indonesia Research Collaboration yang berlangsung Selasa sampai Rabu (24/1) di Jakarta. Pihak APDP didukung Pemerintah Australia bekerja sama dengan konsorsium perguruan tinggi dari Australia dan Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Program APDP bertujuan memperkuat kapasitas riset alumni. Selain konferensi yang memberi kesempatan bagi alumni dan pembicara tamu menyajikan riset, juga digelar lokakarya bagi ilmuwan dan ahli beragam bidang agar melakukan riset dan publikasi di jurnal internasional.

Menghadirkan solusi
Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Sangkot Marzuki mengatakan, Indonesia harus menunjukkan komitmen jangka panjang untuk membangun budaya riset unggul. Sebab, penguasaan dan pengembangan sains dan riset penting untuk menghasilkan solusi yang tepat.

”Sebagai anggota G-20, kita masih rendah memproduksi ilmu pengetahuan dan teknologi. Karena itu, kita bisa membangun kolaborasi, termasuk dengan Australia, untuk memperkuat kapasitas bangsa dalam riset,” kata Sangkot.

Ilmuwan lingkungan dari Universitas James Cook, Australia, William Laurance, mengatakan, ilmuwan atau akademisi perlu mengawal kebijakan pemerintah dengan riset menyeluruh. Kolaborasi antarainstitusi di dalam dan luar negeri serta multidisiplin penting untuk memperkuat riset yang berdampak.

”Pembangunan jalan atau infrastruktur masif dan ambisius saat ini, terutama oleh negara berkembang termasuk Indonesia. Namun, keinginan membuka akses dan memajukan daerah harus dilihat dampaknya, mulai dari lingkungan hingga sosial ekonomi, apakah lebih besar manfaatnya daripada dampak buruk di masa depan,” kata William.

–Indonesia harus memperkuat budaya riset unggul agar bisa memproduksi ilmu pengetahuan dan teknologi bagi negara dan dunia. Untuk itu, kapasitas dan kolaborasi riset perlu dibangun.

Sebelumnya, Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengatakan, kolaborasi antara pemerintah dan peneliti dibutuhkan dalam menyusun kebijakan publik. Peneliti memiliki kemewahan berupa waktu berpikir terhadap masalah yang ada di Indonesia. Hasilnya bisa membantu pemerintah yang tak memiliki waktu merefleksikan tiap keputusan yang diambil.

Kontribusi periset dalam mengusulkan solusi untuk menghadapi tantangan bangsa itu penting. ”Tujuannya, untuk membuat kebijakan yang tepat bagi Indonesia,” ujarnya.

Manajer Proyek Konferensi APDP Helen Bulle mengatakan, APDP untuk membangun kolaborasi dalam riset yang berdampak. Salah satu parameternya adalah agar peneliti bisa memublikasikan karya ilmiahnya dalam jurnal internasional.

Sementara itu, Ketua Center of Excellence for Marine Resilience and Sustainable Development Universitas Hasanuddin Jamaluddin Jompa mengatakan, peneliti memberi pilihan solusi berdasarkan pengetahuan ilmiahnya. Adapun pemerintah berwenang mengeksekusi solusi itu.
(ELN/DD09)

Sumber: Kompas, 25 Januari 2018

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma
Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa
Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap
Di Balik Lembar Jawaban: Ketika Psikotes Menentukan Jalan — Antara Harapan, Risiko, dan Tanggung Jawab
Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan
Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara
Surat Panjang dari Pinggir Tata Surya
Ketika Matahari Menggertak Langit: Ledakan, Bintik, dan Gelombang yang Menggetarkan Bumi
Berita ini 5 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 12 November 2025 - 20:57 WIB

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Sabtu, 1 November 2025 - 13:01 WIB

Habibie Award: Api Intelektual yang Menyala di Tengah Bangsa

Kamis, 16 Oktober 2025 - 10:46 WIB

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Rabu, 1 Oktober 2025 - 19:43 WIB

Tabel Periodik: Peta Rahasia Kehidupan

Minggu, 27 Juli 2025 - 21:58 WIB

Kincir Angin: Dari Ladang Belanda Hingga Pesisir Nusantara

Berita Terbaru

Artikel

Biometrik dan AI, Tubuh dalam Cengkeraman Algoritma

Rabu, 12 Nov 2025 - 20:57 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Tarian Terakhir Merpati Hutan

Sabtu, 18 Okt 2025 - 13:23 WIB

Fiksi Ilmiah

Cerpen: Hutan yang Menolak Mati

Sabtu, 18 Okt 2025 - 12:10 WIB

etika

Cerpen: Lagu dari Koloni Senyap

Kamis, 16 Okt 2025 - 10:46 WIB