Asal-usul Obyek Hoag alias Galaksi di Dalam Galaksi Masih Misteri

- Editor

Jumat, 6 Desember 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Meski ditemukan sejak 1950, hingga kini ilmuwan belum bisa menentukan asal-usul terbentuknya galaksi yang janggal, tetapi indah tersebut.

aa52a634-b867-491b-86e5-e1bd2dd54731_jpg-720x480.jpgKOMPAS/NASA/ESA/HUBBLE/BENOITBLANCO–Obyek Hoag yang berupa galaksi berbentuk cincin dengan bentuk nyaris bulat sempurna. Galaksi yang berjarak 600 juta tahun cahaya dari Bumi ini memiliki dua galaksi di dalamnya, yaitu galaksi cincin berwarna merah yang diperkirakan berisi bintang-bintang yang lebih tua dan galaksi bola berwarna kuning di bagian tengahnya.

Obyek berbentuk cincin di semesta bukan hanya gerhana matahari cincin saja. Galaksi berbentuk cincin pun ada. Lebih unik lagi, galaksi cincin memiliki satu galaksi cincin dan satu galaksi bola di dalamnya. Meski ditemukan sejak 1950, hingga kini ilmuwan belum bisa menentukan asal-usul terbentuknya galaksi yang janggal, tetapi indah tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Galaksi cincin yang memiliki dua galaksi lain di dalamnya itu dikenal dengan sebutan obyek Hoag. Penamaan itu mengacu pada orang yang pertama kali menemukan obyek tersebut, yaitu astronom Amerika Serikat, Arthur Hoag (1921-1999) pada 1950.

Saat itu, benda ini dikelompokkan sebagai nebula planetari (planetary nebula) atau galaksi yang berbentuk aneh (peculiar galaxy).

Nebula planetari terbentuk saat bintang seukuran Matahari melepaskan lapisan luarnya dan inti bintang menjadi katai putih. Nebula planetari ini merupakan tahap akhir hidup sebuah bintang seukuran Matahari dan merupakan tahap evolusi lebih lanjut setelah bintang berubah menjadi bintang raksasa merah.

Sementara galaksi aneh adalah bentuk, komposisi, dan ukuran galaksi yang berbeda dibandingkan dengan bentuk galaksi umumnya. Secara umum, galaksi dibagi dalam dua bentuk utama, yaitu elips atau cakram dan spiral. Sekitar 5-10 persen bentuk galaksi yang ditemukan dikelompokkan dalam klasifikasi galaksi aneh ini.

92ead45d-d593-4937-bcca-db8b03d88a37_jpg-720x720.jpgKOMPAS/NASA–Model galaksi Bimasakti dilihat dari atas.

Citra yang lebih tajam dari obyek Hoag itu diambil oleh teleskop luar angkasa Hubble milik Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA) dan Badan Antariksa Eropa (ESA) pada Juli 2001. Citra tersebut kemudian diolah oleh ahli geofisika Benoit Blanco dan dipublikasikan baru-baru ini.

Hasilnya, terdapat sebuah galaksi cincin yang berisi bintang-bintang biru yang sangat terang berbentuk hampir bulat sempurna. Di dalamnya terdapat lingkaran kecil berwarna merah yang jauh lebih kecil dan lebih padat. Adapun di bagian tengah galaksi cincin yang besar itu terdapat galaksi lain berbentuk bola yang berwarna kuning.

Obyek ini berjarak 600 juta tahun cahaya dari Bumi dan berada di arah Konstelasi Serpens atau rasi berbentuk ular yang bisa dilihat di belahan Bumi utara. Bagian terluar galaksi cincin ini terentang sejauh 100.000-120.000 tahun cahaya atau sedikit lebih lebar dibandingkan dengan Bimasakti. Studi terbaru memperkirakan ada 700 miliar bintang di dalam galaksi ini.

Asal mula
Bagaimana galaksi cincin berlapis itu terbentuk masih menjadi pertanyaan besar astronom. Jumlah galaksi cincin di semesta diperkirakan hanya 0,1 persen dari galaksi-galaksi yang ada. Kondisi itu membuat proses terbentuknya galaksi cincin bukan hal yang mudah untuk dipelajari karena terbatasnya galaksi serupa yang bisa dijadikan perbandingan.

180f88a9-610c-4518-ad12-0fc881b9e302_jpg-720x720.jpgKOMPAS/NASA/CXC/M.WEISS–Ilustrasi tentang kuasar yang dihasilkan oleh gas yang jatuh ke lubang hitam supermasif di pusat sebuah galaksi.

Hoag, seperti dikutip Livescience, Selasa (3/12/2019), sempat menduga galaksi cincin itu terbentuk sebagai akibat ilusi optik akibat efek lensa gravitasi. Efek ini terjadi saat benda dengan massa yang sangat tinggi mampu membelokkan dan memperkuat cahaya suatu obyek.

Efek lensa gravitasi yang umum terjadi adalah menyebabkan terjadinya dua citra benda kembar meski aslinya obyeknya hanya satu. Citra kembar itu terjadi karena cahaya obyek asal saat menuju pengamat di Bumi melintasi benda yang sangat masif dan besar gravitasinya hingga ruang di sekitarnya dibelokkan. Namun, citra Hubble membantah teori adanya efek lensa gravitasi tersebut.

Hoag, seperti dikutip di situs Astronomy.com pada 13 November 2015, juga mengusulkan untuk menyebut obyek itu sebagai Cincin Einstein yang berasal dari kuasar yang sangat jauh. Kuasar atau quasai stellar radio source adalah inti galaksi aktif (AGN) yang sangat cemerlang, dengan lubang hitam supermasif di dalamnya yang dikelilingi piringan gas akresi.

Dalam skenario Cincin Einstein itu, cahaya kuasar terdistorsi menjadi halo. Sumber distorsi itu adalah ruang lengkung yang dipicu oleh galaksi bola yang diduga ada di bagian depan obyek Hoag. Namun, teori ini terbantahkan setelah studi spektroskopi menunjukkan antara galaksi bola dan galaksi cincin itu berada pada jarak yang sama dari Bumi alias keduanya merupakan satu kesatuan.

Hipotesis lain yang muncul adalah galaksi cincin itu di masa lalu bentuknya adalah galaksi cakram. Namun, tabrakan antargalaksi tersebut dengan galaksi terdekatnya telah merobek bagian tengah galaksi dan secara permanen membengkokkan tarikan gravitasinya.

4c608a60-a4d5-40fa-a75f-3d38051f0b0e_jpg-720x720.jpgKOMPAS/NATIONAL ASTRONOMICA–Citra artis yang menggambarkan tabrakan dua galaksi hingga membentuk galaksi baru yang dinamakan B14-65666. Galaksi ini berjarak 13 miliar tahun cahaya dari Bumi dan terletak di arah Rasi Sextans. Tabrakan itu terjadi saat alam semesta masih berumur muda, kurang dari 1 miliar tahun sejak Dentuman Besar atau Big Bang terjadi.

Namun, jika tabrakan antargalaksi itu benar-benar terjadi, minimal dalam 3 miliar tahun terakhir, maka astronom masih akan menemukan jejak tabrakannya menggunakan teleskop radio yang ada. Nyatanya, jejak tabrakan galaksi itu tak ditemukan.

Karena itu, jika tabrakan di bagian tengah galaksi itu benar-benar terjadi, maka tabrakan pasti sudah berlangsung sangat lama hingga jejak-jejaknya sudah terhapus. Namun, dengan sangat sedikitnya galaksi berbentuk cincin yang diketahui dan belum ditemukannya galaksi dengan bentuk sesimetris obyek Hoag, maka asal-usul terbentuknya galaksi cincin yang simetris masih tetap menjadi misteri.

Oleh M ZAID WAHYUDI

Editor YOVITA ARIKA

Sumber: Kompas, 5 Desember 2019

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?
Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia
Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN
Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten
Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker
Lulus Predikat Cumlaude, Petrus Kasihiw Resmi Sandang Gelar Doktor Tercepat
Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel
Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina
Berita ini 2 kali dibaca

Informasi terkait

Rabu, 24 April 2024 - 16:17 WIB

Tak Wajib Publikasi di Jurnal Scopus, Berapa Jurnal Ilmiah yang Harus Dicapai Dosen untuk Angka Kredit?

Rabu, 24 April 2024 - 16:13 WIB

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 April 2024 - 16:09 WIB

Siap Diuji Coba, Begini Cara Kerja Internet Starlink di IKN

Rabu, 24 April 2024 - 13:24 WIB

Riset Kulit Jeruk untuk Kanker & Tumor, Alumnus Sarjana Terapan Undip Dapat 3 Paten

Rabu, 24 April 2024 - 13:20 WIB

Ramai soal Lulusan S2 Disebut Susah Dapat Kerja, Ini Kata Kemenaker

Rabu, 24 April 2024 - 13:06 WIB

Kemendikbudristek Kirim 17 Rektor PTN untuk Ikut Pelatihan di Korsel

Rabu, 24 April 2024 - 13:01 WIB

Ini Beda Kereta Cepat Jakarta-Surabaya Versi Jepang dan Cina

Rabu, 24 April 2024 - 12:57 WIB

Soal Polemik Publikasi Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Minta Semua Pihak Objektif

Berita Terbaru

Tim Gamaforce Universitas Gadjah Mada menerbangkan karya mereka yang memenangi Kontes Robot Terbang Indonesia di Lapangan Pancasila UGM, Yogyakarta, Jumat (7/12/2018). Tim yang terdiri dari mahasiswa UGM dari berbagai jurusan itu dibentuk tahun 2013 dan menjadi wadah pengembangan kemampuan para anggotanya dalam pengembangan teknologi robot terbang.

KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO (DRA)
07-12-2018

Berita

Empat Bidang Ilmu FEB UGM Masuk Peringkat 178-250 Dunia

Rabu, 24 Apr 2024 - 16:13 WIB