Aspek Kultural Masih Hambat Program Keluarga Berencana

- Editor

Rabu, 27 Januari 2016

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Faktor budaya masih menjadi hambatan implementasi program keluarga berencana di sejumlah negara. Keterlibatan anak muda untuk memberikan edukasi yang benar terkait keluarga berencana dan kesehatan reproduksi menjadi penting. Generasi muda sangat terkait dengan perencanaan keluarga.

Demikian benang merah pembahasan dalam forum pemuda pada Konferensi Keluarga Berencana Internasional (Internasional Conference on Family Planning/ICFP) di Nusa Dua, Bali, Selasa (27/1).

Perwakilan pemuda dari Pakistan, Ayesha Amin, mengatakan, aspek budaya menjadi hambatan yang dominan dalam edukasi kesehatan reproduksi dan keluarga berencana (KB). Di daerah pedesaan Pakistan yang patriarkis, perempuan tidak memiliki posisi sejajar dengan laki-laki dalam berbagai hal. Perempuan sangat bergantung kepada laki-laki dalam berbagai aspek. Perempuan tidak dilibatkan dalam setiap pengambilan kesempatan bahkan keputusan untuk mereka sendiri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Selain itu, masyarakat Pakistan menganggap anak laki-laki lebih istimewa dibandingkan anak perempuan. Akibatnya, pasangan suami istri akan berupaya terus untuk mendapatkan anak laki-laki meski sudah memiliki banyak anak perempuan. Ini sangat berisiko pada kesehatan ibu, anak, dan juga kualitas hidup mereka.

Hal ironis yang umum muncul di masyarakat, ujar Ayesha, ialah anak perempuan diajarkan oleh orangtua untuk tidak berbicara kepada laki-laki yang belum dikenal. Namun, orangtua mengizinkan anak perempuan untuk dinikahi laki-laki yang belum dikenalnya. “Perempuan bahkan tidak mengerti bahwa mereka juga punya hak dalam kesehatan reproduksi,” ujar Ayesha.

Women Deliver Young Leader dari Kamerun, Desmond Nji Atanga, menambahkan, di Kamerun membicarakan seksualitas di kalangan anak muda adalah tabu. Karena itu, tidak mengherankan banyak anak muda yang tidak mendapat informasi mengenai kesehatan reproduksi. Keluarga berencana dan kesehatan reproduksi bukan hanya semata isu perempuan atau laki-laki, melainkan isu bersama. Oleh karena itu, diperlukan upaya bersama baik laki-laki maupun perempuan.

Peran media sosial
Asisten Komunikasi ACTIVATE, Afrika Selatan, Nomtika Mjwana, menyampaikan, media baru, seperti media sosial, lebih efektif menjangkau anak muda di wilayah perkotaan Afrika Selatan. Media baru sangat efektif sebagai kanal penyampai informasi tentang kesehatan reproduksi kepada anak muda.

“Kami lebih suka memakai istilah kesehatan reproduksi ketika berbicara kepada anak muda daripada keluarga berencana. Istilah itu lebih bisa diterima,” ujar Nomtika.

Desmond mengatakan, di Kamerun penggunaan media sosial di kalangan anak muda belum begitu populer. Media yang paling efektif untuk menjangkau anak muda hingga ke pelosok ialah radio. Oleh karena itu, penyampaian informasi dan edukasi terkait kesehatan reproduksi dan keluarga berencana dilakukan melalui radio.

Menurut Ayesha, sangat penting bagi mereka yang bergerak dalam advokasi kesehatan reproduksi dan keluarga berencana untuk dapat diterima di tengah masyarakat. Untuk itu, yang pertama kali penting dikerjakan ialah menjadi pendengar yang baik. Setelah diterima ke dalam satu komunitas baru pelan-pelan pesan informasi disampaikan menggunakan bahasa sederhana yang dimengerti mereka.

ADHITYA RAMADHAN

Sumber: kompas Siang | 27 Januari 2016

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 1 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB