Bakat Peneliti Muda Tidak Terjaga

- Editor

Senin, 13 Oktober 2014

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Salah satu penyebab penelitian di Indonesia tidak berkembang pesat, antara lain, karena bakat peneliti muda tak terjaga dan tidak dikelola khusus hingga peserta didik lulus perguruan tinggi. Semestinya ada lembaga khusus yang mengelola bakat serta minat meneliti dan menindaklanjuti hasil penelitian peneliti muda.

Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Hamid Muhammad mengemukakan hal itu seusai membuka Lomba Penelitian Ilmiah Remaja (LPIR) Sekolah Menengah Pertama Tingkat Nasional 2014, Kamis (9/10), di Serpong, Tangerang Selatan.

”Bakat meneliti anak-anak setidaknya dijaga mulai dari SD sampai perguruan tinggi. Kita sudah buat jalurnya melalui lomba seperti ini dan ada beasiswa untuk memastikan anak-anak tetap meneliti. Namun, setelah itu bagaimana? Ini yang belum ada sambungannya,” tutur Hamid.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Padahal, menurut Direktur Pembinaan SMP Kemdikbud Didik Suhardi, kualitas naskah penelitian yang lolos LPIR meningkat setiap tahun. Tak hanya itu, pemenang LPIR biasanya melanjutkan minat pada bidang penelitiannya di SMA dan ikut beragam lomba. Ini dapat menjadi gambaran tingginya minat penelitian peserta didik.

”Jangan disia-siakan. Sekarang, yang penting investasi pada guru. Jika gurunya bagus dan bisa menumbuhkan minat meneliti atau rasa ingin tahu murid, pasti akan banyak anak yang senang meneliti,” papar Didik.

Hamid berharap sekolah mendorong anak menjadi kreatif dan inovatif. Akan lebih baik jika ada kelompok kerja ilmiah murid di setiap sekolah agar peserta kompetisi penelitian semakin banyak. Dengan kelompok kerja itu, bakat atau minat meneliti anak bisa diaplikasikan atau dipraktikkan sehingga menjadi produk atau solusi atas sebuah persoalan. ”Ini memang kompetisi untuk menjadi yang terbaik. Meski begitu, tetap harus diikuti kemampuan kolaborasi atau kerja sama,” kata Hamid. (LUK/YUN)

Sumber: Kompas, 10 Oktober 2014

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 9 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB