Arvila Delitriana, ”Kartini” di Proyek Jembatan

- Editor

Kamis, 7 November 2019

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Bermula dari coret-doretan di atas tisu, Arvila Delitriana membuat rancangan Jembatan Lengkung Bentang Panjang Kuningan, Jakarta Selatan. Proyek ini menjadi jembatan lengkung yang diklaim terpanjang di dunia.

ARSIP PRIBADI—Arvila Delitriana, perancang Jembatan Lengkung Bentang Panjang Kuningan di Jakarta. Jembatan itu diklaim sebagai jembatan lengkung terpanjang di dunia.

Hanya sedikit perempuan yang berkarya di bidang perancangan jembatan. Salah satunya Arvila Delitriana (50) yang telah melahirkan 70 rancangan jembatan, termasuk Jembatan Lengkung Bentang Panjang Kuningan di Jakarta. Karya itu diklaim sebagai jembatan lengkung terpanjang di dunia.

Tidak banyak orang tahu, kelahiran Jembatan Lengkung Bentang Panjang Kuningan (Long Span Kuningan) untuk LRT Jabodetabek bermula di kantin Kantor Kementerian PUPR Jakarta pada September 2017. Arvila, yang biasa dipanggil Dina, ingat saat itu ia bertemu Ujang, salah satu staf PT Adi Karya, kontraktor pembangunan jalur LRT.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Ujang bercerita soal rancangan jembatan layang LRT Jabodetabek yang dibuat konsultan asing ternyata sulit diwujudkan. Untuk mengerjakan rancangan itu, perlu mendatangkan ahli dari luar negeri dan mengimpor sebagian bahan. Ini akan menambah biaya pada pembangunan jalur LRT Jabodetabek. Tim yang akan menggunakan rancangan itu pun akhirnya survei ke Jepang. Namun, mereka tetap tak mendapatkan jawaban.

Saat itu, Ujang meminta bantuan Dina untuk mencarikan solusi. ”Saya masih ingat, waktu itu saya buatkan coretan rancangan di atas tisu yang ada di kantin. Dari diskusi sebentar, saya lalu diminta membuat rancangan jembatan dalam waktu satu minggu,” tutur Dina, Senin (19/4/2021).

Sejak awal Dina sadar pembangunan jembatan layang LRT di ruas Kuningan memiliki kesulitan tinggi. Selain panjang, jembatan itu akan melengkung sesuai kontur lahan yang tersedia. Masalahnya, di area itu tidak memungkinkan perancang membuat banyak pilar sebagai penyangga jembatan. Artinya, jembatan harus dibangun melayang.

KOMPAS/AGUS SUSANTO—Foto aerial Jembatan Lengkung Bentang Panjang Kuningan (Long Span Kuningan) LRT Jabodebek di persimpangan Jalan HR Rasuna Said dan Jalan Jendral Gatot Subroto di Jakarta Selatan, Senin (11/11/2019). Jembatan ini dirancang oleh Arvila Delitriana.

Dina mencoba mengatasi masalah itu dengan membuat rancangan jembatan melengkung dan melayang yang ditopang di ujung-ujungnya saja. Namun, para konsultan dari Perancis, Jepang, Korea, dan Inggris meragukan rancangan itu. Mereka bilang rancangan itu tak memungkinkan untuk diwujudkan.

Dipertanyakan
Salah satu konsultan dari Jepang memberi alasan bahwa jembatan melengkung dan panjang itu merupakan rancangan pertama di dunia. Belum ada contohnya. Ada juga yang bertanya dengan nada selidik, ”Apakah (Anda) sudah pernah membuat jembatan? Itu kan lengkungan, bagaimana nanti bisa tersambung?” cerita Dina menirukan ucapan mereka.

”Saya sempat minder saat rancangan saya disebut belum pernah dibuat. Ada keraguan di hati mereka, tapi saya merasa ini saatnya untuk pembuktian. Kami kemudian berdebat lama tetapi persetujuan belum saya dapatkan,” kata Dina.

Setelah melewati diskusi dan perdebatan panjang selama enam bulan, akhirnya Dina mendapat sertifikasi layak desain dari Komite Keselamatan Jembatan dan Terowongan Jalan. Setelah itu, jembatan mulai dibangun. ”Saya ingat sekali, proses membuat jembatan itu dua tahun, dari September 2017 sampai November 2019,” jelasnya.

Ia lega setelah jembatan lengkung bentang panjang itu terwujud di atas perempatan Jalan Jenderal Gatot Subroto dan Jalan HR Rasuna Said. Panjangnya 148 meter dengan radius lengkung 115 meter. PT Adi Karya mengklaim bangunan itu sebagai jembatan lengkung boks beton tanpa tiang penyangga terpanjang di dunia (Kompas, 13/11/2019).

KOMPAS/AGUS SUSANTO—-Foto aerial Jembatan Lengkung Bentang Panjang Kuningan (Long Span Kuningan) LRT Jabodebek di persimpangan Jalan HR Rasuna Said dan Jalan Jenderal Gatot Subroto di Jakarta Selatan, Minggu (1/12/2019). Jembatan rancangan Arvila Delitriana itu panjangnya 148 meter itu dan dibangun tanpa tiang jembatan penyangga di tengahnya.

Yang lebih menggembirakan, jembatan dibangun dengan bahan lokal dan tanpa mendatangkan ahli dari luar negeri. Metode pembangunan jembatan itu juga dinilai cukup inovatif karena dibangun tanpa mengganggu aktivitas lalu lintas di bawahnya.

Sebenarnya, kata Dina, ia tidak memakai ilmu yang rumit untuk membuat rancangan jembatan melengkung itu. ”Saya hanya berpijak pada ilmu teknik sipil paling dasar dan menggabungkan pengalaman saya selama sekitar 12 tahun merancang banyak jembatan,” tuturnya.

Dengan hati
Keterlibatan Dina dalam dunia rancang jembatan terjadi tanpa rencana. Sejak Dina menikah, orangtuanya meminta dia tidak sering ke luar rumah. Dina pun akhirnya lebih banyak mengurus rumah tangga, terlebih setelah punya anak.

Ketika suaminya bekerja di Bandung, Dina memiliki kesempatan untuk meneruskan kuliah tingkat magister di ITB. Di kampus itu, Dina secara tidak sengaja bertemu Prof Jodi Firmansyah, dosennya saat kuliah S-1 Teknik Sipil ITB. Jodi meminta Dina membantu pekerjaannya. Waktu itu Jodi, yang merupakan orang kepercayaan Presiden BJ Habibie, banyak mendapat pekerjaan untuk merancang bangunan dan jembatan.

”Saya berkata kepada beliau, saya tidak bisa bekerja seperti orang kantoran pada umumnya. Tapi, Pak Jodi bilang tidak apa-apa. Ke kantor bisa jam berapa pun,” tutur Dina mengenang percakapan dengan Jodi tahun 2000.

ARSIP PRIBADI—-Arvila Delitriana saat bekerja di sebuah proyek. Ia satu dari sedikit perempuan di Indonesia yang terjun di dunia rancang bangun jembatan.

Sistem kerja serba fleksibel tetapi target pekerjaannya jelas membuat Dina tertarik mengikuti jejak Jodi. Tidak hanya boleh mengatur jam kerja di kantor dengan bebas, Dina bahkan punya ruang kerja yang memungkinkan dia membawa anaknya ke kantor.

Proyek merancang jembatan pertama yang ia terima adalah membuat Jembatan Tengku Agung Sultanah Latifah di Siak, Riau, yang memiliki bentang tengah 200 meter dengan panjang 1,7 kilometer. Karena harus ikut melihat pembuatan jembatan itu, Dina sering pergi ke luar kota. Sering kali ia mesti membawa anaknya.

Suatu kali ketika memantau pembangunan jembatan, ia harus naik perahu kecil. Padahal, hari sudah malam dan cuaca kurang bagus. Dina bersama staf kontraktor merasakan perjalanan yang tak menyenangkan. Pada yang sama ia juga melihat warga setempat harus berjuang keras naik rakit atau perahu untuk bisa menuju sekolah atau tempat kerja.

”Hati saya sedih melihatnya. Karena tidak ada infrastruktur jembatan, mereka harus menempuh bahaya seperti yang saya pernah rasakan,” katanya.

KOMPAS/EDDY HASBY—-Jembatan Kalikuto menjadi ikonik di kawasan Gringsing, Batang, Jawa Tengah, Senin (17/12/2018). Jembatan ini bagian dari ruas Jalan Tol Batang-Semarang.

Ketika jembatan jadi, warga bersorak riang. Mereka dengan leluasa dan cepat bisa menyeberang ke wilayah lain dengan mudah. Dina trenyuh menyaksikannya. Sejak saat itu, setiap kali ia merancang jembatan, hati dan pikirannya selalu terarah pada warga yang sangat membutuhkan jembatan.

”Semua rancangan jembatan saya buat dengan hati sebab saya pernah melihat sendiri perjuangan mereka yang amat susah saat jembatan belum ada,” kata Dina.

Sejauh ini, Dina telah merancang 70-an jembatan, di antaranya Jembatan Kali Kuto (Semarang), Pasopati (Bandung), Jembatan Halmahera, Ambon, dan tempat lain. Ia berhasil membuktikan bahwa perempuan dengan multi peran—sebagai istri, ibu, dan pekerja profesional—seperti dirinya bisa memenangi persaingan di dunia rancang bangun jembatan yang didominasi laki-laki.

Kini, Dina menjadi direktur perusahaan konsultan PT Cipta Graha Abadi Bandung yang didirikan Jodi dengan staf beberapa orang di antaranya perempuan muda. Ia berharap dari situ akan lahir perempuan-perempuan hebat perancang bangunan.

Arvila Delitriana

Lahir: Tebing Tinggi, Sumatera Utara, 23 April 1970

Pendidikan:
S-1 Institut Teknologi Bandung (lulus 1994)
S-2 Institut Teknologi Bandung (lulus 2003)

Oleh SOELASTRI SOEKIRNO

Editor: BUDI SUWARNA

Sumber: Kompas, 22 April 2021

Yuk kasih komentar pakai facebook mu yang keren

Informasi terkait

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan
Pemuda Jombang ini Jelajahi Tiga Negara Berbeda untuk Menimba Ilmu
Mochammad Masrikhan, Lulusan Terbaik SMK Swasta di Jombang yang Kini Kuliah di Australia
Usai Lulus Kedokteran UI, Pemuda Jombang ini Pasang Target Selesai S2 di UCL dalam Setahun
Di Usia 25 Tahun, Wiwit Nurhidayah Menyandang 4 Gelar Akademik
Cerita Sasha Mahasiswa Baru Fakultas Kedokteran Unair, Pernah Gagal 15 Kali Tes
Sosok Amadeo Yesa, Peraih Nilai UTBK 2023 Tertinggi se-Indonesia yang Masuk ITS
Profil Koesnadi Hardjasoemantri, Rektor UGM Semasa Ganjar Pranowo Masih Kuliah
Berita ini 16 kali dibaca

Informasi terkait

Senin, 13 November 2023 - 13:59 WIB

Meneladani Prof. Dr. Bambang Hariyadi, Guru Besar UTM, Asal Pamekasan, dalam Memperjuangkan Pendidikan

Kamis, 28 September 2023 - 15:05 WIB

Pemuda Jombang ini Jelajahi Tiga Negara Berbeda untuk Menimba Ilmu

Kamis, 28 September 2023 - 15:00 WIB

Mochammad Masrikhan, Lulusan Terbaik SMK Swasta di Jombang yang Kini Kuliah di Australia

Kamis, 28 September 2023 - 14:54 WIB

Usai Lulus Kedokteran UI, Pemuda Jombang ini Pasang Target Selesai S2 di UCL dalam Setahun

Minggu, 20 Agustus 2023 - 09:43 WIB

Di Usia 25 Tahun, Wiwit Nurhidayah Menyandang 4 Gelar Akademik

Berita Terbaru

Berita

Seberapa Penting Penghargaan Nobel?

Senin, 21 Okt 2024 - 10:46 WIB

Berita

Mengenal MicroRNA, Penemuan Peraih Nobel Kesehatan 2024

Senin, 21 Okt 2024 - 10:41 WIB

Berita

Hadiah Nobel Fisika 2024 bagi Pionir Pembelajaran Mesin

Senin, 21 Okt 2024 - 10:22 WIB